Try 10

4 0 0
                                    

Seven months later,
R&J Building, 11:45 am.

-

"Barang-barang yang udah siap langsung kita paketin aja. Kalau ketunda terus, takutnya di sana gak akan sampai waktunya. Kak Namjoon, nanti tolong bantu aku nyusun acaranya, ya?"

"Siap, Kapten!"

"Oke, udah masuk jam makan siang. Kita bisa lanjut besok di jam dan tempat yang sama. Makasih, semuanya!"

Orang-orang di ruangan itu menutup buku dan menyimpan gadget mereka lantas kemudian berhamburan keluar untuk memanfaatkan jam istirahat.

Hal yang sama dilakukan oleh Felicia. Wanita itu diam-diam tersenyum lega karena rapat hari ini berjalan dengan lancar. Apalagi ini adalah pertama kali untuknya memimpin sebuah event yang diadakan di luar kota.

Bos Seonjoo telah cukup mempercayai dirinya, karena hal itu telah dibuktikan dengan kinerja Felicia yang bagus selama wanita itu lolos seleksi masuk ke perusahaan ini.

"Fel," panggil seseorang. Felicia mendongak dan baru menyadari kalau Namjoon belum meninggalkan ruangan.

"Iya, Kak?"

Namjoon mendekat. "Baru aja terima chat dari ketua koordinasi gedung di sana, katanya besok udah siap buat menyusun segala keperluan kita."

Felica mengangguk. "Syukurlah. Kita jadi ada tambahan waktu buat menyusun properti kita."

"Semoga event satu minggu mendatang bisa sukses," harap Namjoon dengan sungguh-sungguh. Senior Felicia yang satu itu sudah banyak membantunya selama ini.

"Iya, Kak, semoga aja."

"Ya udah, aku keluar dulu. Ada janji sama temen," cengirnya.

Felicia mencibir, "Temen apa temen? Kenalin dong!"

Namjoon tertawa malu, menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "Rencananya hari ini mau sekalian ngelamar."

Felicia terkejut mendengar pengakuan dari Namjoon. "Serius?! Ya udah sana cepet, Kak! Jangan sampai dia nunggu lama!"

Felicia mendorong pelan punggung Namjoon, mengakibatkan pria itu tertawa. "Doakan biar diterima ya, Fel!"

"Pasti! Semangat!"

Namjoon lalu berlari keluar untuk menemui tambatan hatinya. Tak dapat dipungkiri Felicia ikut gembira atas kebahagiaan pria itu.

Ia menghela napas, lantas kembali membereskan buku-buku dan peralatan menulisnya untuk dibawa ke mejanya, untuk kemudian dibingungkan dengan sebaiknya melakukan pesan antar makanan, atau pergi keluar.

Memilih opsi kedua, ia kemudian mengambil jaket mantel di senderan kursi dan memakainya seraya berjalan menuruni tangga.

Satu tangga, dua tangga Felicia menuruninya dengan perlahan, tiba-tiba langkah kakinya terhenti dan tubuhnya membatu manakal sepasang netra cokelat miliknya bertubrukan dengan milik seseorang yang berada di depannya.

Satu tangga, dua tangga Felicia menuruninya dengan perlahan, tiba-tiba langkah kakinya terhenti dan tubuhnya membatu manakal sepasang netra cokelat miliknya bertubrukan dengan milik seseorang yang berada di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita itu mengerjap selama beberapa saat, meyakinkan bahwa penglihatannya masih baik-baik saja ketika sosok itu melemparkan senyum ramah yang memiliki banyak arti.

Kedua matanya menyiratkan akan sebuah kerinduan panjang, kerinduan yang selama ini ia tahan selama bertahun-tahun.

Dari balik mata itu, Felicia juga menemukan adanya kekosongan yang selama ini mengisi jiwa pria itu. Dan baru Felicia simpulkan bahwa pria itu selama ini membiarkan dirinya hidup dalam kesendirian sampai pada akhirnya memutuskan untuk menjemput kebahagiaannya.

Yaitu dirinya.

Dan seingatnya, terakhir kali ia ditatap dengan begitu tulus dan lembut adalah oleh seseorang yang kini raganya sudah tidak berada di dunia lagi.

Namun kini, tepat di hadapannya, seorang pria menatap dirinya dengan begitu tulus, begitu lembut, begitu menenangkan dan.. penuh cinta.

Pria itu adalah...,

"Kim Taehyung?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kim Taehyung?"

Taehyung melempar senyum simpul yang hangat, sehangat mentari pagi yang mampu menembus hati Felicia. Mencairkan kebekuan yang ada di dalamnya, memberi kesempatan untuk sinarnya sedikit demi sedikit mengintip dari celah-celah jiwanya yang dingin, memekarkan bunga-bunga yang telah lama layu.

Di sisi lain, wanita yang kini tengah berdiri dengan semburat kemerahan pada kedua pipinya itu ikut menarik sudut-sudut bibir, menampilkan senyuman manis untuk pertama kalinya di hadapan Kim Taehyung.

"Mau makan bersama?"

Senyuman Felicia semakin melebar mana kala kakinya kembali menuruni anak tangga. Ia seakan sedang berjalan ke arah cahaya. Sebuah jalan yang akan mengantarkannya pada kehidupan yang baru.

Dan ketika Felicia berdiri di hadapan Taehyung, wanita itu mengangguk, menyetujui ajakan si pria untuk mengisi perut bersama.

Dalam hati, Felicia berujar, "Park Jimin, aku akan menjemput kebahagiaan itu."

-

the end.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

last try [book 2]• pjm ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang