"Kopi, Kang!" sapa Pak Dul sambil mengulurkan uang sepuluh ribu kepada pak satpam. Memang para penghuni TKP terbiasa menyuruh pak satpan yang bernama Paidin untuk membeli kopi.
Segera Pak Paidin menuju warungnya Mbok Landep untuk membeli kopi. Disana biasanya ia ngobrol dulu dengan sesama pembeli di warung tersebut. Sambil minum kopi dan makan kue satu atau dua potong. Setelah kopi pesanannya jadi segera dia membawanya ke pos jaga. Kemudian dia mengaduk kopi tersebut satu persatu.
"Aku sing ndi, Kang?" (Aku yang mana, Kang?) Tanya Pak Nano.
"Kidul dewe." (Paling selatan) sahut Pak Paidin.
"Yang Pahit mana?" Tanya Pak Hafi sambil melihat-lihat jajaran cangkir di Meja yang kelihatan lusuh bekas kopi.
"Yang pahit cangkir warna coklat." Kata Pak Paidin sambil mengambil rokoknya Pak Narno. Itulah kebiasaan Paidin dipos satpam, dia selalu mengambil rokok apapun milik siapapun tidak perduli. Pokoknya ada dimeja dia ambil. Semua merk rokok doyan yang penting ngebul dan gratis. Apakah dia tidak punya rokok? Punya dan selalu bawa. Tapi yang doyan rokoknya Paidin ya ia sendiri. Jadi rokoknya selalu utuh karena ia selalu mengambil rokok temannya.
Obrolan pun semakin gayeng, karena sesajen sudah siap dan komplet. Ada rokok dan kopi. Banyak hal yang diomongkan tanpa habis bahannya. Mulai topic sepeda pancal, sepeda motor, mobil, cerita politik, pencurian, dan lain lain. Terkadang mereka juga terpeleset mengomongkan orang lain alias ghibah. Kalau tersadar mereka baru tertawa bersama sama. Sampai sampai ada sebutan AHLI GHIBAH WAL JAMA'AH. Padahal dalam Islam ghibah itu haram.
Sesuai keterangan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "'Tahukah kalian apa itu ghibah?' Lalu sahabat berkata: 'Allah dan rasulNya yang lebih tahu'. Rasulullah bersabda: 'Engkau menyebut saudaramu tentang apa yang dia benci'. Beliau ditanya: 'Bagaimana pendapatmu jika apa yang aku katakan benar tentang saudaraku?' Rasulullah bersabda: 'jika engkau menyebutkan tentang kebenaran saudaramu maka sungguh engkau telah ghibah tentang saudaramu dan jika yang engkau katakan yang sebaliknya maka engkau telah menyebutkan kedustaan tentang saudaramu.'" (HR. Muslim no. 2589)
Sedangkan ghibah adalah perkara yang diharamkan sebagaimana dalam firman-Nya, Allah telah melarangnya sebagaimana dalam kaidah ushul fikih bahwa lafadz larangan asalnya menghasilkan hukum haram. Di antara dalil larangan ghibah adalah firman Allah ta'ala: "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah kamu mencari kesalahan orang lain dan jangan di antara kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah di antara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentu kalian akan merasa jijik. Bertakwalah kalian pada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12)
Lanjut ngopi yuk! Salah satu kelebihan Paidin adalah dia hafal tentang kesukaan kopi orang-orang yang selalu cangkruk'an di TKP. Pak Narno suka kopi yang manis, Pak Hafi suka yang kental dan pahit, Pak direktur suka kopi yang encer dan pahit, Pak Aman suka kopi manis dan menggunakan gelas yang besar bukan cangkir. Jadi kalau membeli kopi pasti komplet bermacam macam jenisnya.
"Ndi ki jajane?(Mana kuenya?)" tanya Pak Ali.
"Tanggal tuwek, nda (Tanggal tua, nda)" jawab Paidin.
" Ruwet.......ruwet" kata Pak Ali. Paidin hanya tertawa saja. Meskipun masih tanggal 12, menurut Paidin memang sudah tanggal tua. Gajinya sudah habis kalau tanggal-tanggal segitu. Dan orang-orang yang biasa cangkruk hafal kalau uang beli kopi yang seharusnya cukup untuk beli kopi dan kue jadinya kurang. Dan seperti biasa semuanya memakluminya.