Try 4

6 0 0
                                    

Felicia tidak pernah menyangka akan datang hari dimana ia berdiri di kota ini. Sendiri.

Berbekal tekad yang kuat juga rasa ingin tahunya demi memecahkan potongan puzzle yang belum terselesaikan, wanita itu mengambil cuti selama tiga hari untuk mengunjungi Busan.

Dan jika selama tiga hari itu ia tidak menemukan keberadaan seseorang yang dicarinya, maka ia terpaksa harus pulang dengan tangan kosong. Tanpa pernah menyusun potongan puzzle tersebut, dan hidup terombang-ambing.

Keberuntungan sepertinya berpihak kepadanya saat ia tidak perlu mengerahkan usaha dan tenaga yang banyak untuk menjangkau alamat yang diberikan Jungkook lusa kemarin. Lima jam perjalanan dari stasiun, Felicia kini sudah berada di jalan Jungang. Tepatnya duduk di depan toko serba-ada dengan sebotol minuman dingin di tangan.

Teringat oleh satu hal, wanita itu meraih ponselnya dan mencari kontak pria itu.

Kak Hobi.

Felicia menggigit bibir bawahnya sebelum menekan tombol dial.

Beberapa detik menunggu, telepon langsung tersambung. Felicia menggenggam botol minumannya dengan erat.

Dan ketika nada sambung tergantikan oleh suara familiar dari seseorang di seberang sana, napas Felicia tercekat.

"Halo?"

Ini adalah suara Hobi. Masih sama. Terdengar ramah dan menyenangkan. Felicia tidak bisa menahan untuk menarik sudut-sudut bibirnya, membentuk lengkungan senyum.

"Halo, ini siapa, ya?"

Ini aku, Kak. Ini aku, Felicia.

Kalimat itu tertahan di tenggorokan tanpa mampu ia ucapkan. Rasanya pita suaranya hilang entah kemana, berpikir mungkin telah dicuri oleh Spongebob atau Squidward.

Tapi ternyata tidak. Pita suaranya masih berada di tempat ketika Hobi mengeluh di seberang sana dengan kalimat, "Siapa, ya? Aku agak sibuk nih, gak bisa lama-lama angkat telepon."

Dan Felicia menjawab, "Maaf salah sambung." Lalu mematikan sambungan telepon secara sepihak.

Wanita itu terdiam di tempat, masih dengan posisi absolutnya; satu tangan menggenggam botol minuman, satunya lagi mencengkeram ponsel, menatap kosong ke arah depan. Beberapa orang yang melewatinya bahkan dibuat ngeri oleh posenya.

Itu tadi.. benar-benar suara Kak Hobi, kan?

Batinnya terus bertanya tidak menyangka. Tapi memang benar itu adalah suara Hobi. Yang artinya Jungkook benar-benar memberikan nomor telepon yang valid untuknya. Kemampuan Jungkook patutlah mendapat penghargaan tinggi.

Merasa harus menyudahi kebengongannya, Felicia mengusap wajah serta menepuk-nepuk ringan pipinya, menyemangati diri sendiri agar kembali mencari alamat rumah Hobi.

Setelah mendengar suara pria itu, Felicia menjadi lebih yakin untuk mencari tahu kebenaran yang selama ini berusaha dikuburnya.

Namun baru beberapa langkah tungkainya berjalan, kedua netra wanita itu membulat ketika melihat sosok seseorang yang berjalan dari arah berlawanan.

Kakinya otomatis terhenti.

Jantungnya pun sempat demikian, namun segera memompa tiga kali lebih cepat.

Hal itu juga terjadi dengan seseorang yang ada di depannya.

Felicia bisa melihat tubuh pria itu menegang, dan kakinya sedikit bergetar. Raut wajahnya seolah tidak mempercayai akan apa yang tengah dilihatnya.

Dua tahun tanpa pernah sekalipun bertatap muka, Felicia sedikit pangling. Rambutnya yang dulu bercat merah, kini berubah ke warna alaminya; cokelat gelap. Wajah tembam yang dulu menggemaskan, kini sudah agak tirus dan terlihat lebih dewasa.

Di depan mata kepalanya, Jung Hoseok atau yang lebih akrab dipanggil dengan nama Hobi berdiri di depannya. Jarak puluhan mil yang membentang diantara keduanya, kini terkikis habis dan hanya menyisakan sepanjang tiga meter.

"Kak..," Suaranya bergetar saat memanggil Hobi.

"F-Felly..., k-kenapa kamu di sini?"

last try [book 2]• pjm ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang