9

14 2 0
                                    

Belum direvisi ^^



Sorakan para penonton bergema memenuhi GOR. Para gadis meneriaki Jungkook dengan penuh semangat, memberikan semangat atau sekedar berteriak histeris ketika tangan Jungkook menyibak rambutnya kebelakang, jangan kan para gadis, aku saja yang sudah menikah merinding melihat keseksiannya.

Seakan larut dengan ketampanan Jungkook, tampaku sadari tim Jungkook menang kali ini. Dari jauh Jungkook tersenyum sambil melambaikan tangannya kearahku, aku sedikit risih, karena para gadis di sekitarku memberikan tatapan tidak suka mereka kepadaku. Aku hanya sedikit tersenyum dan segera menjauh.

"Selamat" aku memeluk Jungkook sebagai rasa banggaku.

"Hanya peluk?"

Aku menyerngit, "Maksudmu?"

Dia tertawa, "Apa aku hanya mendapat pelukan sebagai hadiah? Kau tidak ingin mentraktirku makan misalnya"

"Harusnya kau yang metraktirku bocah! kau kan yang menang" aku mengusak rambutnya yang basah.

"Baiklah, bagaimana dengan ice cream?" tawarnya

"Setuju"

***

Kami berdua mengahabiskan waktu di pinggir danau sambil menikmati ice cream cone.

"Sepertinya rumah sangat sepi kan karena tidak ada ayahmu" keluh ku

"Kau ingin aku menemani tidur?"

Dengusan kesal ku terdengar sangat jelas. "Kapan kau berhenti menggangguku ha"

"Sampai kau jadi milikku noona" dia masih bisa terkekeh karena ucapannya, sedangkan aku sudah benar-benar jengah..

Ponselku tiba tiba berdering, di layar tertera nomor asing, aku pun menerima panggilan itu.

"Apakah benar ini Park Hyunri"

"Iya benar, maaf, ada apa ya?"

"Kami dari badan penanggulangan bencana, ingin memberitahu anda, jika keluarga anda atas nama Tuan Park Jungwoo dan Nyonya Park Jihan, mereka termasuk diantara korban kecelakaan pesawat tadi siang dan..."

Pegangan tanganku terlepas dari ponsel, darahku seakan akan berhenti mengalir, napasku tercekat. Mimpi ini hanya mimpi, beberapa kali aku memukul kepalaku sendiri berharap aku sadar dan bangun dari tidur. Jungkook panik, ia segera menahan tangannku yang memukul kepalaku sendiri dengan brutal. Tangisku pecah saat genggaman erat Jungkook begitu nyata. Aku menggelengkan kepala berusaha menampik pikiranku yang mengatakan bahawa ini bukan mimpi. Jungkook yang tengah kebingungan mengambil ponselku yang tergeletak dan dia berbicara lewat telpon yang masih tersambung. Aku tidak bisa berpikir jernih lagi pendengaranku seolah menuli, dalam benakku selalu merapalkan kata 'ini mimpi'. Aku merasakan seluruh tubuhku remuk, tak bisa dibayangkan betapa hancurnya aku sekarang kala Jungkook mengguncang tubuhku yang lemah sambil berucap "Sadarlah, kita harus bersegera"

Rumahku dipenuhi dengan pelayat, ada begitu banyak orang yang mengungkapkan bela sungkawanya namun hanya beberapa yang ku kenal. Tak ada keluarga yang menemaniku, kecuali Jungkook dan wanita disampingku, kaka ipar dari mendiang ibu Jungkook. Jimin masih belum datang sedangkan teman temanku dalam perjalanan. Jungkook berubah menjadi seseorang yang begitu dewasa, dia sibuk menyambut orang yang datang.

"Hyunri" panggilan lirih itu berasal dari Hyera dan Taehyung.

yang dapat kulakukan hanya sedikit menarik bibirku keatas. Aku sudah begitu lelah.. Hyera langsung memlukku, dengan suara menahan tangis ia berusaha memberikan ketenangan. Sedangkan Taehyung mengelus punggungku kemudian dia beralih membantu Jungkook menyambut pelayat.

My Handsome StepsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang