8. Penolakan

213 15 5
                                    

Terlihat Ben sedang berdiri di depan sebuah gedung apartemen yang cukup mewah. Sudah hampir satu jam ia menunggu disana. Nine bilang biasanya Earth akan pulang dari kampusnya sekitar sore seperti ini.

Ben menghela nafas lagi. Dia sudah menguatkan dirinya untuk mengatakan pada Earth yang sebenarnya.

"Khob kun na ... Hati-hati dijalan. Langsung antarkan Bo pulang, jangan apa-apakan dia."

Ben melihat seseorang yang ia tunggu sejak tadi.

"Khab ... Malam Earth."

"Isshhh, panggil aku phi !!" Earth terlihat menghentakan kakinya.

"Phi, sudah jangan dengarkan dia. Cepatlah masuk. Udaranya semakin dingin." kata orang disebelah bangku pengemudi.

Earth mengangguk lalu menunggu hingga mobil berwarna merah itu berlalu dari hadapannya.

"Dasar !!" gumamnya. Ia lalu berbalik tanpa tahu jika ada seseorang dibelakangnya.

"Earth ??"





Deg !!

Jantung Earth berpacu dengan cepat saat melihat orang didepannya itu. Air mata sudah siap turun dari bola matanya, tapi sebisa mungkin Earth menahannya. Menahan juga untuk tidak memeluknya.











Mereka berdua sudah duduk di ruang tamu apartemen Earth. Si empu-nya sendiri sedang berada di dapur. Ben memperhatikan seluruh sudut di apartemen si mungil itu.

Earth duduk di samping Ben setelah menyuguhkan minuman dan beberapa camilan untuk pria tampan itu.

"Earth / Ben ..." keduanya saling memanggil.

"Kau duluan." kata Ben.

Earth mengambil nafas sebentar sebelum menatap orang disampingnya. Ben masih tetap sama. Masih tampan.

"Jadi benar itu kau ?"

Ben menoleh ke samping. " Khab ?"

"Beberapa hari lalu kau mengikuti ku ke mall kan ? Itu benar kau kan, Ben ?" tanya Earth lagi seraya menatap dalam mata coklat itu.

Ben pun tidak kalah menatap dalam mata kucing yang selalu menjadi favoritnya. Semua yang ada di dalam diri Earth, Ben suka semua.

Tak lama si tampan itu mengangguk. "Kho tod na."

Earth tersenyum lembut. "Kenapa ?"

"Earth ... aku ..."

Earth memiringkan kepalanya menunggu apapun yang akan diucapkan si tampan di depannya. Ben menundukan kepalanya.

"Earth, aku tahu aku memang pengecut. Disaat kau berani menyatakan perasaan mu padamu, aku malah diam saja. Aku malah membiarkan mu pergi tanpa memberimu kepastian." Ben berhenti.

"Aku tidak apa, Ben." lelaki tampan itu menoleh dan melihat Earth tersenyum sangat manis.

" lelaki tampan itu menoleh dan melihat Earth tersenyum sangat manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
2moons2 "BenEarth" - Cinta Yang Rumit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang