Help

13 0 0
                                        

JIMINS POV

"Kami putus," ucap Yoongi hyung. Mataku yang tadinya terpaku pada lantai Genius Lab (ruang produksi musik khusus Yoongi hyung di agensi) mau tidak mau berubah fokus ke matanya.

"A, apa? Hyung, aku tidak salah dengar, kan?,"

Yoongi hyung menggeleng sambil tersenyum kecut. Rambutnya yang sudah di cat hijau mint ikut bergerak bersamanya.

"Aku membebaskannya, Jimin,"

Baru saja empat malam lalu Yoongi hyung terlihat marah padaku karena aku mencium pacarnya, dan malam ini, tepat beberapa jam sebelum album kami diluncurkan, Yoongi hyung mengabarkan hal yang mengagetkan.

Kami bahkan tidak berkomunikasi selama empat hari itu. Kami selalu menghindari satu sama lain, bahkan di dorm, membuat member lain bingung.

Aku juga belum menghubungi Da Won noona lagi.

(Hei, setelah apa yang kulakukan, wajar, kan, kalau aku malu padanya?)

Setelah rehearsal terakhir hari ini Yoongi hyung memanggilku untuk menemuinya. Aku sama sekali tidak menduga akan mendengar kata-kata tersebut, setidaknya tidak secepat ini.

Aku sadar Yoongi hyung sedang dalam posisi sulit, hanya soal waktu hingga Yoongi hyung menyerah mempertahankan Da Won noona. Aku tahu sebesar apa komitmennya dalam menjadi anggota grup kami.

"Beberapa hari terakhir ini, aku ingin meminta maaf padamu, Hyung. Atas apa yang kulakukan pada noona. Aku tahu tentang kalian, tapi seakan-akan aku memanfaatkan situasi. Meski begitu, sejujurnya, aku melakukannya diluar kendali. Maafkan aku." Ujarku akhirnya. Lega rasanya mengeluarkan ganjalan di hatiku setelah menyimpannya berhari-hari.

"Kau takut padaku?,"

Aku menggaruk leherku sedikit. "Memangnya siapa yang tidak?," Balasku, sedikit tersenyum. Berusaha mencairkan suasana.

"Good point," jawabnya.

"Aku mengatakan ini bukan berarti aku tidak marah padamu. Aku merasa dikhianati, sejujurnya,"

"Tapi kalau kupikir lagi, aku juga mengkhianati sebagian besar dari kalian dengan tidak mengatakan apa-apa tentang hubungan kami. Entahlah. Kami belum siap muncul sebagai pasangan di depan kalian semua. Kami berniat mengeratkan apa yang kami miliki terlebih dulu sebelum menerima respon kalian," ujarnya lagi.

"Dan ternyata, sekarang semuanya sudah terlambat," gumamku.

Yoongi hyung menganggukan kepala, lalu bersandar pada kursi berleher panjang yang biasa ia gunakan untuk memproduksi lagu. Dari jarak sofa yang kududuki ke kursi itu, aku bisa melihat stres di wajah Yoongi hyung.

"Da Won adalah orang yang menenangkan depresiku di masa-masa debut. Dia selalu tahu bagaimana caranya agar aku bisa melewati semua itu. Saat aku sudah kembali pada diriku, aku memintanya untuk berada di sisiku. Alih-alih membahagiakannya, aku justru membuatnya dalam bahaya. Betapa egoisnya aku."

Ah, depresi.

Ya, di antara kami bertujuh, Yoongi hyung satu-satunya member yang paling kesulitan saat kami debut.

Keberadaan kami berenam sepertinya tidak cukup untuk membantunya keluar dari depresi dan anxiety.

Jika aku menjadi Yoongi hyung, mungkin aku juga akan seperti itu. Aku tidak akan bisa menerima pendapat member lain karena merasa mereka memiliki keadaan yang lebih baik meski berada pada fase yang sama (debut).

Yoongi hyung membutuhkan dukungan dari luar.

Yang sebagian besar member lain tahu, Yoongi hyung pulih dari depresi karena mengikuti saran Bang PD nim untuk menemui psikiater.

Love Domino (Park Jimin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang