Music Bank

9 0 0
                                        

KIM NA YOUNGS POV

"Peraih posisi pertama di music bank minggu ini adalah...,"

Aku menggigit bibir, dalam kepalaku aku mengutuk MC yang mendramatisir. Seluruh staf Big Hit Ent yang stay di ruang tunggu music bank, salah satu acara musik korea ini, menonton TV yang menayangkan keadaan para idol di atas panggung. Tangan kami disatukan di depan dada seolah sedang berdoa.

Anak-anak bangtan masuk nominasi 3 teratas, dan kami berharap mereka meraih piala pertama mereka setelah dua tahun lalu mendapatkan rookie awards.

Hasil hari ini juga mempengaruhi kesepakatan antara Big Hit Ent dan Lunn Ent. Meskipun salah satu ceo mereka kurang ajar, aku akui Big Hit Ent masih membutuhkan kerjasama itu.

Aku memejamkan mata, tahu betul bahwa telingaku sebenarnya masih bisa mendengar. Entah bagaimana menutup mata membuat kegugupanku hilang sedikit. Hanya sedikit.

"Bangtan Sonyeondan, BTS!,"

Sorak sorai fans dari TV dan seluruh staf di ruangan sangat besar. Aku membuka mata lebar-lebar tak percaya.

"Mereka menang? Aku tidak bermimpi, kan?," Tanyaku pada Tae Wook yang berdiri di sampingku.

Dia memelukku dan menggelengkan kepala. "Tidak, ini bukan mimpi. Bagus sekali, bukan?,"

"Yassshh!!!," aku melompat-lompat, dengan Tae Wook yang sama girangnya mengikutiku.

Saat encore, aku melihat anak bangtan menepati janji untuk memakai lipstik dengan tangan kiri di atas panggung.

Mereka melakukannya sambil bercucuran airmata, membuatku semakin terharu.

Terutama Jimin.

Ah, Jimin.

Aku masuk kerja dua hari setelah kejadian malam itu. Dan saat aku mulai masuk kembali Sejin mengatakan padaku bahwa Yoongi dan Jimin sedang tidak dalam hubungan yang baik, walaupun mereka tidak mau mengakuinya.

Untunglah mereka tetap profesional, dan tidak lama setelah itu mereka juga pelan-pelan kembali ke diri mereka yang biasanya.

Sepertinya mereka sudah dapat menyelesaikan masalah apapun yang sedang mereka alami saat itu.

Jika saja bukan karena jadwal comeback  yang padat dan rasa takutku untuk diinterogasi Jimin, aku mungkin akan ikut campur untuk mendamaikan mereka. Karena bagaimana pun, mereka adalah artis dibawah naunganku, aku ingin memastikan mereka baik-baik saja.

Omong-omong, aku sudah bertanya pada Ahjumma tentang apa yang mereka bicarakan saat aku sakit, Ahjumma menjawab dia lupa hampir semua hal tapi dia ingat Jimin menanyakan hal aneh,

Dia bertanya dimana suamimu, dan bahkan bertanya dimana anakmu. Akhirnya aku meluruskannya bahwa kau belum menikah dan tentu saja belum memiliki anak! Ujar Ahjumma padaku. Dari senyumnya aku bisa tahu kalau Ahjumma berpikir dia tidak ingin aku terlibat gosip yang tidak-tidak.

Little did she know, i made that gossip myself.

Untunglah Jimin belum menanyakan apapun padaku.

Apakah dia lupa? atau tidak peduli?

Apapun itu, kuharap aku akan tetap bisa bekerja disini. Aku hanya memiliki satu ijazah undergraduate di bidang manajemen dengan satu pengalaman ini saja, kalau aku di tendang dengan buruk aku takut aku tidak akan diterima di pekerjaan lain.

Saat mendaftar, aku tidak terlalu memikirkan resikonya karena aku terlalu putus asa, tetapi kini saat aku tahu Jimin tahu tentang kebohonganku, resiko itu terasa lebih real dan seakan akan menyerangku kapan saja.

Suara berisik dan teriakan-teriakan bahagia yang datang dari pintu ruang tunggu mengalihkanku dari pikiranku. Aku melepas pandanganku dari TV, menyadari bahwa beberapa menit sebelumnya aku hanya melihat TV tanpa benar-benar memperhatikan kalau anak-anak bangtan sudah selesai encore dan turun dari stage.

"Selamat untuk kalian semua!," Seluruh staf yang berada di ruang tunggu melemparkan senyum hangat pada anak bangtan, dibalas dengan senyum lebar dan kata-kata 'Terimakasih untuk kerja keras semuanya!,'

Aku menghampiri Yoongi dan menepuk punggungnya, mengatakan bahwa kerja kerasnya sangat bagus dan akhirnya membuahkan hasil.

Kemudian Taehyung atau yang akhir-akhir ini memintaku memanggilnya Taetae membuka lebar tangannya dan menampilkan boxy smile nya padaku.

"Bagaimana penampilanku hari ini?," tanyanya dengan antusias ketika aku memeluknya singkat.

"Hmmm," Aku pura-pura berpikir, jari-jari tangan kananku di dagu.

Taehyung menyikut lenganku sambil tertawa. "Katakan saja kalau aku keren. Jebal!!,"

"Iya, iya, kau paling keren sealam semesta! Eh tidak, kedua setelah aku!," Jawabku seraya mengedipkan sebelah mata, membuat Taehyung tertawa lebih keras.

Tiba-tiba Taehyung menarik Jimin yang sedang berusaha keras menghentikan tangisnya. "Apakah anak ini juga keren?,"

Jimin memandangku dari matanya yang semakin sipit karena air mata, bibirnya gemetar. "Jangan tertawakan aku, Na Young noona," katanya sambil tersenyum malu, membuatku tertawa sekeras Taehyung.

"Ah, uri Jiminie is so cute!," Kataku sambil menusuk-nusuk pipi kanannya menggunakan jari telunjuk. Aku merasakan senyumku melebar karena, oh well mengapa anak laki-laki ini begitu lucu?

Aku mengelus rambutnya out of impulse. Semenjak hari dimana dia pulang dengan baju dan rambut yang basah lalu menangis sebelum tidur di rumahku, aku memandangnya secara berbeda.

Jimin yang murah senyum dan ramah pun ternyata menutupi suatu masalah.

"Ah.. noona!," protesnya sambil terkekeh.

Aku masih tertawa. "Kalian semua keren! Aku bangga! Tidak sia-sia aku membela kalian di depan ceo yang sok tau itu!,"

"Ceo sok tau?," tanya Jimin setelah tangisnya cukup mereda.

"Iya, ceo Lunn Ent yang tidak mempercayai kalian dan memandang kalian rendah. Dia memakan ludahnya sendiri sekarang. Rasakan ludahnya yang bau itu. Huh!," Ujarku penuh kebencian.

Mendengar itu, tangis Jimin mereda dan dia ikut terbahak. "Noona, kau tidak boleh mengumpat!," katanya di sela-sela tawanya.

"Habisnya aku kesal sekali! Tahu tidak, saat itu aku merasa asap-asap keluar dari telingaku saking emosinya!,"

Kali ini Jimin yang menusuk pipiku dan berkata, "Noona is cuter. Terimakasih telah membela kami," ucapnya, tersenyum lebar dan tulus.

Senyuman dengan eyesmile tercantik yang pernah kulihat, serta masih ada kerut-kerut jejak tawa disitu. Gigi depannya yang sedikit tidak rata menambah efek imut lain di wajahnya.

Melihatnya, aku hampir kehabisan kata-kata, tetapi Hobi kemudian mengarahkan handphonenya ke telinga Jimin dan mengisyaratkan sesuatu pada Jimin untuk mengangkatnya.

"Noona?," Tanyanya pada Hobi. Hobi mengangguk.

Saat itu aku tidak menyadari Yoongi yang mendadak menoleh pada Jimin dan Hobi ketika mendengar Jimin mengucapkan kata tersebut.

Wajahnya yang tiba-tiba menunjukkan rasa pasrah dan sedih tidak disadari olehku karena ketika itu aku mendengar Namjoon berkata lantang,

"Bangtan, ayo cepat kembali ke mobil untuk pulang. Kita selebrasi di dorm sekaligus evaluasi!, "

_______

Love Domino (Park Jimin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang