06: I Hope You Like It

12 1 0
                                    

Holaa! Jangan lupa vote dan follow aku sebelum membaca ya...

Comment your opinion about my story too. Happy reading everyone!!

cheers, Angel :)

Author PoV

     "Aku harap ia akan menyukainya," kata Callia sambil memandangi buku dipangkuannya. Ia berencana untuk memberikan hadiah kepada laki-laki yang telah membantunya kemarin sebagai ungkapan rasa terima kasih.

     Sebenarnya ia tidak mengetahui buku seperti apa yang disukai oleh laki-laki itu, maka dari itu ia hanya menerka-nerka. Akhirnya pilihannya jatuh pada buku karangan Blue, seorang penulis anonym dari buku-buku best seller. Judulnya "Another Days", salah satu buku yang selalu dikagumi oleh Callia. Blue juga merupakan penulis dari "Golden Days", buku yang sebelumnya dibeli oleh laki-laki itu ketika mampir ke toko buku. Callia pikir jika ia menyukai buku tersebut, maka ia juga akan menyukai buku yang sekarang akan diberikannya.

     Callia memasukan buku tersebut kedalam paper bag, benar-benar tidak sabar untuk memberikannya langsung. Ia berencana untuk mampir ke Morrison Coffee ketika pulang nanti. Ia tidak tahu bagaimana harus menghubungi dan menemui laki-laki tersebut, ia tidak memiliki nomor atau petunjuk apapun. Callia sangat berharap dapat menemuinya di Morrison Coffee, tempat mereka pertama kali bertemu. Jika tidak, ia tidak tahu lagi bagaimana dirinya dapat menemukan cara untuk kembali bertemu dan memberikan hadiahnya ini.

_____

     Lonceng kecil berdenting merdu ketika Callia mendorong pintu Morrison Coffee dengan perlahan. Hari ini Morrison Coffee terlihat lebih ramai dari biasanya. Terlihat banyak muda mudi sedang mengobrol santai, beberapa dari mereka juga terlihat sibuk mengerjakan tugas dalam kelompok. Callia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba untuk menemukan seseorang yang ia cari, namun ia belum dapat menemukannya.

     Callia melangkah ragu kearah kursi-kursi tinggi dekat konter pengambilan minuman. Meja dan kursi tinggi tersebut menghadap kearah barista-barista yang sedang sibuk menyiapkan pesanan untuk pengunjung. Kursi-kursi tinggi tersebut satu-satunya tempat yang kosong.

     Callia baru saja akan duduk ketika seseorang menyapanya ramah. "Hai!," seru laki-laki dihadapannya dengan ceria. Laki-laki tersebut mengenakan apron barista dan penampilannya sedikit berbeda dengan barista-barista lainnya. Callia berusaha mengingat, ia yakin kalau ia pernah bertemu dan berkenalan dengannya.

     Callia melirik name tag laki-laki tersebut dan seketika ia mengingatnya. "Hai Sebastian! Maaf, kadang aku sangat pelupa," ujar Callia sambil tersenyum.

     "Tidak masalah," jawab Sebastian santai. "Biar aku traktir kau minuman. Caramel latte or vanilla latte?," tanya Sebastian tiba-tiba.

     Callia menggeleng, "tidak perlu repot," tolaknya halus.

     "Ayolah, bukankah aku yang berjanji padamu akan mentraktirmu minuman saat kau datang lagi kesini?," kata Sebastian mengingatkan.

     "Hmm.. Vanilla latte please. Thank you so much Sebastian, padahal kau tidak perlu mentraktirku," kata Callia malu.

     Sebastian hanya tersenyum sebelum membuatkan Callia minuman yang dipesannya. Sambil menunggu, Callia kembali melihat sekeliling, matanya terpaku kepada sosok yang dicarinya. Ia duduk di ujung ruangan, tempat yang sama dengan pertemuan pertama mereka. Callia memperhatikannya lekat-lekat, dan kemudian menyadari bahwa ada seorang wanita yang duduk bersama laki-laki tersebut. Seorang wanita yang terlihat cantik dan menarik. Dalam hati Callia bertanya-tanya, apa wanita tersebut merupakan kekasihnya?

One and OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang