"Wah, ikut apa ndak ya?" kata Kang Paidin.
"Ikut apa Kang?"tanyaKang Chul.
"Ini Kang, mau ada pemilihan kades serentak," kata Kang Paidin.
"Tidak usah, malah menghambur-hamburkan uang," kata Kang Chul.
"Tapi....... nanti kalau menang, tanah kasnya nya kan banyak," kata Kang Paidin.
"Tapi kan lihat-lihat peluangnya," kata Kang Chul.
"Tak tanya dulu sama bapakku saja," kata Kang Paidin.
"Modalnya banyak Loh Kang," kata Kang Chul.
Hari berganti hari, Minggu dan bulan pun terus berlalu. Tiba saatnya pendaftaran pemilihan kepala desa dimulai. "Gimana Kang?Jadi ikut?"tanya Kang Chul.
"Jadi.Nekat ini, siapa tahu nasib saya bisa berubah?" kata Kang Paidin.
"Beh, modalnya banyak lho," kata Kang Chul.
"Iya, sama bapakku disewakan tanah Tegal selama 7 tahun," kata Kang Paidin.
"Astagfirullah, 7 tahun berapa juta itu nanti," tanya Kang Chul.
"Saya tidak tahu, kan semua saya serahkan kepada bapak saya," kata Kang Paidin.
"Mbok ya dipikir dulu to Kang," kata Kang Chul.
"Positif ini Kang, pokoknya harus berangkat," kata Kang Paidin.
Dan ternyata betul, semua usaha dilakukan oleh Kang Paidin. Diantaranya pergi ke rumah kyai, pergi ke rumah dukun dan nyekar ke semua kuburan kuburan yang dianggap wingit. Ketika sowan ke rumah kyai, ternyata tidak sedikit uang yang dikeluarkan. Belum lagi untuk uang transport dan untuk ongkos ke warung. Sekali pergi ke rumah Pak kyai Kang Paidin bisa menghabiskan uang minimal satu juta. Padahal cuma ingin sowan dan minta izin. Dan tidak cukup satu kyai yang di sowani lebih dari 7 kyai. Belum lagi pergi ke rumah Mbah dukun. Setiap pergi ke rumah dukun, uang yang dikeluarkan juga banyak. Jadi usaha yang dilakukan oleh Kang Paidin betul-betul all out. Bahkan sampai berbuat syirik segala. Ada 1 dukun yang sangat dipercaya oleh Kang Paidin katanya jika ingin jadi kepala desa maka dia harus pindah ke rumah orang tuanya. Karena sangat mempercayai ucapan dukun tersebut akhirnya dia betul-betul pindah ke rumah orang tuanya sementara waktu. Ada lagi yang lebih parah, setiap malam Jumat Kliwon dia harus menyembelih ayam untuk dijadikan tumbal di sebuah pohon besar. Kata si mbah dukun pohon itu ada penunggunya. Kalau Kang Paidin ingin jadi kepala desa maka dia harus rajin-rajin pergi ke pohon tersebut dan meminta tolong kepada penghuninya. Kang Paidin juga rutin setiap malam Jumat Kliwon kirim tumbal ke pohon itu dan meminta bantuan kepada penghuni pohon itu. Itu jelas-jelas perbuatan syirik.
Ahlus Sunnah wal Jama'ah sepakat bahwa syirik merupakan bentuk kemaksiatan yang paling besar kepada Allah Azza wa Jalla, syirik merupakan sebesar-besar kezhaliman, sebesar-besar dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mengetahui tentang syirik dan berbagai macamnya merupakan jalan untuk dapat menjauhi-nya dengan sejauh-jauhnya. Definisi Syirik Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya [2]. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Syirik ada dua macam; pertama syirik dalam Rububiyyah, yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur alam semesta, sebagaimana firman-Nya yang berarti Katakanlah: 'Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.'" [Saba': 22] Kedua, syirik dalam Uluhiyyah, yaitu beribadah (berdo'a) kepada selain Allah, baik dalam bentuk do'a ibadah maupun do'a masalah [3]." Umumnya yang dilakukan manusia adalah menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah adalah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo'a kepada selain Allah di samping berdo'a kepada Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo'a, dan sebagainya kepada selain-Nya. Karena itu, barangsiapa menyembah dan berdo'a kepada selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar.
Tibalah hari H pemilihan kepala desa. Semua desa-desa melakukan pemilihan secara serentak, termasuk desanya Kang Paidin. Semuanya tegang menanti sore hari waktu penghitungan suara. Semua calon berharap dia yang jadi, karena semua merasa sudah berusaha dengan sebaik-baiknya. Semua harta benda dikerahkan, tidak perduli hutan sana-sini. Semua cara juga dilakukan baik yang halal maupun yang haram. Bahkan sampai jatuh ke lubang kesyirikan, naudzubillah.
Esoknya kang Chul pergi ke rumah Kang Paidin untuk memberi semangat, karena mendengar Kang Paidin tidak jadi kepala desa.
"Yang sabar ya Kang," kata Kang Chul sambil menyalami Kang Paidin.
"Tidak apa-apa Kang," kata Kang Paidin sambil matanya berkaca-kaca.
"Segera bertobat Kang," kata Kang Chul.
"Kenapa?"tanyaKang Paidin.
"Lupa ya, ketika kamu menyembah pohon tua itu," kata Kang Chul. "Itu namanya sudah berbuat syirik".
"Astaghfirullahaladzim," kata Kang Paidin sambil mengelus dadanya.
"Tenang Kang, yang tidak jadi bukan kamu saja. Banyak temannya," kata Kang Chul.
"Iya Kang, tapi kasihan Bapakku," kata KangPaidin. "Beginilah penyesalan, datangnya selalu belakangan".