Try 3

5 0 0
                                    

Felicia masih mengingat seseorang di kampusnya dulu. Ia bisa dibilang cerdas dalam bidang hacker. Namun keahliannya itu hanya beberapa orang tahu, termasuk dirinya.

Seseorang itu bernama Jeon Jungkook. Adik tingkatnya semasa kuliah. Dan saat ini Felicia tengah berdiri di hadapan pria itu.

"Apa imbalannya, Kak?"

Adalah kalimat berbentuk pertanyaan yang pertama kali pria itu lontarkan setelah Felicia menjelaskan maksud kedatangannya ke tempat Jungkook.

Wanita itu cukup terkesan dengan kehidupan yang diambil Jungkook untuk mendapatkan pundi-pundi uang. Apalagi kalau bukan menyangkut hobinya mengotak-atik sistem komputer?

"Aku punya cukup banyak uang. Melacak keberadaan seseorang bukan hal yang rumit, kan?"

Jungkook mengangkat sebelah alisnya. "Tergantung."

"Tergantung?"

"Tergantung dia mudah dilacak atau gak. Bisa cukup rumit kalau dia tinggal di daerah terpencil."

Felicia tertawa pelan mendengar penuturan Jungkook. "Ayolah, Kook. Aku tahu kamu gak selemah itu."

"Gimana kalau aku minta imbalan Kakak buat jadi pacar aku?"

Felicia merapatkan mulutnya dan menatap Jungkook dengan tatapan datar. Wanita itu memang sudah menduga jika Jungkook akan mengudarakan topik itu. Karena sudah bukan rahasia lagi seorang Jeon Jungkook mengagumi Felicia sejak dulu.

Kalau saja Jungkook tidak keduluan dengan seniornya yang lain, Felicia pasti sudah berada di genggamannya.

"Bercanda, Kak, jangan terlalu serius." Jungkook memutar kursinya, dengan jemari yang lihai pria itu memulai aksinya.

Tanpa menyadari Felicia yang diam-diam menghela napas lega.

"Siapa dia, Kak?" tanya Jungkook, memecah keheningan diantara keduanya.

Felicia mengangkat kepalanya dan menatap pria itu dari arah belakang.

"Orang yang Kakak cari. Siapa Hobi?"

Felicia mengulum bibir, berpikir sejenak. Namun wanita itu membiarkan kalimat yang berada di kepalanya meluncur dari mulutnya.

"Orang yang aku harapkan bisa membuka sebuah kebenaran tentang kematian Jimin."

Suara ketikan jemari Jungkook pada keyboard seketika terhenti. Kedua matanya berkedip pelan, dadanya tiba-tiba merasakan perasaan aneh yang sayangnya bukanlah perasaan nyaman. Ada gelenyar yang sedikit menyakitkan di sana.

Jungkook tentu saja paham betul siapa Jimin. Sangat paham. Itulah mengapa ia ikut merasakan apa yang dirasakan Felicia ketika wanita itu melontarkan pernyataan tadi.

Namun alih-alih bertanya lebih dalam, Jeon Jungkook lebih memilih untuk melanjutkan kembali apa yang sedang dikerjakannya. Lagi-lagi meninggalkan Felicia yang tersenyum lega karena merasa pria itu selalu pandai menjaga privasinya.

"Geumjeong Distrik, Busan. Jungang-daero 1959beon-gil."

Setelah mendengar itu, kening Felicia berkerut. Selama ini keluarga Jimin kembali ke kampung halamannya. Hanya saja mereka menempati jalan yang berbeda. Itu mengapa Felicia tidak berhasil menemukan Hobi. Karena ia sendiripun tidak tahu daerah kampung halaman mereka.

"Jungang-daero 1959beon-gil."

"Kak?" Jungkook memutar kursinya untuk berhadapan dengan Felicia. Pria itu menatap Felicia dengan pandangan duka. "Aku.. ikut menyesal atas kematian Kak Jimin."

Felicia tidak mampu membalas apapun selain ucapan, "Makasih."

Wanita itu lantas pamit untuk pulang.

Namun sebelum Felicia benar-benar keluar dari tempat Jungkook, pria itu meraih pergelangan tangan Felicia dan menyerahkan secarik kertas.

Di sana tertera sebuah nomor ponsel yang Felicia yakini adalah nomor milik Hobi.

"Gak usah ngasih imbalan apapun buat aku, Kak. Gratis. Untuk seorang teman."

Dengan satu senyum bertandakan terima kasih yang sangat besar, Felicia pulang dengan hati ringan, bersamaan dengan Jungkook yang detik itu juga benar-benar melepaskan sosok yang ia sayangi selama bertahun-tahun lamanya.

"Jim, aku siap menghadapi rasa sakit itu lagi. Tolong, kali ini kamu harus ngebiarin aku buat melewatinya, biar aku bisa menemukan alasan untuk bahagia. Sama seperti Mama."

last try [book 2]• pjm ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang