4 hari

752 58 13
                                    

20 januari 2017.

4 hari El mendiami Muel sejak kejadian itu.
Dan 4 hari juga Muel tak memberi kabar apa-apa yang semakin membuat El kehilangan harap untuknya.

4 hari, ia tampakkan wajah lesu tanpa daya ke sekolah dan 4 hari juga Felix, sang ketua osis sekolah mendekati dirinya namun selalu ia acuhkan.

4 hari juga tanpa ada Muel.
Hari-hari yang sepi ia lalui tanpa hadirnya, begitu sesak.
Entah sesibuk apa pria itu, hingga tak memberinya kabar sedikit pun.

"El udah dong galaunya," bujuk Venti.
Dua hari yang lalu, El sudah menceritakan perihal hubungannya dengan Muel. Kaget dan tak percaya berbaur menjadi satu saat El menceritakannya.

"Kamu kan tahu, Muel lagi sibuk." Kata Venti yang masih setia membujuk El.

"Iya." Balas El dengan senyum yang dipaksakan.

**

17:00

Lonceng berbunyi, pertanda jika waktu belajar dan mengajar telah berakhir untuk hari ini.

Felix sudah menunggu El di depan ruang kelas El. Begitulah dia, sejak 4 hari ini.
Berusaha untuk menghibur El dan mengembalikan senyumnya.

"Pulang bareng?" Ajak Felix masih setia memamerkan senyum manisnya.

"Nggak. Aku bisa sendiri kak." Tolak El sopan.

Setelahnya, El pergi meninggalkan Felix dengan langkah gontai.
Senyumnya memudar, menyisahkan amarah yang tertahan. Tetapi kemudian, senyum sinisnya nampak bersamaan dengan tatapan dinginnya yang seakan menusuk siapa saja.

17:47

El tertunduk lesu tanpa daya. Menunggu angkot yang lewat sebagai tumpangan agar pulang ke rumahnya.

Kembali ia memikirkan Muel yang entah mengapa semakin berubah saja rasanya. Cuek, dan semakin cuek. Sesak rasanya saat mengingat Muel bersama dengan seorang wanita yang tak dikenalnya, di toko buku langganannya.

Sejak kejadian itulah, ia tak lagi melihat Muel di sekolah. Absennya memang diisi isin karena, ia harus mengikuti kegiatan yang akan dilaksanakan 1 februari nanti.

"Sesibuk itu ya, Muel? Sampai kamu lupa kalau aku nunggu kabar dari kamu." Kata El sedih. Tanpa sadar netranya sudah basah oleh karena tetesan air matanya.

Di seberang sana, Muel menatapnya.
Menatap gadisnya yang menangis karena ulahnya. Ingin sekali ia berada di sisinya. Menghapus jejak-jejak air mata El namun tak bisa.

"Muel, ayo!" Ucap Febi sambil menarik lengan Muel dan Muel pun menurut saja tanpa adanya penolakkan.

"Mu-Muel?" Ucap El saat menatap seorang pria yang sudah berhelm di atas sepeda motor. Tetapi penglihatannya terganggu sebab seorang wanita di belakang Muel yang memeluknya erat di atas sepeda motornya.

El berlari ke samping dan menghentikan seorang ojek yang hendak meninggalkan area itu.

"Bang, ikutin motor hitam itu ya, cepetan bang!" Pinta El terburu-buru pada tukang ojek itu.

"Siap neng." Balas tukang ojek itu.

El bersama sang tukang ojek mengikuti Muel bersama Febi.
Hingga mereka berhenti di sebuah perumahan elit. Ingin sekali El mencakar wanita yang berlagak manja di depan Muel itu beserta dengan Muel yang tak memberinya kabar selama 4 hari. Namun ia urungkan niat gilanya itu.

Muel menurunkan Wanita tadi di depan sebuah rumah bercat putih yang sangat megah. Dan kemudian, Muel melaju meninggalkan perumahan elit itu entah kemana.

El bersama tukang ojek, melaju ke arah rumah yang tadi Muel singgahi tetapi hanya dilewati. Ingin sekali El turun dan mengatai wanita tadi, namun harus ia urungkan kembali.

Ia harus benar-benar memastikan siapa wanita itu. Sementara El ingin mengikuti Muel tetapi ia kehilangan jejaknya.

"4 hari Muel, dan kamu sama cewe lain? Pintar banget kamu bagi waktu,"

Sesibuk apapun, tolonglah beri aku kabar. Sedikit saja kabar darimu, kan membuatku tenang dalam rasa gelisah yang kian parah.
El.

Muel & ElTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang