7. Protect

14 2 0
                                    

"Sean bangun, berangkat sekolah gak lo?"

"Bentar, 5 menit lagi nanggung" Ujar Sean yang masih memejamkan matanya.

"5 menit lagi gerbang ditutup bego" Kesal Juan karena ulah Sean yang tidak mau bangun padahal sudah dari tadi ia bangunkan.

"Astaga kenapa gak bilang dari tadi" Sean terperanjat dari tempat tidurnya, kemudian ia berlari mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi yang ada di kamarnya itu.

"Ade gue kapan benernya" Juan menggelengkan kepalanya.

10 menit berlalu setelah Sean masuk kedalam kamar mandi, ia sudah siap dengan seragam sekolahnya. Sean turun ke lantai bawah dengan tergesa-gesa. Ia melewatkan panggilan bi Inah yang sudah menyiapkannya sarapan.

Setelah cukup memanaskan motornya, Sean melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Ia tidak mau kalau harus berurusan dengan satpam maupun anggota OSIS yang setiap hari menunggu orang-orang yang suka terlambat seperti dirinya. Ia terlalu malas untuk itu.

Tepat pukul 07.15 Sean tiba di depan gerbang sekolahnya, dan sialnya pintu gerbang sudah tertutup rapat. Ditambah
Dua orang guru sedang berjaga di balik gerbang membuat harapan Sean untuk bisa masuk dengan aman sirna begitu saja.

"Woi bos, telat juga lo?" Tanya Alvin dibalik helm fullfacenya.

"Udah tau, masih aja nanya"

"Ya kan, siapa tau lo lagi nugas jagain gerbang dari luar"

"Bacot, mending kita nyari cara bagaimana masuk dengan aman" Titah Sean.

"Emang kita belum ketahuan?" Ujar Dito.
"Knalpot motor kita kan brisik bego" Lanjutnya.

"Lah, terus ngapain kita masih disini?"

"Alah, lama masuk tinggal masuk aja. Trobos ajalah." Okto turun dari motornya kemudian berjalan menghampiri pintu gerbang.

Tok.. Tok.. Tok..

Okto mengetuk pintu gerbang berharap ada satpam atau siapapun yang bersedia membukanya.

"Assalamu'alaikum, punten"

"Do you want to build a snowman?" Okto menirukan suara seperti di film yang ia tonton semalam.

"Kek pernah denger itu lagu, tapi di mana ya?" Brian nampak sedang mengingat-ingat lagu itu.

Tak lama pintu gerbang pun terbuka, menampilkan seorang berseragam guru di sana. Pak Rahmat, guru yang paling dihindari oleh seluruh murid nakal di SMA ini, sekarang berdiri tepat di hadapan Sean dan yang lainnya.

"Eh bapak, selamat pagi pak" Ujar Okto kikuk.

"To, katanya mau di trobos jadi gak?" Ujar Alvin memanas-manasi.

"Trobos apanya?" Tanya pak Rahmat.

"Oh engga pak, biasa temen saya suka ngomong yang aneh-aneh kalo pagi."

"Kalian gak mau masuk?"

"Kalo diizinkan, dengan senang hati kami masuk pak" Jawab Okto semangat.

"Ya sudah, tunggu apa lagi"

"Beneran nih pak?" Tanya Dito.

Pak Rahmat menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan. Okto kemudian berjalan ke tempat ia meninggalkan motornya. Mereka berenam mulai menyalakan mesin motornya masing-masing.

"Terimakasih banyak pak" Ujar Okto dengan wajah nampak senang. Sepertinya hari ini ia sedang bernasib baik.

"Eits, tunggu dulu, suruh siapa nyalain motor?" Tanya pak Rahmat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang