25. I'm waiting for you

194 14 3
                                    

Ben termenung di kamar rawatnya. Para sahabatnya baru saja pamit akan makan malam dan sekalian pulang. Mereka juga membawa Earth. Kedua orang tuanya dan adiknya sempat pulang sebentar tadi. Jadilah dia sendiri di kamar.

Sejak sore tadi setelah kejadian Earth. Beberapa pikiran buruk muncul di kepalanya.

Desahan nafas berat kembali berhembus dari mulut pria tampan itu.

Ceklek ...

Pintu terbuka dan menampakan si mungil dengan balutan coat cream panjang miliknya.

Pintu terbuka dan menampakan si mungil dengan balutan coat cream panjang miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Earth ?"

Earth masuk dan langsung duduk di kursi samping tempat tidur.

"Kenapa masih disini ? Tidak pulang bersama Nine ?" tanya Ben.

"Ehhh, aku ... Nine tadi pulang dulu, katanya kalau aku ingin pulang tinggal telpon dia saja." jawab Earth dengan kepala menunduk ke bawah dan tangan yang meremas ujung bajunya.

Sudut bibir Ben tertarik ke atas melihat tingkah Earth yang menurutnya menggemaskan.

"Jadi, kau masih belum mau pulang ?" tanya Ben lagi. Earth hanya mengangguk ragu menjawabnya.

"Kemarilah." Ben menyuruh Earth duduk disampingnya.

"Apa ?"

"Kemari ... Tidur di sini bersama ku." Ben menepuk space kosong di sampingnya.

"Tapi ..."

"Kesini, Earth. Aku tidak bisa membiarkanmu tidur di sofa. Atau kau mau tidur disini dan aku tidur di sofa ?"

Earth mengangkat kepalanya. "Mhai."

"Kalau begitu ke sini." perintah Ben lagi.

Earth menurutinya. Ia berdiri dari kursi dan perlahan berbaring memunggungi pria tampan itu. Ben langsung memeluknya dari belakang.

"Tidurlah." bisiknya lembut.

"Apa tidak apa ? Bagaimana luka mu ?" tanpa menjawab pertanyaan Ben, Earth malah balik bertanya.

"Yang terluka kepala ku, bukan tangan ku. Sekarang pejamkan mata mu dan tidur. Aku akan menyanyikan lullaby untukmu." jawab Ben dan ia langsung bernyanyi untuk Earth. Kebiasaan yang selalu ia lakukan jika tidur berdua bersama si mungik itu.

Seperti sebuah sihir. Mata Earth perlahan menutup. Ia berusaha menikmati usapan lembut di perutnya.



"Biarkan aku memeluk mu seperti ini. Karna aku tidak tahu kapan aku bisa memeluk mu lagi." bisik Ben lirih berharap Earth tidak mendengarnya.


Tapi yang ia tidak tahu. Earth masih mendengar apa yang ia ucapkan. Ada perasaan marah dan sedih di hatinya.

*

2moons2 "BenEarth" - Cinta Yang Rumit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang