Part 5

667 32 2
                                    

Selamat membaca:(

****

Dirga sampai rumah pada tengah malam, selepas dari rumah sakit dirinya singgah dulu di markas ragonda. Dirga menghempaskan tubuhnya ke sofa. Lampu rumahnya sudah padam, nampak remang, pandangan dirga menelusuri ruang keluarga suasananya sungguh sunyi seperti biasa.

" Dari mana saja kamu jam segini baru pulang? Kerjaan tiap hari cuma main,nongkrong gak jelas,mau jadi apa kamu! " Dirga menoleh, nampak mamanya menuruni tangga dan menekan saklar lampu.

Dirga menatap mamanya tajam,tak ingin membahas apapun dengan mamanya. Mamanya adalah salah satu hal yang ia benci.

" Ayah kamu sedang sakit dirga, dan kamu malah bersenang-senang? Anak macam apa kamu!" Ucap reya mama dirga.

"Ayah? Kayaknya gue gak punya ayah deh." Timpal dirga.

" Sampai kapan kamu menganggap ayah kamu orang lain dirga!" Dirga hanya terkekeh mendengar ucapan mamanya.

" Sampai kapanpun aku gak akan sudi nganggap si brengsek itu sebagai ayah." Raut wajah reya mengeras mendengar ucapan dirga.

"Dirga jaga ucapan kamu! Mama gak pernah ajarin kamu jadi anak kurang ajar." Dirga hanya tertawa remeh mendengar perkataan mamanya.

"Mama lupa apa pura-pura lupa? Sejak kapan mama rawat aku? Sejak kapan mama ngedidik aku?" Dirga membuka dua kanjing teratas kemejanya, " oh saya lupa,yang ada di otak hanya ada si brengsek itu jadi mana ingat sama anak sendiri." Raut wajah reya semakin mengeras mendengar perkataan dirga.

"DIRGA! Jaga ucapan kamu,saya ini mama kamu! Orang tua kamu, dimana rasa hormat dan sopan santun kamu kepada mama?" Dirga hanya menangkat bahu, dirinya acuh atas amarah mamanya.

" Orang tua? Mama? Tidak ada seorang ibu yang lebih memilih bersenang- senang dengan pria lain disaat anaknya sedang sekarat. Kalau anda lupa, anda tidak ada saat adik saya sakit bahkan anda tidak datang di saat terkahir adik saya ada di dunia. Sekarang anda meminta saya menghormati dan bersikap sopan kepada anda? Dengarnya nyonya reya yang terhormat, sejak anda memutuskan memilih pria lain dari pada keluarga anda disitulah rasa hormat, kasih sayang saya hilang untuk anda." Dirga menoleh kepada reya sebelum menaiki anak tangga.

"Oh iya, anda silahkan pergi dari rumah ini nyonya reya andini pradipto. Karena anda sudah tidak bagian dari rumah ini. Dan anda perlu tau satu hal, saya dan papa hidup jauh lebih baik dan bahagia meskipun tidak anda di samping kami. Jangan lupa sampaikan salam saya kepada pria bajingan itu, bahwa saya menunggu kabar duka darinya." Dirga berlalu meninggalkan reya yang masih tertegun atas perkataannya.

Dirinya menaiki tangga dan membanting pintu kamarnya dengan keras. Gejolak amarah hang berusaha ia tahan sudah tak terbendung lagi.

"Aghh bajingan!"

Pyarrrr

Serpihan kaca berserakan dilantai,cermin di kamarnya menjadi sasaran atas amarahnya. Vas bunga dan semua benda yang ada di meja nakas berhamburan jatuh ke lantai. Suasana hatinya kacau,kenapa mamanya datang kerumah. Dasar menjengkelkan. Dirinya menghela nafas pelan, tubuhnya meluruh ke lantai. Pikirannya kacau, rasa sesak di dada semakin membuat dirinya tak berdaya. Luka di tangannya tak ia perdulikan.Dirinya butuh pelampiasan untuk menghilangkan segala rasa sesak yang gejelak di dalam dada.

*****
Kanaya memberengut kesal. Dirinya sudah bosan sendirian berada di kamar rawat inap ini. Bermain game cacing kesukaannya dan menonton televisi tak bisa menghilangkan rasa bosannya.

"Bosen banget astaga."ucap kanaya.

Pintu ruang kamar rawatnya terbuka. Dirga datang masih menggunakan seragam sekolah. Mungkin dia bolos,pikir kanaya mengingat jam pulang sekolah masih lama.

"Kamu bolos?" Dirga tak membalas perkataan kanaya. Dirinya memeluk gadisnya dengan erat.

Kanaya terkejut atas perlakuan dirga. Bukan pertama kali dirga memeluknya dengan erat namun kali ini seakan tau bahwa cowok yang sedang memeluknya ini sedang tak baik-baik saja. Tangan kanaya terulur mengusap punggung tegap dirga mencoba menenangkan. Ada apa sebenarnya dengan dirga,bukankah semalam masih baik-baik saja.

"Kamu kenapa? Masalah ragonda?" Tanya kanaya.

"Enggak ada masalah." Balas dirga.

"Kamu kalau ada apa-apa bisa cerita dirga, walaupun mungkin aku tidak bisa menyelesaikan masalah kamu,tapi dengan kamu cerita sama aku beban yang kamu tanggung bisa berkurang."

Dirga tersenyum mendengar perkataan kanaya. Mengusap lembut pipi kanaya dan mendaratkan satu ciuman di pipi gadisnya.

"Main cium aja." Kanya memberengut sebal.

"Kan aku gemes sama kamu yang."

"Gombal banget." Dirga terkekeh mendengar ucapan kanaya.

"Kenapa belum makan?"

"Gak laper."

"Makan aku suapin." Kanaya menggeleng mendengar ucapan dirga.

"Makan jangan ngeyel!" Dirga mendengus sebal ketika kanaya tidak mau membuka mulut.

"Aku makan. Tapi dengan satu syarat." Kening dirga berkerut mendengar ucapan kanaya.

"Aku mau makan kalau nanti sore aku pulang ke rumah. Aku bosen disini." Ucap kanaya.

"Kamu belum sembuh sayang. Jangan aneh-aneh deh ayo cepet makan!" Paksaan dirga belum juga membuahkan hasil.

"Aku udah sembuh, luka-luka di tubuh aku juga udah kering. Pokoknya aku mau pulang dirga." Kanaya masih merengek seperti anak kecil yang merengek meminta mainan.

Dirga menghela napas,dirinya harus sabar menghadapi tingkah gadisnya.

"Oke aku usahain kamu pulang hari ini. Jadi ayo cepet makan!" Kanaya tersenyum mendengar ucapan dirga.

"Makasih." Dirga kaget ketika kanaya memberinya kecupan kilat di pipinya. Jantungnya berdegup pikirannya seketika blank. Sedahsyat inikah efek reaksi tubuhnya ketika bersama kanaya?

Dirga tersenyum seraya mengusap pipinya. Hatinya masih berdebar, astaga kenapa dirinya menjadi seperti orang tolol dan tak bisa berkutik setiap kanaya bertindak terhadap tubuhnya. Ya tuhan, ternyata benar kata orang kalau cinta itu bisa merubah segalanya.

****

Masih ada yang nunggu cerita ini gak sih?
Masemiga masih ada ya kwkwk

Jangan lupa vote an komen ya:(

DIRGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang