22. Tragedi

170 12 4
                                    

Hati itu terasa terbakar. Marah, kesal, cemburu, semua jadi satu.


Ben hanya bisa mengepalkan tangannya di kemudi mobilnya saat melihat Earth turun dari mobil mewah berwarna merah itu bersama seorang pria. Ben masih ingat benar siapa pria itu. Nine bilang pria itu adalah dokter kandungan Earth. Pria itu yang mengurus semua tentang kerahasiaan kehamilan Earth dari media. Ben senang ada yang membantu si mungilnya itu, tapi dia juga marah jika pria itu terlalu dekat dengan kesayangannya.

Tapi apa yang bisa ia lakukan ? Ben hanya bisa menahan amarahnya. Menahan rasa cemburunya. Setelah melihat Earth masuk ke dalam apartemen, Ben bisa menarik nafas lega.

Jika tidak ada pekerjaan Ben memang selalu berada di depan apartemen Nine. Apalagi yang ia lakukan jika bukan untuk melihat si kecilnya itu. Jika memang Earth tidak keluar, ia akan tetap di sana. Dan jika si mungil itu keluar, itu adalah saat-saat yang paling berharga bagi Ben. Ia bisa melihat orang tercintanya.


"Maafkan aku sudah membuat senyum itu hilang dari bibirmu, baby. Aku benar-benar ayah tidak berguna." gumam Ben lirih.

Ben terus melihat apartemen Nine. Berharap si mungil itu akan keluar lagi. Tapi setelah 2 jam menunggu tidak tampak jika Earth akan keluar lagi, Ben menjalankan mobilnya dan pergi dari sana.


*


Ben merebahkan tubuhnya yang lelah di tempat tidur. Ia baru saja pulang setelah promo projek terbaru mereka. Rasanya sangat sangat lelah. Bukan saja karna padatnya jadwal, tapi juga karna tidak ada si mungil kesayangannya, Earth.


Deg !!

Tiba-tiba perasaan Ben tidak tenang. Dadanya terasa bergemuruh dan merasa sesak. Dan tiba-tiba bayangan seorang Earth Teerapat hadir.

"Earth ..." gumam Ben lirih sambil terus memegang dadanya yang masih terasa sesak.

Ben mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Nine, apa Earth bersama mu ?" tanya Ben pada Nine, orang yang ia telpon.

"Aww, phi Earth baru saja keluar bersama phi Dome. Katanya sih mau beli sesuatu di swalayan dekat sini."


Ben langsung mematikan sambungan telpon dan langsung menyambar kunci mobilnya. Jika ia tidak melihat sendiri keadaan si mungil itu, ia tidak akan tenang. Dan instingnya mengatakan jika ia harus pergi secepatnya.







Ben melihat Earth dan Dome berdiri di pinggir jalan sedang membeli ice cream. Ben berdiri tidak jauh dari sana, memakai masker dan kacamata hitamnya. Dapat dilihatnya si mungil itu terlihat sangat bahagia menunjuk salah satu rasa ice cream. Tidak salah jika Earth adalah bayi mereka, dia benar-benar seperti bayi.

Seulas senyum tidak bisa ia sembunyikan saat melihat Earth yang terlihat merengek pada Dome saat akan meminta ice cream lagi. Kepalanya menggeleng melihat Earth merajuk pada salah satu adiknya itu.

Ben terus saja menatap si mungil itu saat matanya tidak sengaja melihat mobil yang melesat cepat dan saat itu pula Dome dan Earth akan menyebrang jalan. Tanpa diperintah, kaki jenjangnya berjalan cepat ke arah mereka.

2moons2 "BenEarth" - Cinta Yang Rumit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang