Dibonceng Kak Vano🌈

24 1 0
                                    

"Entah kenapa kita sering dipertemukan secara tak sengaja oleh semesta. Apa mungkin semesta sedang menjodohkan kita?"

Assyifa Nona Prasenja

Sepulang sekolah, Nona tak lantas pergi berjualan tisu. Saat ini ia sedang merebahkan badannya yang terasa remuk. Kelelahan pikirnya.

Banyak sekali permasalahan yang kini menganggu pikirannya. Tentang Dini, adiknya yang harus membayar buku pelajaran, dan tentang laki-laki dingin yang entah kenapa akhir-akhir ini semakin sering bertemu dengannya.

Tak sadar matanya pun kini terpejam lalu diikuti deru nafasnya yang mulai teratur. Ia tertidur.

Ratih yang melihat Nona tertidur di kursi panjang depan tv pun tak tega membangunkannya untuk sekedar berganti baju. Memang saat itu nona tertidur dengan seragam sekolah yang masih melekat dibadannya.

Maafin ibu nak, gara-gara ibu kamu jadi susah kayak gini, batin Ratih bersuara, ia merasa kasihan melihat Nona yang juga harus ikut mencari nafkah demi menghidupi keluarganya.

Padahal seharusnya untuk remaja yang sebaya dengan Nona akan lebih senang  menghabiskan waktunya untuk berbelanja, berkumpul dengan teman teman sebayanya dan hal-hal unfaedah lainnya yang dilakukan remaja pada umumnya.

Namun apa yang dilakukan Nona?
Ia malah harus mencari uang, untuk bisa makan dan bertahan hidup.

Karna tuntutan ekonomi lah yang harus membuatnya seperti ini. Ratih yang hanya menjadi buruh cuci pun, penghasilannya tak cukup untuk menghidupi ia beserta kedua putrinya.

Memang manusia tak bisa memilih seperti apa jalan hidupnya. Andai saja ia bisa memilih pastilah ia menginginkan hidup yang jauh lebih baik dari kehidupannya saat ini.

🌈🌈🌈

Waktu kini menunjukkan pukul lima sore kurang sepuluh menit.

Nona mengerjapkan matanya, mengumpulkan semua nyawanya yang masih tertinggal di alam mimpi.

"Astagfirrullahaladzim, aku ketiduran duh jam berapa ini?", tanpa membaca doa bangun tidur Nona langsung pergi ke kamar mandi. Ia belum sholat ashar.

Setelah berwudhu, ia melaksanakan sholat empat rekaat. Lalu di akhiri dengan salam.

Ceklek

Pintu rumah terbuka menampilkan Ratih ibunya yang membawa kresek hitam di tangannya.

"Ibu dari mana, kok Nona gak dibangunin sih bu  jadi gak jualan tisu deh", sambil mengambil kresek dari tangan ibunya.

"Ibu dari warungnya bu Diah na, sekalian bilang kalo kamu hari ini jualannya libur dulu. Ibu kasihan lihat kamu, kayaknya kamu capek banget jadi ibu gak bangunin deh", ucap Ratih sambil mendaratkan bokongnya di kursi.

D E V A N OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang