Pangeran Kutub🌈

33 7 3
                                    

"Kamu terlalu nyaman dalam kedinginan sampai lupa rasanya dipeluk kehangatan"

Pagi itu nona kebingungan sendiri mencari  kaos kaki sebelahnya yang hilang. Ia heran tak biasanya ia ceroboh seperti ini.

"Dek, kamu tau nggak kaos kaki kakak yang sebelah?", tanya nona pada dini sambil membuka laci laci tempat ia menyimpan kaos kaki.

"Enggak tuh kak, emang kakak naro nya dimana?" jawab dini, yang sedang sibuk mengikat tali sepatunya.

"Kakak lupa dek", balas nona dengan wajah lesu.
"Coba tanya ibu deh kak, siapa tau yang nyimpen kaos kaki kakak itu ibu", saran dini.

"Yaudah deh kakak tanya ibu dulu" nona pun pergi ke dalam rumah untuk menemui ibunya.
"Bu ibu tau nggak kaos kaki nona yang sebelah?" tanya nona pada ratih yang saat itu tengah mengumpulkan baju baju kotor untuk dicuci.

"Emang kamu simpen dimana nak, kok sampek ilang kaya gitu", balas ratih heran melihat tingkah putri sulungnya yang tak biasanya ceroboh.

"Waktu itu aku taro di laci, eh sekarang gak ada"

"Yaudah coba cek di keranjang jemuran, siapa tau keselip disana", usul ratih.

Nona pun bergegas menuju ke kamar ibunya, tempat keranjang jemuran jtu berada.
"Mana sih kaos kaki nya bisa telat aku", gumamnya, ia sedikit kesal mencari kaos kaki sebelahnya yang hilang.

"Nah ketemu, eh kok kayak ada yang beda ya", ternyata kaos kaki yang ia temukan sudah dalam keadaan mengenaskan, bolong dibagian tumit kakinya.

"Gapapa deh daripada gak pake, toh gak keliatan juga."

Nona pun segera pamit pada ibunya, lalu mengantar dini ke sekolah baru kemudian ia pergi ke sekolahnya.

🌈🌈🌈

Hossshh hossshh hosshh

"Capek ya Allah untung aja gak telat", memang nona sampai disekolah pukul tujuh kurang lima menit, dia bersyukur tidak telat karna selama sekolah disini nona belum pernah terlambat ke sekolah.

Setelah memarkirkan sepeda, lalu ia berlari menuju kelasnya, XI MIPA 2.

"Assala..huhh muala..huhh ikum", ucap nona dengan nafas yang tersenggal-senggal.

1  detik
detik
detik

Kriiikk kriikkk

"Waalaikumussalam", jawab teman satu kelasnya, mereka semua melongo.
Seorang Assyifa Nona Prasenja, datang semepet ini.

"Kamu abis lari ya na dari rumah ke sekolah?" ini suara zahra, teman semejanya bertanya dengan ekpresi mulut sedikit terbuka, saat nona baru saja menduduki kursi di sebelahnya.

Ia heran gadis seperti nona, yang tak pernah datang terlambat hari ini datang semepet ini, padahal yang zahra tau nona gadis yang anti datang ke sekolah mepet saat pintu gerbang akan ditutup.

"Ishh ya enggak lah, ya kali aku kuat lari dari rumah ke sini ra", ucap nona sambil membenarkan letak kerudungnya yang berantakan akibat lari dari parkiran ke kelas.

Kriiiinnggg kriiinnngg

Bel sekolah pun berbunyi dengan nyaring. Seolah olah memberi intruksi bahwa semua siswa harus masuk ke kelasnya masing-masing.

D E V A N OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang