[18] Qualification

1.3K 311 177
                                    

:: Happy Reading ::

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

:: Happy Reading ::


13 Maret 1967
Bisikan tajam kian menyiksa. Yeonsa tak lagi dapat menahan tangannya, bergerak, meraih benda tajam sebagai bentuk pelampiasan. Merasa tenang dalam luka penuh bercak darah. Bahagia terselip di antaranya.

"JANG YEONSA!"

Kepala gadis itu menoleh sempurna. Mendapati sosok wanita cantik berparas campuran. Sevia Chaiden. Ibu angkat sekaligus sosok Kakak, tempat mengaduh akan berbagai hal.

"Apa-apaan kau ini?!"

"Eonnie.."

"Dengar Yeonsa-ya, penampilanmu sudah bagus dan terlihat begitu sempurna! Apalagi yang kau pikirkan? Kumohon berhentilah menyiksa dirimu!"

"Eonnie, yang tadi itu bukan aku.. Zevia mengambil alih tubuhku.. ku mohon.. kau mendengarkan ku kan?? Bunuh aku Eonnie.. kumohon.."

"Tidak Yeonsa-ya, kau dan Zevia itu sama. Kalian satu tubuh, dan Zevia hanya nama panggungmu. Kau-"

"Tidak Eonnie tidak.. dia bukan aku. Dan aku bukan dia.." Yeonsa menggelengkan kepala cepat, menggenggam balik tangan sang Kakak. Seakan dia bersih keras bahwa yang ia katakan adalah hal nyata.

"Yeonsa-ya.."

"Eonnie, aku menyukai Ballet dalam bentuk apa pun. Tapi tidak dengan dia. Kau ingat penampilan terakhirku dalam peran White Swan?? Eonnie bisa ingatkan?? Tubuhku kaku bahkan menampilkan banyak kesalahan. Tapi tidak saat tadi pementasan Black Swan! Dia bukan aku Eonnie..percayalah padaku.."

Tangan itu, Sevia melihatnya. Kedua tangan yang beberapa menit lalu bergerak indah menarikan iramanya kini bersimbuh darah dan penuh dengan luka sayatan. Skizofrenia kembali merusak tubuh sang adik.

"Eonnie.."

"Baiklah, baiklah! Lalu apa yang harus kulakukan jika aku percaya padamu?"

Merasa senang, Yeonsa lantas berdiri dari duduknya. Meraih cutter juga sepatu Ballet yang ia letak di atas nakas. Berharap, Sevia mau menolongnya melakukan rencana kecil.

"A-apa?"

"Hancurkan dia,"

"Yeonsa, Ballet adalah hidupmu. Kau yakin ingin berhenti?"

"Eonnie.., Zevia bisa mengambil alih tubuhku kapan saja. Aku tak ingin melukai tubuh lebih daripada ini. Aku-" kalimatnya terhenti. Yeonsa terdiam, menunduk dengan tangan yang tiba-tiba meremat kepala dengan begitu erat. Seakan jutaan rasa sakit kian menyerang tiap inci tubuhnya.

Satu hal Sevia sadari kemudian. Yeonsa dan Zevia benar-benar dua sosok yang berbeda. Mereka tak sama. Dan dia adalah hasil karya halusinasi tahunan milik Yeonsa yang kesepian tak memiliki teman tempat untuk pulang, atau bahkan sekedar bersandar. Dia monster dari sisi kelam kehidupan gadis Ballerina. Sevia yakin hal itu.

[√] CR[À]YONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang