Kedua

2.2K 138 25
                                    

"Sarada.."

Aku pun menoleh ke asal suara, "Iya? Ada apa?"

"Perkenalkan, namaku Kakei Sumire, murid yang kemarin pindah ke sini. Apa aku boleh duduk di sebelahmu? "

Kakei Sumire?
Cantik juga ternyata.

"Hai Sumire, tentu saja boleh, mari duduk!"

"T-terima kasih Sarada, ta-tapi..."

"Tapi apa?"

"I-itu.. Kalau kau tidak keberatan bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Sumire gugup

Aku mengangguk singkat, "Ya, tentu saja. Kau mau bertanya apa?"

Tangan mungilnya menunjuk ke arah laki laki berambut biru muda dan berkulit pucat.

"A-aku tidak sengaja bertemu dengan nya di gerbang. Dia menabrakku dan membantuku. Umm, apa boleh kau mengenalkan dia kepadaku?" Sumire berbicara dengan sangat hati-hati

"Astaga!" Aku terkejut dengan perkataan Sumire

"E-eh, ada apa? Jangan jangan kau juga menyukainya ya? Kalau begitu, aku tidak jadi deh"

"Bukan begitu Sumire,"

Aku berbisik ke telinganya, "Pasalnya, baru ada seorang perempuan yang menyukainya. Dia itu sangat misterius lho. Aku saja sampai mengira bahwa dia adalah seorang hantu" sambungku

Sumire sedikit terkejut, pipinya memerah dan tersenyum kecil.
"Kau tahu, pribadinya sama denganku. Aku juga seorang yang misterius dan pendiam. Kurasa, aku akan cocok bila bersamanya"

"Benarkah? Hmm, ya kau beruntung sekarang. Lelaki itu bernama Mitsuki"

"Nama yang bagus, aku mulai tertarik padanya. Oh iya, apa kamu mempunyai seseorang yang disukai?" tanya Sumire penasaran

"Ya sebenarnya ada sih"

"Lalu?"

Aku mulai memejamkan mataku. Kutarik nafas panjang dan menghembuskan nya pelan.

"Mungkin memang sudah saatnya terbuka pada orang lain" lirihku

"Siapa? Ma-maksudku... Kau tidak pernah terbuka pada orang lain?"

"Kau lihat lelaki bersurai kuning di depan sana?"

"Ya? Lalu?"

"Dialah orang yang kusuka sejak lama. Sudah bertahun tahun lamanya aku menyembunyikan perasaan ini"

Sumire menepuk bahuku, "Kalau begitu, mengapa tidak kau nyatakan saja perasaanmu?"

"Menyatakan perasaan tidak semudah yang kau kira. Aku juga mempunyai harga diri sebagai seorang perempuan. Dalam kamusku, sudah kuputuskan bahwa aku, tidak akan pernah menyatakan perasaanku duluan"

Sumire beranjak berdiri, "Baiklah kalau itu maumu. Mulai sekarang, mari kita bersahabat! Kita akan berjuang demi mendapatkan mereka, setuju?"

"Memangnya bisa ya?"

Aku mengeluarkan ibu jariku, "Setuju!"

Sumire mengulurkan tangan nya, "Mari kita ke kantin! Dengan makanan yang enak dan bervitamin, akan mudah untuk membantu kita berfikir"

Aku menerima uluran tangan Sumire, "Memangnya kau mau berfikir apa?" tanyaku

"Berfikir, bagaimana caranya mendapatkan hati seorang Mitsuki yang kuidolakan. Dengan kepribadianku, aku yakin pasti Mitsuki akan menyukaiku" jawab Sumire percaya diri

Aku terkekeh pelan, "Percaya diri sekali kau nyonya"

"Apa salahnya halu, iya kan?" Aku dan Sumire tertawa bersama

Kini kami sudah berjalan melewati koridor menuju kantin. Koridor dipenuhi anak anak yang datang dari berbagai kelas.

Ada yang membuka loker dan ada yang bergibah ria. Ada juga yang berlari menuju kantin dan berbagai tempat lainya.

Dan yang paling aku tidak suka adalah, sekumpulan penggemar yang datang dengan membawa bunga dan cokelat untuk Boruto. Mereka selalu mengganggu pandanganku.

Sumire menggodaku, "Sepertinya orang yang kau suka itu memiliki banyak penggemar. Apakah kau tidak risih?" tanya Sumire

"Sedikit. Tapi, apa boleh buat. Aku bukan siapa siapanya" jawabku pasrah

"Makanya Sarada, kau itu harus tampil feminim! Lihat dirimu, rambut yang pendek dan berkacamata. Sangat jelek dan tomboy" Sumire mengomentari gaya penampilanku

"Bisakah kau berhenti mengomentariku? Aku sama sekali tidak suka dikomen. Lagipula jika aku tidak memakai kacamata, bagaimana caranya aku bisa melihat? Aku juga tidak suka dengan rambut panjang, itu dapat membuatku risih saat bermain basket"

Sumire memasang wajah cemberut miliknya, "Jika kau tidak mau melepaskan kacamatamu, setidaknya kau ganti saja dengan model sekarang. Misalnya, kacamata bening atau yang bulat"

Perkataan Sumire ada benarnya juga. Lihat saja sekumpulan fans tidak tahu diri itu.

Banyak perempuan yang feminim dan berambut panjang. Ada juga yang sampai diwarnai.

"Huft, baiklah. Aku akan memintanya pada mamaku nanti. Terima kasih saran nya, Sumire"

"Sama sama. Oh iya, sehabis pulanh sekolah, mari kita ke salon!" ajak Sumire bersemangat

"Sa-salon!?"

"Iya! Tempat kecantikan perempuan. Aku sering kesana lho! Tempatnya sangat asyik dan nyaman"

Membayangkan namanya saja, aku sudah bergidik ketakutan. Bagaimana jika aku merasakan nya?

Pasti tempat itu penuh dengan makeup dan cat rambut. Seumur hidupku, aku tak pernah merasakan apa itu salon.

"Kau mau cantik tidak? Apa kau mau terus terusan kalah saing oleh fansnya itu??"

Aku menggeleng kepalaku kuat kuat, "Tidak-tidak! Aku tidak mau!"

"Baiklah, sepulang sekolah ini aku akan mengajakmu ke salon milik mamaku. Persiapkan mentalmu ya. Aku harap kau akan menyukainya"

Oh astaga, aku harap kejadian ini tidak akan pernah terjadi lagi dalam hidupku.

Aku mohon, siapapun tolong aku!

-

Chap 2 akhrinya up!
Semoga suka ya^^

Ditunggu Vommentnya minna. Koreksi bila ada Typo. Terima kasih sudah membaca >~< ♡♡

[✔] Caramel Macchiato Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang