Menghabiskan waktu di kamar sembari bermain game sudah menjadi kebiasaan 'mengenaskan' ke lima anak berandalan ini.
Dan pelariannya adalah rumah Angga. Karena rumah inilah yang selalu siap sedia menampung mereka,dikarenakan ortu Angga yang jarang dirumah. Kalau ditanya mengapa Amanda dan a
Angga sekamar? Jawabnya bukan karena dipaksa sekamar,tidak!Alasannya tidak ada lagi kamar kosong untuk ditempati gadis itu,. Bagaimana tidak rumah bernuansa minimalis hingga lantai dua itu di isi oleh tetek benget kepemilikan Angga.
Lantai bawah yang hanya ada satu kamar dan itupun sudah di isi barang barang bekas Angga,baik berupa sepatu,baju skateboard,dsb. Lainnya ruang itu di desain khusus untuk tempat Angga ber olahraga,baik basket,volli bahkan tennis. Kolam renang dibelakang rumah disediakan dengan tempat bersantai. Sungguh indah bukan?
Sedangkan lantai dua,hanya memiliki tiga kamar. Kamar pertama khusus pakaian Angga,baik sepatu,dasi seluruh perlengkapannya,kamar kedua tempat bermain game. Dan tersisalah tempat ia tidur. Jangan tanya dimana kedua ortunya tidur saat datang kerumah ini,! Itu sudah menjadi resiko terlalu menuruti keinginan anak-ucap dewi waktu itu- saat dimana jeky dan Dewi memilih tidur bersama Angga dikamarnya. Wajar saja,Rumah ini sudah menjadi milik Angga. Hadiah pemberian kedua orangtuanya saat ia genap berumur 17 tahun,beberapa bulan yang lalu. Dan jadilah,pria itu yang berkuasa.
"Aih.. bangsat,tembak lah. Senjata lu,masa yang itu. Ganti Aldi..aigooo.. senapan senapan" cerocos Rizky melihat betapa leletnya Aldy. Bagaimana tidak mereka berdua satu tim,mengalahkan Iqbal dan Bastian dalam game peperangan itu.
"Berisik amat lu nyet""Berisik apanya? Lu aja kali yang lemot,lihat tuh anggota kita tinggal sikit"
"Namanya game harus ada yang kalah lah"
Rizky segera mendorong kepala Aldi gemas. "Ya kan gak kita juga kali monyet,kita main kan pengen menang. Bukan mau kalah" gemasnya. Rasanya ingin mencicipi darah Aldi segera.
"Hahak.. kasihan amat dah" ledek Bastian dan iqbal saat mereka berada di ambang kemenangan.
Sedangkan Angga memilih tiduran dikasurnya sembari menonton 'sniper' lewat aplikasi youtube. Mereka sudah berganti pakaian dengan celana training pendek milik Angga,dan ingat itu tanpa menggunakan baju. Hanya kaus dalaman saja.
Kamar itu seperti kamar pecah,baju berserak dimana mana. Bungkus cemilan,belum lagi mereka kadang salto mengikuti gerak gerik game nya.
Derit pintu mengalihkan perhatian mereka,Angga hanya menoleh sekilas berikutnya ia cuek.
Amanda terdiam,kamar apaan ini?
Mengerti dengan cara pandang Amanda,Iqbal segera menjawab. "Hehe..sorry. kebiasaan kita mulai dari dulu. Turun temurun"
Yang langsung dijitak oleh Bastian. "Turun temurun nenek lo,bokap nyokap gua gak kayak gua ogeb"
Iqbal cengengesan. "Namanya juga hipertensi bas"
"Hiperbola" gertak Aldi memperbaiki ucapan Iqbal membuat pria itu semakin cengengesan tak jelas.
"Buru" Mendengar penuturan Angga bernada perintah itu membuat ke empat segera menghentikan celoteh tak bermutu itu. Dengan sigap mereka memungut pakainnya menggulung asal dan memasukkan nya kedalam tas.
Amanda mengernyit melihat mereka,ada apa? Ko tiba tiba.
"Cabut" ucap Iqbal. Suasana yang tadi riuh berubah tegang dan mencekam. Amanda panik bukan main,saat Angga menyelipkan belati di pinggangnya,memakai jaket hitam bertulisakan ALTAR dipunggunya.
Ke empat member itu sudah berlalu kebawah,melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Angga.
Amanda memungut celana putih abu abu milik Angga,dengan fokusnya tetap pada Angga yang saat ini menggunakan sepatu hitam. Kecamata hitam bertengger tampan di hidungnya. Ketampanan pria itu berkali lipat ganda saat ini. Jika berpenampilan begini ia tampak sangat dewasa,tidak seperti anak SMA.
"Mau kemana?" Walau takut Amanda tetap memberanikan diri untuk bertanya. Angga menoleh sekilas,beralih mengambi sarung tangan hitam menelusupkan ketangan kekar nya.
"Bukan urusan lo"
Amanda terdiam mendengar nada bentakan yang cukup berat itu. Benar itu bukan urusannya.
Tanpa menoleh Angga melangkah berniat membuka gagang pintu,namun aksinya berhenti saat Suara Amanda terdengar. "Berhati-hatilah"
Pria itu berbalik melangkah maju,membuat Amanda panik. Apa iya salah bicara?"Gua tau jaga diri,emang lo. Makluk lemah!" Gertakannya dan berlalu tanpa melihat Amanda yang terjatuh duduk di lantai.
Ia tau ia lemah,benar sangat lemah. Bahkan dengan ancaman saja ia harus menanggung segalanya,berpura pura tegar. Jika bukan karena ancaman jeki,dipastikan tidak akan ada amanda saat ini disini. Ia tidak akan menikah dengan angga siraja jalanan. Ia lemah, sangat.
Menangis dalam diam,sudah terbiasa ia lakoni. Meanangis tanpa suara sudah menjadi kebiasaan buruk Amanda.
'Jangan lemah,gua disini mand. Kalau ada apa-apa cerita sama gua' ia teringat ucapan Elina tadi siang,saat ia bercerita tentang segalanya.
Dengan segera ia berlari menuruni tangga,berniat mengadu pada Elina yang tidak lama ini menjadi sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDALAN (Selesai)
Novela JuvenilAngga berdiri sangar menatap tajam lawannya yang juga tak kalah banyak jumlah. Rupanya anak anak Pembangunan yang kemarin lusa di tumpas habis Angga tidak terima dengan kekalahan mereka. Kali ini Pembangunan datang dengan senior,anak jalanan yang te...