Teman

10 2 0
                                    

3.Di bully

"Berikan kalung di tanganmu padaku!"

Teriak Rin sebagai ketua dari geng anak aristokrat. Minamiya Rin adalah salah satu nona dari bangsawan kuno di sekolah ini. Sebagai nona ia terlatih sebagai penguasa dan intimidasinya tidaklah main-main. Buktinya anak-anak seusianya patuh dan tak berani melawan balik jika nona muda ini sudah berkata-kata.

"Tidak. Apapun asalkan jangan kalung ini, ini milik leluhurku yang di berikan ibuku padaku!"

"Oh. Leluhur? Anda memilikinya, terserah saja. Tapi, aku tetap ingin kalung itu!"

Rin sangat suka benda-benda berkilau yang terlihat cantik, saat melihat kalung permata berbentuk hati merah itu, ia langsung menyukainya.

"Berikan!"

"Tidak!"

Rin dan Yunae saling tarik dan mendorong, anak-anak lain tidak ada yang berani melerai, dengan perangai Rin semua orang tau jika mereka maju berikutnya merekalah yang akan mendapat perlakuan yang sama atau bahkan lebih buruk dari Rin.

Setelah beberapa saat guru datang untuk menengahi keduanya, memanggil orang tua dan wali Rin dan Yunae.

"Yunae!"

"Paman Mu!"

"Rin-chan? Apa kamu yang berkelahi dengan Yunae?"

"Hn."

Muzan menengok Yunae yang diam sejak tadi, tidak mengatakan apapun itu membuatnya semakin khawatir.

"Ada apa? Apa Rin melakukan sesuatu padamu? Katakan."

"Itu,... Rin-san ingin mengambil kalung saya, saya menolaknya dan..."

"Tidak papa. Rin-chan, Yunae adalah sepupu anda, di masa depan saya tidak ingin hal ini terjadi lagi!"

"Hm, Yunae-chan, maaf!"

"Hn."

Setelah perkelahian di sekolah, Rin untuk sementara di marahi oleh pamannya. Hari berikutnya, Rin menjadi orang baru, ia secara terbuka mengatakan kalau Yunae ada dalam lindungannya, siapapun yang berniat melakukan sesuatu padanya akan berhadapan dengan Rin.

"Rin-san!"

"Hn. Paman Mu akan menjemputmu, berhati-hatilah saat pulang!"

"Hn."

Saat sampai di rumah, Yunae kembali ke kamar, tidur siang, belajar dan bermain sebentar lalu mandi dan turun untuk makan malam dengan pamannya.

Hari ini pamannya akan terlambat, Yunae memutuskan menunggu pamannya sambil menonton TV. Setelah jam 9 malam, Muzan baru kembali ke rumah.

"Paman!"

"Yunae? Kenapa belum tidur, hm?"

"Menunggu paman pulang!"

"Mn."

Muzan menggendong Yunae menuju lantai 2, masuk ke kamar Yunae dan meletakkan anak yang sudah mengantuk itu ke dalam selimut.

Karena kebiasaan Muzan mencium dahi Yunae sebelum tidur.

"Selamat tidur!"

"Mn. Selamat tidur paman Mu, he he."

Dia akhir pekan, seperti yang mereka janjikan, Muzan membawa Yunae bermain di taman hiburan.

Melihat Yunae tertawa membuat hati Muzan juga merasa senang.

Dia berharap Yunae akan selalu bahagia.

.
.
.

Tbc.

.
.
.

Kimetsu No Yaiba Versi Choco Part 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang