4. Tangis Perpisahan

418 71 2
                                    

Jaemin menggenggam tangan Renjun. Mentari yang kini mulai terbenam menjadi saksi bisu di antara keduanya yang sejak tadi hanya berdiam diri.

"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu untuk kekasihmu ini yang akan pergi besok?"

Renjun menunduk. Memainkan keduanya kakinya yang seakan sedang menendang angin.

"Bukankah kau sendiri sudah setuju tentang keputusanku, Sayang."

Renjun mengangguk. Namun, kemudian helaan napas berat terdengar. "Aku tidak tahu, kalau hari semakin cepat berlalu. Dan besok adalah hari keberangkatanmu ke Jepang, Jaem."

"Kau akan berkuliah di sana. Dan aku akan berkuliah di sini."

Jaemin tersenyum. Memeluk pinggang ramping sang kekasih. "Kita hanya berbeda jarak, Sayang. Tidak ada perbedaan waktu di antara kita berdua."

Renjun menatap manik hitam Jaemin. Bibirnya mengerucut gemas memuat Jaemin tidak tahan untuk menggodanya.

"Tetap saja. Itu sangat jauuuuuuuuuh."

Senyum Jaemin semakin mengembang. "Aku tahu itu. Aku punya ide."

Renjun memiringkan kepalanya. Tidak mengerti dengan perkataan Jaemin yang tiba-tiba saja menyuarakan sebuah ide.

"Bagaimana kalau kita menulis surat? Kita tetap berkomunikasi seperti biasa dengan telepon dan pesan melalui nomor kita," jelas Jaemin.

Namun, Renjun masih tidak mengerti dengan perkataan Jaemin. Buat apa capek-capek menulis surat, sedangkan masih melakukan komuniskasi dengan telepon dan pesan melalui ponsel? Renjun terkadang tidak mengerti dengan pola pikir kekasihnya.

"Kau tahu, Renjun. Menulis sebuah surat bukankah terlihat romantis? Kita saling menulis, mengirimkan surat dan menunggu surat itu sampai di tangan kita," jelas Jaemin.

"Kita bisa makan malam bersama melalui panggilan video, saling bercerita melalui telepon dan berkomuniskasi dengan pesan melalui ponsel kita. Apa salahnya menambah dengan surat? Bukankah kita menjadi pasangan terbaik dengan menggunakan sarana komunikasi yang lain?"

Renjun tersenyum. Menulis surat bukanlah ide yang buruk. Terdengar seru setelah mendengar penjelasan dari Jaemin.

"Aku mau. Aku akan menulis semua hal yang aku lakukan. Aku akan menyimpan semua surat darimu. Dan aku akan ... akan ...."

Dan pada akhirnya Renjun menangis dalam dekapan Jaemin. Memukul pelan Jaemin. Melampiaskan rasa sedihnya dengan memeluk Jaemin selamanya yang ia bisa. Renjun benar-benar sedih, waktu berlalu dengan cepat. Seakan Renjun dapat merasakan, hari ini adalah hari terakhir dirinya dapat melihat Jaemin. Entah kenapa, Renjun merasakan itu di relung hatinya.

***

30 Juni 2020

Potongan Puzzle (Jaaemin Renjun) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang