01: Tanda Tangan

66 5 0
                                    

Bandung, 1 Desember 2018.

Thea menggerak-gerakkan pulpen di tangannya, diketukkan ke keningnya berulang kali. Kertas catatannya masih bersih dari tulisan sedangkan yang berdiri di depan sana masih sibuk menjelaskan.

Sebenarnya ini hari libur, namun dijadwalkan untuk rapat anggota basket. Kenapa ekskul basket harus ada rapat segala? Itu dikarenakan sebentar lagi akan diadakan event basket tahunan. Seluruh anggota basket yang akan menjadi panitianya.

"Thea, lo sie table and announcer, ya?" Thea tergelak begitu namanya disebut. Terdiam sebentar menatap orang di sekelilingnya yang kini menatapnya.

"Tapi gue nggak tahu apa-apa, kak," jawabnya pelan.

"Udah kalem aja, ntar juga diajarin," sahut Bella cepat. Dia yang memimpin rapat hari ini. Jabatannya adalah wakil ketua basket.

"Yaudah, kak. Gue mau aja sih," kata Thea akhirnya. Bella yang berdiri di depan mengacungkan jempolnya pada Thea. Kemudian lanjut membagi seksi-seksi yang lain.

"Abis ini setiap seksi bikin groupchat ya buat bahas tugas masing-masing. Buat para kakak boleh jelasin ke para adek ya tentang seksi masing-masing sama tugasnya," jelas Bella yang sudah selesai membagi tugas per-seksi. "Oh ya, ada yang mau ditanyain sebelum gue tutup rapatnya?" tanyanya.

"Bikin groupchatnya di wa atau line, kak?" sahut Romi teman satu angkatan Bella yang memang rese jadi anak.

"Telegram!" balasnya cepat, "Ya suka-suka lo, lah. Yang begini aja lo tanyain, Samsul!" gemes Bella pada Romi. Yang lainnya menutup mulut menahan tawa sedangkan Romi terlihat puas sudah mengusili Bella.

"Ada lagi gak pertanyaan yang lebih bermutu?" Bella melirik sinis pada Romi untuk tidak kembali menyambar. "Bener ya gada pertanyaan lagi? Yaudah, pertanyaan yang lebih detail bisa kalian tanyain ke koordinator seksinya masing-masing, oke?" semua langsung kompak menyahut mengiyakan.

"Sip. Jadi kita tutup rapat ini dengan mengucap hamdalah," kata Bella.

Semua langsung, kompak mengucap 'Alhamdulillah' dengan seruan Romi yang paling kencang.

***

Bandung, 7 Desember 2018.

Thea dan Sofi yang merupakan kakak kelasnya, kelas 12, mereka sedang sibuk di salah satu meja mengecek kelengkapan persyaratan lomba para tim yang mendaftar. Sejak tadi tak henti-hentinya berkas berdatangan, membuat keduanya agak kewalahan.

Hari ini diadakan technical meeting untuk event yang akan diselenggarakan besok selama 20 hari lamanya. Setiap tim dari berbagai sekolah dibolehkan ikut mendaftar dengan membawa persyaratan yang sudah dijelaskan jauh hari sebelum kegiatan ini diselenggarakan.

"Senggang juga akhirnya," kata Thea menghembuskan nafas lega. Sofi mengangguk saja mengiyakan.

Thea merogoh saku rok hitamnya, mengeluarkan snack coklat yang sempat ia beli di kantin sebelum datang kemari.

"Barangkali mau, kak. Tadi gue beli banyak," ucapnya menawarkan dengan ramah, menaruh semua cemilan itu di atas meja. Sekalian pendekatan sama kakel — pikirnya.

"Iya ntar kalau pengen gue ambil," balasnya tersenyum. Thea menggangguk begitu saja.

Thea mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri seperti orang yang akan menyebrang. Kemudian matanya menangkap sosok lelaki yang tengah mengobrol bersama kawannya dengan kamera tergantung di lehernya.

'Tuh orang keliatannya jutek, padahal pas gue mintain tanda tangan waktu itu ramah banget,' batin Thea.

Flashback.

Bandung, 6 Juli 2018.
Hari pertama MOS.

"Permisi, kak."




Theala Zemira Muza atau yang biasa disapa Thea itu menatap kakel cowok di depannya dengan senyum sungkan. "Mau minta tanda tangannya, bisa?" lanjutnya.

Dalam hati Thea sebenarnya misuh-misuh sendiri. Ini yang ia malas lakukan setiap kali awal masuk sekolah, pasti ada saja kegiatan begini. Tak ayal sekolahnya, SMA Harapan. Tidak tau apa Thea ini introvert?!

Cowok itu tersenyum, "Bisa," balasnya.

'Ah, ramah banget,' batin gadis itu.

Kemudian Thea kini duduk berhadapan dengan cowok yang merupakan kakelnya kelas 12 sekaligus panitia MOS. Yah, kalau bukan ngapain juga Thea cape-cape nyamperin nih kakel.

Ia sudah siap dengan buku MOS dan pulpen di tangannya untuk mencatat biodata singkat si kakel.

"Kamu tau nama saya?"

Thea menggeleng kikuk, "Gatau, kak," jawabnya pelan.

"Oke, gapapa. Nama saya Revano Adnan Zafran," katanya memperkenalkan diri.

Cowok berkulit kecoklatan, berperawakan tinggi ramping namun tetap terlihat gagah. Wajah oval dengan rahang yang tegas. Tatapan matanya yang tajam beralis tebal. Hidungnya mancung juga bibirnya yang tipis di bagian atas namun lebih bervolume pada bagian bawah. Dan jangan lupakan behel di giginya yang menambah kesan manis saat dia tersenyum. Dari penampilannya saja, Thea sudah yakin kalau cowok yang memperkenalkan diri sebagai Revano ini pasti anggota paskibra. Terlihat dari potongan rambutnya yang tipis hampir botak di bagian samping namun berisi pada bagian tengahnya. Dan jangan lupakan seragamnya yang disekeng agar membentuk postur tubuhnya yang tegap.

"Kalau tali kocket saya warna biru, berarti jabatan saya...?" tanyanya menggantung, memancing Thea untuk menjawab.

"... Pendamping kelas ya?" jawab Thea memasang wajah berpikir.

"Betul," katanya langsung membuat Thea menghembuskan napas lega.

"Tempat tanggal lahir, kak?"

"Timika, 24 Juli 2001." Revan masih menunjukan senyum yang sama. Thea kembali mencatat dalam bukunya.

"Kamu tau dimana Timika?" tanya Revan tiba-tiba.

Lagi-lagi Thea menggelengkan kepalanya, "Gatau, kak. Emang dimana?"

Revan tersenyum, "Nanti kamu search, ya."

'Kenapa kudu senyum, sih?! Kan, guenya deg deg an,' batin Thea.

"O-oke, kak."

Thea memberikan bukunya pada Revan untuk diberi tangan.

"Instagram saya jangan lupa difollow," matanya mengerling lucu.

Thea tertawa pelan, "Siap, kak." Selanjutnya ia pamit pada Revan dan dibalas senyuman hangat cowok itu.

Flashback off.

Thea jadi tersingkap saat tiba-tiba Sofi mengajaknya mengobrol. Ia langsung berpaling mulai menyahuti ucapan kakelnya itu.

Begitu asik bercerita, tahu-tahu dari arah kanan sebuah tangan menyambar satu bungkus camilan coklat milik Thea begitu saja tanpa permisi.

Thea baru akan mulai mengomel, begitu ia mendongakkan kepala, ia terkejut karena ternyata yang baru saja mengambil camilan miliknya adalah Revan. Wajahnya yang bersungut terpaku menatap Revan yang berlalu begitu saja tanpa menoleh.

'Buset, prasmanan kali langsung comot gitu aja,' omelnya dalam hati.

'Mana terimakasihnya?' dumelnya tanpa suara.

TBC

HOLLA welcome back! kali ini leya hadir dengan cerita nonkpop. funfact, cerita ini based on true story leya, loh. tapi di beberapa scene nanti bakal ada beberapa tambahan karangan dari leya sendiri ya. stay tune!

So, I Married With My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang