12.Erick Bramasta

481 33 0
                                    

   Dengan langkah yang begitu lemas,Amanda menyusuri jalanan yang masih tergenang air hujan. Rintik hujan juga masih terasa msnerpa kulit halusnya. Gerimis masih setia meyapa bumi saat gadis itu memilih berjalan mencari angkot atau kendaraan lain yang bisa ia tumpangi.

  Tak sengaja matanya membidik seseorang yang sedang meringkuk kesakitan di bawah pohon besar. Tanpa pikir panjang Amanda melangkah mendekati orang itu. Jelas terlihat dimatanya bahwa pria itu terluka. Ia jadi teringat kepada angga.

Pria itu menundukk memegangi perutnya yang terdapat noda darah dibajunya. Amanda sungguh ngeri melihat darah itu. Ditambah lagi pria itu sudah bayah kuyup. Seragam putih abu abunya bercak penuh darah dan sangat kotor.

Merasa ada yang datang,pria itu menengadah.

Wajah yang diterpa gerimis itu terlihat tampan di matanya. Hidung mancung,serta tatapan lasernya. Rambut acak acakan menambah kesan maco pria itu.

'Ganteng' batin Amanda.

Pria itu mengernyit melihat kehadiran Amanda.

"Lo kenapa?"

"Gak apa-apa"jawabnya singkat.
Namun pria itu kembali merintih kesakitan,giginya bergemeletuk menahan sakit.

Amanda segera berjongkok,menyentuh tangan yang memegangi perut penuh darah itu.

Amanda terhenyak saat tak sengaja matanya menangkap sayatan diperut pria itu dimana kancing baju pria itu terlepas satu. Dipandanginya wajah kesakitan pria itu.

"Perut lo,ya ampun" Amanda menelungkupkan kedua tanggannya keperut itu berharap dengan begitu luka menganga itu tidak mengeluarkan darah terus menerus.

"Gua erick,ERICK BRAMASTA" Amanda memandang tajam pria itu. Saat genting gentingnya ia masih sempat memperkenalkan diri.

"Knp? Bagus kan nama gua,kayak orangnya?" Erick mengangkat angkat alisnya bangga.

"Lo gilak hah? Lo lagi terluka dan sempat sempatnya lo bercanda. Apa yang ada di otak lo? Kalau luka lo ini gak segera di obati lo bisa tewas. Tau ngga?"

Erick mematung melihat gadis didepannya tiba tiba marah. Bahkan ia bisa menangkap betapa tulusnya ia mengatakan itu.

"Hm..iya iya maaf" erick sipemimpin geng ALFA (musuh bubuyutan angga-masih ingat kan?) Tergagap. Ia salut bercampur senang.

"Kalau gitu.." erick melihat name tag didada Amanda "tolong gue" detik berikutnya Erick pingsan. Wajah pria itu pucat. Amanda semakin takut dan khwatir.

.
.
.
.
  Angga berjalan kedapur,sedari tadi cacing cacing diperutnya sudah menari cawan meminta jatah.

Ia mengumpat,biasanya ia ada yang masakin. Bibi inah yang bekerja di Rumah tempat tinggalnya yang berjarak lumayan jauh dari tempat tinggal nya ini. Selalu menyempatkan waktu datang untuk memasak buat tuan mudanya ini,setelahnya ia kembali kerumah sang majikan utama-rumah papa jecky dan mama dewi-.
    Angga duduk dimeja,mengetuk etukkan kepalanya ke meja tersebut sembari tangganya memegangi perutnya. Mulai dari tadi siang ia tidak makan,dikarenakan Amanda belum pulang.

  Bahkan jam sudah menunjukkan jam 20:45.

Tak berselang lama,ia mendengar suara pintu terbuka serta langkah kaki yang semakin mendekat. Angga dengan sigap melangkah.

   Dipandanginya gadis yang berdiri gugup dihadapannya dengan pakain basah dan cukup mengenaskan. "Habis di sleding lo?"

Amanda yang paham dengan suara bernDa marah itu tidak menjawab,ia hanya tertunduk merasa takut.

"Ini masih jam 8 pagi,kembali aja dulu ke sekolah" nada suara Angga terdengar menyindir membuat Amanda semakin menunduk.

"Anak berprestasi harus jam segini ya pulangnya? Hebat amat melebihi presiden"

BERANDALAN (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang