10. Berantam

484 39 0
                                    

  Sebanyak 100 orang Anggota Altar sudah berkumpul disini,gudang bekas yang terlihat kumuh dan kotor. Angga berdiri sangar menatap tajam lawannya yang juga tak kalah banyak jumlah.
Rupanya anak anak pembangunan yang kemarin lusa di tumpas habis Angga tidak terima dengan kekalahan mereka. Kali ini Pembangunan datang dengan senior,anak jalanan yang terkenal ganas itu.

JONA preman pasar yang sangat sadis,tak segan segan membunuh musuhnya.

  Melihat itu Angga naik pitam,jika ia mau. Bisa saja mereka merekrut Senior-senior Altar. Tapi akan sangat menurunkan harga diri jika itu sampai terjadi.

   "Bocah hegh?" Bengis Angga membuat si pemimpin pembangunan mengepalkan tangannya kuat kuat.

"Segitu nyali lo? Kalau kalah,ya kalah aja. Gosa ngeborong" bengis Angga yang membuat Jona naik pitam.

"Bacot lo,Serang"

  Pertempuran kedua genk pun terjadi,saling pukul. Saling hantam,tak peduli dengan suara ringisan dan darah yang merembes menjadi lautan keringat.

"Gua bunuh lo" maki Jona mencari celah untuk bisa menusuk Angga,namun sigap pria itu menangkis.

  Ringisan terdengar parau dari bibirnya,saat sebatang kayu besar dihantamkan ke pundaknya.

Matanya mengabur,pusing. Segera mengambil ancang ancang,memposisikan diri menetralkan irama jantungnya. Tersneyum bengis ke arah Jona,membuat preman itu segera menendang Angga kembali.
  
Angga terjerembab ketanah,wajahnya penuh luka dan lebam. Sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.

'Pria sejati ialah dia yang mampu melindungi dirinya sendiri dari kejaran musuh,sekecil apapun tubuhmu'

Peringatan keras sang ayah terngiang di kepalanya. Angga menggeleng kuat,ia bukan pria lemah. Walau sangat susah dipaksakannya berdiri,ini lah perang yang sesungguhnya.

Angga membuka jacket hitamnya,melemparnya ke sembarang arah.

Piso kecil yang sedari tadi bertengger di pinggangnya kini berpindah ketangan.

Tatapan bengisnya berkobar menjadi sebuah amarah,saat dimana suara pekikan melengking dari Anggota altar terdengar. Juniornya itu terlempar ke parit membuatnya sungguh tak berdaya. Melihat itu Angga marah luar biasa.

"Bangsat"

Dihajarnya Jona dengan penuh amarah,melindungi anggota sudah menjadi bagian dari dirinya.

Kaki panjangnya bergerak lincah menghindari serangan jona,sesekali tangannya membalas pukulan Jona.
Hingga tiba di satu titik,Angga melumpuhkan Jona dengan menendang perut pria itu.

Segera ia beringsut,menyayat tangan Jona secara kasar. Hingga tangan kekar itu mengeluarkan darah yang begitu banyak.

Suara teriakan penuh kesakitan Jona berhasil menghentikan pertempuran itu. Mereka mematung melihat amarah Angga yang berkobar bagai singa kelaparan. Napas pria itu naik turun pertanda amarahnya baru saja memuncak dan perlu dituntaskan.

Angga memukuli Anak anak pembangunan dengan tangan kosong,membiarkan Jona berteriak histeris memegangi lengannya.

Menendang,membogem hingga melempar musuhnya itu sebagai pelampiasan emosi. Sedangkan anggota Altar hanya diam menonton bagaimana ganasnya seorang Angga jika marah.

Bahkan puluhan anggota Pembangunan bisa ia tumpas saat marah,terbukti dari banyaknya manusia yang berjatuhan penuh luka yang baru saja ia beri 'kecupan hangat'dari tangan kekarnya.

  Itulah sebabnya angga disebut Si raja berandalan.

Sura krek membuat mereka otomatis membulatkan mata. Itu pertanda bahwa Angga baru saja mematahkan tangan seseorang. Benar saja ringisan itu terdengar merintih penuh kesakitan, pimpinan pembangunan kini mengalami patah tulang. Sadis bukan?

BERANDALAN (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang