Aku menoleh saat mendengar dering handphoneku. Kulihat notifikasi yang tertera disana adalah dari Rafi, sahabatku sejak SD. Dia ingin mengajakku makan di tempat favorit kami katanya. Tentu saja aku langsung bersiap-siap, berganti pakaian, merapikan rambut, dan memakai sedikit parfum.
"Anin, di depan ada Rafi tuh," ucaip mama saat memasuki kamarku.
"Iya ma," jawabku.
Aku langsung keluar kamar dan memakai sepatu kets berwarna putih.
Aku berjalan ke luar rumah dan melihat Rafi sedang duduk di atas motornya.
"Wah lo manis banget hari ini," ucap Rafi sambil mengacak rambutku.
"Ih jangan diacak-acak rambut gue," tukasku sambil melepaskan tangan Rafi dari rambutku.
Juga sambil menetralkan detak jantungku. Ya ampun, tadi Rafi memujiku seperti itu saja dadaku sudah berdebar. Padahal dia pasti hanya memujiku saja tidak bermaksud lain, tetapi aku malah baper.
"Ya udah ayok, entar kemaleman nih," ucap Rafi sambil memakai helmnya.
Di perjalanan aku banyak diam. Lagipula mau mengobrol pun rasanya menjadi canggung, walau aku sudah menetralkan detak jantungku, tetapi rasanya aneh saja.
Aku tersentak saat tangan Rafi menaruh tangan kiriku di pinggangnya.
"Pegang pinggang gue, entar lo jatoh," ucap Rafi.
Aku mengikutinya, dadaku yang sedari tadi sudah kembali netral, sekarang debarnya malah semakin meningkat, rasanya seperti habis lari marathon. Tetapi aku menyukainya.
***
Tibalah kami di sebuah tempat makan yang lumayan jauh dari rumahku. Aku memang cukup sering makan bareng dengan Rafi disini.
Kami duduk dan langsung memesan makanan. Aku memesan seporsi tongseng kambing dan Rafi memesan seporsi tongseng ayam. Untuk minumannya, kami berdua memesan es jeruk.
"Lo tau nggak kenapa lo gue ajak kesini?" tanya Rafi dengan senyuman lebarnya.
Aku menggeleng, "enggak, kenapa emang?"
"Gue mau minta saran sama lo."
"Saran apa?"
Belum sempat Rafi menjawab, tetapi makanan kami sudah datang. Akhirnya kami memutuskan untuk menghabiskan makanannya terlebih dahulu.
Seporsi tongseng panas berhasil membuat perut kami kenyang. Daging sapinya lembut saat ku gigit, kuah tongsengnya juga sangat kental, memang tidak salah kalau tempat makan ini selalu ramai setiap harinya.
Aku menyeruput es jerukku hingga setengah, teringat bahwa tadi Rafi belum menjawab pertanyaaanku karena makanan kami sudah datang.
"Oh iya, tadi lo mau ngomong apa Fi?" tanyaku sambil mengelap tanganku dengan tisu.
"Ngomong apa?" Dia berbalik tanya.
Aku mengerutkan kening, "itu loh, tadi kata lo, lo mau minta saran gue, nah saran apaan emangnya?"
Rafi mengangguk dan terlihat antusias, "gue mau minta saran lo, kalo cowok mau deketin cewek tuh enaknya kasih apaan ya?"
Aku terdiam. Tumben sekali Rafi bertanya tentang ini. Selama ini dia tidak pernah dekat dengan cewek lain, selain aku yang berstatus sebagai sahabatnya.
"Lo ... mau deketin siapa?" tanyaku.
Rafi memajukan badannya dan berbisik, "Gina, anak kelas sebelah."
Gina? Gina adalah teman satu ekstrakulikuler ku, jadi Rafi suka dengan Gina?
"Menurut lo gimana? Gue maunya langsung nembak dia buat jadi pacar gue sih, cuman kan enggak lucu aja gitu, belum apa-apa masa udah nembak," kata Rafi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen GPI
Short StoryKumpulan cerpen dengan tema cinta bertepuk sebelah tangan. Kumpulan cerpen disini adalah karya dari member GPI yang mengikuti tantangan menulis pada bulan Mei kemarin. *** Selamat membaca, dan jangan lupa tinggalkan jejak.