Masih ada yg nungguin? Kalo gaada ya ga apa si:D
Selamat membaca💓***
"Aku..."
Sarada melepas dekapan Boruto, "Maaf Boruto"
"Maaf?" Beo Boruto.
Sarada menarik sudut bibirnya. Ia tersenyum kecil.
"Mau bagaimana pun, keputusanku tetap bulat Boruto" Sarada menjeda kalimatnya.
"Aku tidak pergi besok. Melainkan hari ini. Agar mereka semua tidak tahu"
Boruto diam. Tidak bisa berkata-kata lagi. Semua sudah terlambat.
Sarada membalikan posisi tubuhnya menghadap kearah sahabatnya. Ia tersenyum, namun menangis dalam hati.
"Ada tujuan lain?"
"Maksudmu?"
"Ck, tujuanmu untuk mengunjungiku. Selain meminta maaf. Apa ada lagi?"
"Ku-kurasa tidak ada" ucap Boruto berbohong.
Sarada menaikan satu alisnya, "Benarkah?"
"Se-sebaiknya, kita pergi sekarang"
"Kau mau mengantarku?"
Boruto mengangguk dan tersenyum, "Mau atau tidak?"
"Baiklah, tolong bawakan koperku" Sarada membuka kenop pintu rumahnya dan berjalan keluar.
"Hei, tunggu apa lagi?"
Boruto tersadar dari lamunannya, "Iya iya! Sebentar"
Di dalam mobil, keduanya tak berbicara satu sama lain. Baik Sarada yang memainkan ponselnya, sedangkan Boruto... Ia sedang berpikir keras sekarang.
"Dasar payah! Tinggal ucapkan 'Sarada, aku mencintaimu' saja tidak bisa!"
"Baiklah, baiklah. Ayo Boruto, kau pasti bisa!"
"Sarada/Boruto!"
"Tidak, kau dulu!"
"Perempuan selalu pertama!"
"Tapi kau yang menyebut namaku terlebih dahulu!"
Boruto memandang gadis di sebelahnya. Cantik. Dan Ia baru menyadarinya sekarang.
"Aku lupa ingin bicara apa" Boruto tertawa renyah.
"Baka!" gumam Sarada, Ia terlihat tertawa pelan.
Boruto tersenyum melihat Sarada. Senang rasanya melihat sahabatnya tertawa.
"Apa kau sudah mengabari bibi Sakura?" ucap Boruto, membuat Sarada berhenti tertawa.
"Sudah"
"Boleh aku bertanya lagi? Kumohon, jawab dengan jujur"
Ucapan Boruto membuat Sarada menatapnya lagi. Kemudian Sarada mengangguk."Apa ada alasan lain yang membuatmu pergi?" Boruto menatap Sarada lekat-lekat.
"Aku hanya ingin belajar, dan mengikhlaskan sesuatu. Mama bilang, sesuatu itu akan kembali dengan sendirinya nanti..."
"...dan juga, aku pergi ingin membuat seseorang sadar. Sadar akan perbuatannya, dan pada akhirnya ia dapat merubah sifatnya" Sarada sedikit menyindir lelaki di sebelahnya.
Boruto mengangguk paham. Ia tahu, sesuatu dan seseorang itu pasti dirinya.
"Lalu?"
"Lalu? Lalu apa?" tanya Sarada kebingungan.
"Lalu mengapa kau melakukan ini, seolah-olah seperti menyindirku?" Boruto menghentikan mobilnya. Mereka sudah sampai di lobby bandara.
Sarada tersenyum tipis, "Bagus jika kau tahu. Aku melakukan ini untukmu, Boruto. Aku hanya ingin kau sadar dan mulai berpikir dewasa. Lagipula, aku sudah tidak mengharapkan balasan darimu. Lakukan apapun sesukamu sekarang. Aku yakin, tanpaku kau pasti bahagia" Sarada keluar dari mobil dan berjalan membuka bagasi.
Boruto cukup terpaku dengan perkataan Sarada. Seolah tidak ingin melewatkan momen ini, ia keluar mengejar Sarada yang sudah masuk ke dalam.
Matanya mencari-cari sosok gadis bersurai raven itu.
"Itu dia!"
Boruto menarik lengan gadis itu dan mendekapnya erat. Tidak peduli banyak mata yang memperhatikan mereka. Ia hanya ingin.. bersama gadis itu untuk yang terakhir kalinya.
"B-boruto?" Sarada membalas dekapan Boruto.
"Aku mohon. Satu kali saja. Ubah cerita kita menjadi manis. Dan.. Tanpa sadar, aku juga mencintaimu"
Sarada membulatkan matanya tak percaya.
"Aku mencintaimu Sarada. Kumohon, kembalilah"
Sarada melepaskan dekapan Boruto. Tangan putihnya mengelus pipi lelaki di depannya.
"Aku tidak bisa"
"Kenapa? Bahkan saat kita memulai kembali, kau justru pergi. Apa kau meragukanku?"
Sarada menggeleng, "Tidak, bukan begitu! Aku mau, suatu saat kita bertemu nanti, kau dan aku sudah memiliki pekerjaan dan mencapai cita-cita masing-masing. Demi kau dan aku Boruto!" Sarada berusaha meyakinkan Boruto. Hanya inilah satu-satunya jalan yang terbaik.
"Tapi, nanti jika aku atau kau berpa-"
"Ssst, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jika kau tetap mencintaiku, aku yakin. Perasaan itu tetap ada dan akan terus berada dihatimu" Sarada tersenyum dan mengecup singkat pipi kiri Boruto.
"Itu hadiah dariku" Sarada memejamkan matanya. Banyak orang yang tersenyum melihat mereka.
Boruto berjalan mendekat dan mengecup singkat kening Sarada, "Aku mencintaimu, Sayonara"
"Aku juga. Sayonara, Boruto" Sarada tersenyum, menarik kopernya dan pergi menjauh.
Namun, dibalik langkahnya. Sarada justru menangis dalam diam.
Disisi Boruto, ia menatap sendu punggung Sarada yang kian lama kian menjauh.
"Aku tetap disini, Sarada. Aku akan menunggumu kembali"
"Sampai kapanpun.."
THE END!
***
Gaje parah ceritanya ya:)
Book baru ntar di publish maleman:DYang butuh extra chapter, monggo komen disini:D
Makasih vommentnya, koreksi jika ada typo^^
Have a nice day <3
![](https://img.wattpad.com/cover/225222018-288-k593057.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Caramel Macchiato
Fanfiction[ c o m p l e t e d ] Kalian tahu kopi ini? Di mana di bagian atas rasanya pahit. Namun, di bawahnya terdapat krim susu yang manis. Sama seperti kisah Cinta Sarada. Awalnya sangat pahit sekali karena ia harus terjebak dalam Friendzone (Zona Teman) T...