:: Happy Reading ::
Kedua kakiku bergerak.
Perginya Beomgyu, usai mendapat panggilan telepon dari Jimin membuatku tak tahu harus bereaksi apa. Wajahnya datar, apa dia sedih? Entahlah tapi yang jelas berakhir dengan aku mulai menjelajah, menyusuri tiap sisi ruang bernuansa kelabu ini.
Memandangi perubahan yang terjadi, kamar Beomgyu tak lagi sama. Jika dulu, masih kutemukan titik cerah di antara kelamnya, sekarang, bahkan untuk menemukan rasa nyaman saja aku tak bisa. Menjadi saksi bisu. Tentang dua tahun yang kulewatkan begitu saja.
Satu hal. Satu sisi. Satu sudut ruang.
Hatiku terasa diremati layaknya kertas sampah tak terpakai. Keranjang di pojok sana telah mengatakan semuanya. Puluhan atau mungkin ratusan pil putih serta beberapa pot transparan berserakan di dalam hingga di lantai kamar. Beomgyu membuang semua obat penenangnya.
Ku ulurkan kedua tangan, meraih salah satu pot kecil dan membaca secarik kertas mungil tempat jadwal minum yang telah ditentukan. Pada bagian bawahnya terdapat sepenggal data peresep obat dan tertera nama dokter psikiater, Jang Hoseok. Itu artinya mereka masih berkomunikasi. Tapi bukankah seingatku hari ini adalah jadwal konsul? Kenapa Hoseok belum datang juga?
"Jimin membuangmu, dia tak akan kembali. Berhentilah berharap!"
"Gyu, kenapa kau buang semua obatmu? Kau sudah gila?!"
"Hei nak, cutter masih ada di dalam laci. Ambilah.. kau butuh itu bukan?"
"Beomgyu kaburlah dari rumah! Apa kau yakin dengan keputusanmu?"
"Kau memang sampah. Bahkan Seokjoo rela menjualmu! Ahahahah!!"
"S-sakitt..."
"Beomgyu, kau rindu Ibumu kan? Bunuh diri saja sana. Kau kan aib keluarga."
"Kumohon jangan dengarkan mereka!"
"Kalau kau butuh pisau lebih tajam, turunlah ke dapur. Aku yakin Bibi Ahn punya yang lebih keren untuk membantumu menuju ajal."
"Dasar cacat! Tak waras! Gila! Sakit mental!"
"berhentilahh! Kumohon berhentii!"
Tak lagi tahan. Pada akhirnya ia menyerah, kedua kaki itu lemas seakan tidak bertenaga. Sementara kedua tangannya sibuk menariki seraya menjambak rambutnya kuat hingga rontok beberapa helai. Tak jarang satu tangannya yang bosan menjambaki turun ke telinga. Berusaha menutup erat-erat, berharap rentetan suara membisingkan hilang, berhenti membuat kepalanya terasa sakit tak tertahankan.
"Hei bocah, sedang apa kau di sini? Sana turun, Tuan Seokjoo memanggilmu." Dingin Jungkook, mendapati Beomgyu terduduk lemah di lorong gelap menuju kamarnya. Menyandarkan kepala ke tembok rumah, dengan raut wajah pucat kesakitan. Kalau boleh jujur, Jungkook agak takut jika saja Beomgyu tiba-tiba menyerang atau bahkan membunuhnya, ketika skizofrenia sialan itu kambuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] CR[À]YON
Fanfiction[ YeonGyu Brothership - Fantasy ] ❝Just cry on, here i'm.❞ -Yeonjun & Beomgyu Tercipta dari crayon yang memiliki banyak warna. Sayang, karena hanya hitam yang dapat ku lihat dihidup kalian. Ada 9¾ halaman. Misiku adalah menggambar alur dan akhir dar...