2

34 3 0
                                    

Dalam kurun waktu sebulan, Ini adalah kali kedua aku dan Pak Jimin melakukan pendekatan atau bisa dikatakan -kencan-.

Seperti malam ini kami sedang berada di sebuah Kafe. Kencan malam ini tidak secanggung sebelumnya. Kami saling berbincang, walaupun pembicaraan kami 50% tentang revisi skripsiku, 20% tentang tips darinya soal bagaimana cara menulis skripsi yang baik dan benar, 15% membicarakan hal random, dan 15 % membicarakan tentang kehidupan pribadinya. Yang terakhir ini membuatku sangat tertarik, ini adalah kesempatanku untuk mengetahui lebih dekat tentangnya. Karena selama ini dia sangat tertutup sehingga seluruh penghuni kampus pun tidak banyak tahu tentang kehidupan pribadinya, begitu juga aku yang baru mengetahui setelah ibuku memberitahuku bahwa isteri jimin sudah lama meninggal, hanya itu saja yang ku tahu.

Malam ini dia menceritakan banyak hal tentang dirinyaa, dan semua apa yang dia sampaikan sukses membuat ku terperangah. Sedikit ada penyesalan dari keputusanku untuk menerima perjodohan ini. Awalnya aku dapat menerima kenyataan bahwa isterinya meninggal akibat melahirkan anak pertamanya, aku dapat menggaris bawahi bahwa dia adalah duda beranak satu, itu cukup mengejutkan tetapi tidak lebih mengejutkann ketika aku mengetahui sekarang anaknya berusia 18 tahun. Saat mendengar hal itu aku tersedak air liurku sendiri. Seperti orang bodoh aku langsung minum coffe yang saat itu masih panas. Karena bibirku hampir melepuh aku juga menumpahkan cangkir itu kemeja. Semua kacau dan memalukan. Sungguh terbesit dipikiranku untuk membatalkan perjodohan, tapi itu mustahil bukan.

Aku berhasil menyelesaikan sidang skripsi. Aku sedikit lega karena salah satu dosen pengujiku adalah Jimin. Dia terlihat tidak banyak bertanya yang berlebihan mengenai skripsiku, Ya Jimin terkenal dengan pertanyaan yang membunuh kepada mahasiswa yang sedang dia hadapi. Sehinngga para mahasiswa yang hadir saat ini sedikit heran dengan sikap Jimin yang kali ini tidak seperti biasanya. Keheranan juga dirasakan oleh ketiga teman ku Eunji, Hyera dan Yoonji. Aku merasa bersalah karena sampai sekarang aku tidak memberitahu kepada mereka tentang perjodohanku. Aku mencari moment yang pas untuk memberitahu mereka. Mungkin malam ini.

Seperyi niatku sebelumnya, malam ini aku mengirimkan pesan kegroup chat kami. Kami berempat memiliki satu grup chat khusus yang biasanya disana kami membicarakan hal yang random dan unfaedah.

"apa masih ada yang hidup"

aku mengirim pesan itu, jujur aku bingung bagaimana memulainya.

"semua nya sedang mati setelah berusaha merevisi skripsi". Itu balasan pesan dari Yoonji

"ada hal yang ingin aku sampaikan ke kalian, sangat penting"

Aku mendesah. Setelah beberapa menit tidak ada respon dari mereka. Tapi tiba-tiba terdengar nada pesan masuk dari group.

"ada apa?". ini Eunju, dia tampak serius menanggapi pesanku.

"sepernting apa? Apakah sepenting revisi skripsiku? Jika tidak, akku ingin fokus mengetik" balasan dari Hyera meembuatkku cepat-cepat mengetik untuk membalasnya.

"ya sangat penting, aku harap tidak menyebarkannya aytau membesarkannya"

"yakk... apa ini sebuah rahasia kah? Ayolah langsung saja ri" kali ini Yoonji mendesakku.

"Aku akan menikah dengan Pak Jimin". sangat to the poin, aku segera meletakkan ponselku kesisi tubuh ku, saat ini aku belum siap melihat reespon mereka. Aku yakin pasti mereka tengah mentertawakan kehaluanku. Bunyi nada pesan masuk terdengar bertubi-tubi.

Aku memungut dengan malas ponselku, yang benar saja emoticon dan stiker berhambur disana, mereka mengirimkan puluhan stiker untuk mentertawaakanku.

"aku serius, ayah ku menjodohkanku dengannya. Kalian tau bukan ayahku mengenal baik Jimin karena dia adalah mahasiswa ayahku dulu"

Sekarang aku sudah pasrah, terserah mereka mau menganggapku bebohong atau apa, yang terpenting aku sudah memberitahu mereka.

My Handsome StepsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang