Cacing nangka dan senja

766 63 7
                                    

24 januari 2017.

El melangkah santai menuju ke ruang kelasnya. Ia melempar senyum menawan ke arah teman-temannya yang menyapa maupun hanya melempar senyum juga.

Langkahnya terhenti di depan ruang kelasnya, saat seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

"Hai, kita sekelas." Ucapnya sembari tersenyum ke arah El.

Dia adalah Febi. Gadis yang amat sangat ingin El hindari. Namun, layaknya hantu ia tetap muncul saat di mana El sedang bersama-sama dengan Muel.

Seperti tadi saat di parkiran, Febi menampakan dirinya di depan El dan Muel sambil melempar senyum genit kepada Muel. Ingin rasanya mencakar dan membanting wanita sok akrab itu.

"Oh." Balas El cuek dan langsung masuk ke dalam kelasnya, menghiraukan Febi yang sudah mulai emosi.

Febi lantas menghentak-hentakkan kakinya, dan mengibaskan poninya.
Sedang Muel menatapnya dari belakang.
Menatap wanita gila yang sudah membuatnya kerepotan beberapa hari ini.

"Eh, Muel." Ucap Febi genit saat melihat Muel.
Muel mengacuhkannya dan melangkah memasuki ruang kelasnya.

"El," sapa Muel datar. Sedangkan El sudah sangat merona di tempatnya.
Ia sedang menemani Venti yang menyalin tugas bahasa inggrisnya. Begitulah teman.

"El, ini tulisannya apaan ni? Huruf kamu keterlaluan bagusnya." Umpat Venti kesal sambil berkerut bingung.
El yang tadinya sedang melempar senyum dengan Muel pun harus ia hentikan karena sahabat gilanya ini.

"Is ganggu banget. Ini tuh d, alias done." Ucap El tak kalah kesal.

"Oh d, kirain p. Oke thanks." Ucap Venti mengangguk penuh semangat. Sedangkan El hanya menggeleng memaklumi.

Febi memasuki kelas sembari mengibaskan poninya.
Wajahnya memerah menahan amarah saat melihat El dan Muel saling melempar senyum.

Febi melangkah pasti menuju ke arah El dan menjambak kasar surai indahnya. Venti yang merasa ketenangannya diganggu pun bangkit dari tempatnya dan melotot marah ke arah Febi yang dengan jahatnya menjambak rambut sahabatnya.

"WOY BADAK BERDURI, LEPASIN NGGAK?" Teriak Venti penuh amarah.

Seluruh kelas heboh. Muel yang sedang tenang di tempatnya pun terpaksa harus bangkit, dan Gafur yang sedari tadi memainkan ponselnya pun membanting handphonenya asal karena emosi.

Ia berlari, mendahului Muel yang juga ikut berlari untuk meleraikan Febi dan El yang sedang jambak-menjambak.

Gafur mendorong kasar bahu Febi hingga menabrak meja, dan segera menarik El keluar dari kelasnya.

Muel yang tadinya ingin menghampiri  El pun mengurungkan niatnya saat melihat Febi yang sudah pingsan di lantai. Tanpa pikir panjang, Muel menggendongnya menuju ke UKS.

"ANJIR, MUEL KOK KAMU GENDONG FEBI? EL GIMANA?" Teriak Venti heboh dan kemudian berlari menuju Muel yang tengah menggendong Febi.

**

"Gafur kamu ngapain tarik-tarik aku?" Ucap El menarik tangannya kembali saat  Gafur menghentikan langkahnya di depan lab kimia.

"Aku cuman nggak mau kamu sakit hati." Ucap Gafur gusar. Sebenarnya ia pun tak tahu mengapa ia menarik gadis di hadapannya ini. Gadis yang telah menjadi pacar sahabatnya sendiri, Muel.

"Aneh kamu. Aku tuh, mau jambak lagi rambutnya si cacing nangka. Datang-datang langsung jambak rambut aku. Dasar cewe sinting." Ucap El memumpahkan kekesalannya pada Febi. Gadis yang ia sebut sebagai cacing nangka.

Muel & ElTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang