SEPULUH

30 7 1
                                    

Tak terasa sudah dua minggu lamanya Za bersekolah di Sma Harapan Bangsa, Za sudah beradaptasi dengan sekolahnya dengan baik, pertemanannya dengan Mei juga sudah lumayan dekat.

Ya walaupun teman akrabnya hingga sekarang hanya Mei saja. Setidaknya ia punya satu orang teman dekat sekarang.

Setidaknya itu lebih baik.

"Hai September apa kabarmu hari ini?"

"Pasti baik dong ya apalagi sekarang bertemu dengan Za yang manis cantik aduhai dan membahana ini, yakan yakan?" Cerocos Za duduk disamping Mei yang lebih dulu tiba dikelas.

Dan entahlah kenapa, Mei juga sudah pasrah saja ketika Za selalu saja memanggilnya dengan nama-nama bulan, padalah ia sudah mengingatkan Za jika namanya Mei bukan nama-nama kedua belas bulan dalam setahun.

"Ah iya Maret, Mail mana?"

"Mail?"

"Dih lo kira gue Mei-meinya upin ipin?!"

"Ah Mail masih di malaysia ya?"

"Yah kasian banget sih Mei sampai sekarang masih ldr."

"Berhenti ngegaje deh Za! Heran gue kenapa bisa temenan sama lo."

"Ya karena ini Za yang manis cantik aduhai membahana."

"Serah lo deh Za serah." Ucap Mei pasrah.

"Eh lihat juli itu Mail!" Pekik Za dan dengan bodohnya Mei mengikuti kelakuan absurd Za, melihat kearah tangan Za yang menunjuk kearah seorang laki-laki yang baru saja masuk kedalam kelas.

Ew, Mei memperagakan seolah dirinya hendak muntuh.

Itu Doni seorang cowok berperilaku kemayu yang lebih suka dipanggil Dini padahal tampangnya sangar.

Mei mendengus, sementara Za tertawa terbahak-bahak melihat Mei yang terlihat kesal.

Hingga sedetik kemudian tawa Za lenyap ketika guru yang mengajar pagi ini masuk kedalam kelas.

___

Za menghembuskan nafasnya lelah, tiga jam sudah pelajaran berlalu dan dua jam lagi baru bel istirahat berbunyi.

Sungguh Za sudah sangat bosan, sedari tadi guru berkepala botak didepan sana terus saja berbicara rumus-rumus yang satupun tak ada yang Za mengerti.

Za melirik Mei, dan Za lihat Mei berkali-kali membelalakkan matanya yang beberapa kali ingin tertutup sempurna, mengantuk.

"Mei.." Bisik Za pelan dan Mei tak menanggapinya.

"Mei!" kali ini cukup keras membuat Mei tersentak ketika Za memanggilnya tepat disamping telinganya.

"Apasih Za?" Gerutu Mei kesal.

"Ke toilet kuy?"

"Kuy lah! Bosen gue ngeliat mukanya Pakusam dari tadi, mendingan juga gue mandangin closet toilet." Ya Pakusam, laknat memang padahal namanya sudah bagus-bagus saja pak Kusamanta, tapi malah disingkat jadi Pakusam atau bahkan biasanya dipanggil Paku oleh siswa-siswa yang diajarnya.

Setelah Mei yang meminta ijin pada Pakusam untuk pergi ke toilet. Akhirnya sekarang Za berjalan dilorong deretan kelas menuju toilet bersama Mei disampingnya.

Za dan Mei sepertinya memang sepasang teman yang klop, sama-sama tidak menyukai pelajaran matematika, lebih tepatnya semua mata pelajaran kecuali satu, mata pelajaran prakarya, itu karena terhitung hingga sekarang pelajaran itu hanya pernah masuk sekali saja, karena tidak ada guru yang menggantikan pelajarannya ketika guru yang sebelumnya mengundurkan diri hingga sekarang.

ZRA & ZA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang