Author's PoV
Callia membalikkan halaman buku di pangkuannya dengan tatapan yang fokus, tidak teralihkan. Buku tersebut merupakan salah satu buku terlaris di toko tempatnya bekerja. Judulnya "Golden Days", buku bergenre fiksi dengan sentuhan romance yang membuat buku tersebut semakin memikat dan memiliki banyak peminat. Tiap halamannya memang menarik, membuatnya tidak dapat berhenti untuk membaca. Pantas saja banyak pelanggan toko mencarinya, membuat Callia penasaran dan merasa harus membacanya juga.
Ia duduk di sofa samping jendela besar toko tempatnya bekerja sambil membaca buku, menunggu pengunjung yang hendak membeli buku. Hari sudah sore, sorot sinar matahari yang hangat menerangi toko buku tua tersebut.
"Call, ayo kita tutup toko," ujar seorang wanita paruh baya mendekati Callia. Wanita itu adalah Mrs. Moore, pemilik toko buku kecil itu. Usianya sudah lebih dari lima puluh tahun. Dulu ia mendirikan usaha toko buku bersama suaminya yang beberapa tahun setelahnya tutup usia karena sakit keras. Ia memutuskan untuk mempertahankan toko buku tua tersebut karena terlalu banyak kenangan didalamnya yang tidak dapat ia lepas begitu saja.
Callia menoleh dan melirik jam dinding usang yang terpasang tepat di atasnya "Tapi ini baru pukul empat, apa kau ada urusan yang mendesak?," tanyanya bingung. Biasanya toko tutup pukul enam sore, tapi hari ini mungkin sedikit berbeda.
"Timmothy dan Amy mengajakku untuk ikut makan malam di rumah mereka malam ini, jadi kurasa toko bisa ditutup lebih awal dan kau bisa beristirahat," jelasnya sambil membereskan beberapa kardus buku yang berserakan. Timmothy adalah anak semata wayangnya dan Amy adalah menantunya. Sudah sekitar lima tahun mereka menikah dan membuat Mrs. Moore tinggal sendirian di apartement miliknya. Namun akhir-akhir ini Timmothy sering mengajak ibunya untuk makan malam bersama dan menginap. Mungkin ia merasa kasihan dengan ibunya yang sering sendirian di apartement.
"Baiklah," jawab Callia sambil bangkit berdiri dan mulai membereskan beberapa barang. Setelah semua pekerjaannya selesai, ia mengambil tas dan buku yang sedang dibacanya. Ia berpamitan untuk pulang dan keluar dari toko buku dengan ceria. Jarang sekali ia pulang lebih awal dan dapat menikmati matahari sore.
Ia memutuskan untuk tidak langsung pulang. Ia ingin sedikit berjalan-jalan, mencari hal menarik disekitar daerah antik tersebut. Biasanya ia pulang pukul enam dan langsung berjalan menuju apartemen kecilnya yang tidak jauh dari tempat kerjanya, mungkin sekitar lima belas menit jika berjalan kaki.
Langkahnya terhenti di depan kedai kopi yang ramai. Kedai kopi tersebut terletak di ujung jalan, terlihat berbeda dengan gedung antik disekelilingnya. Dengan interior yang terlihat lebih modern dan senada. Kedai kopi tersebut menata kursi dan mejanya dengan apik. Beberapa di tata di luar ruangan, memfasilitasi pengunjungnya untuk menikmati matahari sore sambil ditemani secangkir kopi panas atau dingin. Perpaduan warna kedai kopi tersebut hangat dan menciptakan suasana yang nyaman. Callia berpikir bahwa itu merupakan tempat yang benar-benar tepat untuknya membaca buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
One and Only
RomanceC a l l i a G u i n e v e r e Sikapnya dingin, bertolak belakang dengan kopi hitam hangat yang selalu menemani paginya. Dia selalu berkata-kata dengan tenang, berbeda dengan laut yang menjadi kesukaannya. Javier Mackenzie, laki-laki itu berhasil m...