1. SMA Bakti Kencana

25 2 1
                                    

SMA Bakti Kencana, salah satu sekolah elite di Bandung yang terkenal dengan segudang prestasinya. Baik secara akademis maupun non akademis. Meskipun terkenal akan prestasinya tetap saja semua sekolah pasti punya stok murid-murid kesayangan BK kan?
Bukan karena segudang prestasi melainkan dengan segudang masalahnya. Dan sepertinya nasib malang tersebut sedang menimpa sekolah ini.

Bagaimana tidak, baru saja sekolah ini mengadakan mos hari pertama, sudah ada lima murid baru yang berdiri di depan lapangan dan secara tidak langsung menjadi pusat perhatian seluruh murid SMA Bakti Kencana, entah apa yang mereka lakukan sehingga berakhir seperti itu.

Terdengar bisikan-bisikan murid yang sedang membicarakan mereka.

"Anjir yang paling depan gantengnya gak ada obat"

"Yang belakang juga! Fix gue karungin ini mah"

"Meleleh adek bang"

"Apa sih muka biasa aja juga"

"Dih, pengen pansos doang kali"

Dan masih banyak lagi bisikan-bisikan yang terdengar.

"Perkenalkan diri kalian!" perintah seorang guru yang entah darimana datangnya berhasil membuat kelimanya berjengit kaget.

Dito mengambil langkah mendekati mikrofon yang sudah terpasang di depan.

"Halo! Selamat pagi semuanya, masih semangat kan? Gak ada yang pingsan? Semoga aja gak ada ya, kasian nanti stok teh hangat di UKS makin nipis," ucap cowok tersebut basa-basi yang dibalas tatapan heran para siswa. "Oke tanpa basa-basi lagi, perkenalkan nama gue Dito Alvaro. Khusus cewek-cewek bisa manggil gue sayang, untuk cowok jangan ikut-ikutan." Cerocos Dito tanpa tahu malu.

"Dan ini temen-temen gue, yang paling kanan ada Alvin Putra Bhagaskara, ya mungkin kalian berpikir mukanya mirip-mirip fakboi, tapi dia anak baik tenang aja." ucap Dito yang dibalas tatapan sinis dari Alvin.

'Anak baik tapi dihukum didepan, ew'

"Disebelah kirinya ada Yuno Adreas Gauzan. Nah kalo yang ini mukanya sebelas-dua belas lah sama gue, walaupun masih gantengan gue sih, yang minat nomor telponnya bisa tanya-tanya gue oke,"

"Lanjut disebelahnya ada Okto Pradipta. Gak usah dijelasin lah ya, kalian liat aja sendiri," ucap Dito yang dibalas cuitan 'bodo amat' para siswa.

"Yang terakhir ada Brian Aditama. Nah yang ini bisa kalian liat sendiri ini contoh tampang buaya darat yang kalo chatingan sama cewek selalu bilang, 'Cowok kamu ga marah kan kalo kita chattan kaya gini', jadi amankan cewek kalian dari buaya satu ini,"

"Sekian perkenalan dari kami. Gak usah panjang-panjang banget lah ya, kalo mau panjang-panjang boleh move to roomchat. Dan perlu kalian ingat bukan karena kami berlima, jadi kami pemain basket bukan. Tapi karena kami memang berlima, bukan berenam atau bertujuh, bukan juga ber-endem apalagi ber-enang. Udah yak, kelamaan nih, terima kasih." tutup Dito yang langsung disambut tawa dan sorakan meriah seluruh murid yang ada disana.

"Diaam!!" bentak Pak Rahmat membuat suasana yang ricuh kini kembali hening.

"Baru pertama masuk sekolah bukannya ikut kegiatan sekolah malah bolos di kantin belakang, ngapain kalian?!" ucap Pak Rahmat selaku wakasek bidang kesiswaan itu.

"Emm, anu pak, kita lagi nemenin temen kita makan pak, kasihan dari kemaren belum makan, ya kan Ian? " ucap Dito sambil menyenggol lengan Brian supaya ikut membantunya untuk mencari alasan.

"I-iya Pak, kasihan Okto. Lihat tuh, Pak, badannya aja kurus gitu kayak yang belum dikasih makan 7 hari," ucap Brian dengan wajah memelas yang membuat Pak Rahmat memicingkan matanya.

"Mana yang namanya Okto? Benar begitu?" ucap Pak Rahmat tidak percaya.

"Saya pak!" ucap Okto sambil mengacungkan tangannya. "Mohon maaf, Pak, sekarang hari apa ya?" ucapnya lagi malah balik bertanya.

"Hari senin. Memangnya kamu tidak punya kalender di rumah? Masih muda kok gak ingat sama hari," jawab Pak Rahmat kesal.

"Ohh hari senin toh, maap-maap nih bapak dan teman-temanku sekalian, berhubung sekarang hari senin dan saya sering disuruh bunda tersayang buat menjalankan ibadah puasa sunnah, maka dari itu cerita yang dikarang oleh Dito dan Brian itu semua hanya karangan belaka, " jelas Okto panjang lebar dengan muka kelewat polosnya yang berhasil membuat seisi lapangan tertawa karena kepolosannya.

"Si anying, tolol!" maki Dito dan Brian secara bersamaan. Tamat sudah riwayat mereka dihadapan bapak kesiswaan yang terkenal kejam itu.

"Oh begitu, mau ada pembelaan lain atau mau damai?" tawar Pak Rahmat kepada mereka berlima.

"Hehe, kita damai aja Pak! Lupain masalah yang tadi, kita akan ikut kegiatan ini sampe akhir kok Pak," jawab Dito dengan mengangkat tangan dengan bentuk jari V serta cengiran tanpa dosanya tersebut.

"Lupain-lupain kepala bapak kau, gak ada kalian tetep kena hukuman, mau jalan jongkok keliling lapangan atau bersihin lapangan? " Jelas perkataan itu membuat seorang Alvin Putra Bhagaskara menggerutu kesal "Katanya damai, ehh malah ngasih hukuman ga konsisten banget jadi guru" Kesalnya terdengar jelas oleh guru tersebut.

"Oke karena masih ada yang protes kalian selesaikan hukuman Dua-duanya!" Perintah guru tersebut dengan nada yang tidak bisa dibantah.

"Astaghfirullah" Kompak mereka berempat. Yuno yang sedari tadi diam akhirnya bersuara "Ayo selesain cepet"
Sedikit bicara tapi mampu membuat mereka mengangguk menurutinya.

To be continued

Ini cerita pertama gue, maaf penulisannya masih berantakan.

Jangan lupa voment

SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang