4 tahun kemudian...
Sudah lama sekali Sarada pergi meninggalkan Boruto. Namun, Boruto masih saja menunggu tanpa diberikan harapan yang pasti.
Semua nomor-nomor, aplikasi, dan sosial media milik Sarada tidak aktif. Mungkin, karena nomor dan ponselnya sudah berganti.
Pagi ini, Boruto tengah makan bersama keluarganya. Wajahnya selalu lesu dan tidak bersemangat. Makan saja sudah jarang dan sedikit. Bahkan sekarang, dirinya hanya mengaduk-ngaduk sup yang dihidangkan.
"Boruto..." panggil Naruto
Boruto diam. Tak ada niatan untuk membalas panggilan ibunya.
"Ayah tahu ini berat bagimu, sayang. Tapi, Ayah sudah putuskan kalau," Naruto menjeda kalimatnya
"Kau akan dijodohkan oleh Sumire" sambung Naruto
Brak!
"Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah menyetujui perjodohan gila ini!"
"Boruto! Semua ini ayah lakukan untukmu. Hargai keputusan ayah!" Naruto ikut berdiri, menghadap putra sulungnya.
"Jika seperti itu, setidaknya ayah juga hargai keputusanku! Aku sudah tidak mencintainya lagi ayah!"
"Ayah hanya ingin kau bahagia, Boruto. Menunggu yang tidak pasti itu menyakitkan. Sekarang, ayah tanya padamu, apa Sarada pernah menghubungimu 4 tahun ini?"
Boruto bungkam. Ia hanya bisa menggeleng lemah.
"Kalau begitu, ikuti keputusan ayah! Sore ini, temui Sumire di rumahnya. Mau tidak mau, kau harus menemuinya!"
"Ayah, ayah sebaiknya tidak terus-terusan mendesak kakak. Kalau kakak tidak mencintai kak Sumire, jangan dipaksakan ayah!" Himawari mencoba meleraikan perdebatan antara ayah dan anak ini.
"Diam! Kau ini masih kecil! Apa jangan-jangan, pikiranmu sudah dirasuki oleh kakakmu?"
"Sudah-sudah! Kembali makan!" Hinata ikut mencoba melerai, namun usahanya sia-sia."Ayah tidak berperasaan! Apa ayah tahu, ayah juga pernah seperti itu kan!? Menunggu yang tidak pasti!" ucapan Hima semakin membuat Naruto marah.
"Tahu apa kau tentang ayah!? Ayah juga pernah seusiamu, Hima. Jangan sampai, kau ayah bentak disini!"
"Ayah memang menyebalkan!" Boruto berlari menuju kamarnya dan mengunci pintunya rapat-rapat
Tangannya mengambil sebuah kotak persegi berwarna merah dari saku celananya. Dia membuka kotak itu dan menatap isinya.
"Cincin ini, akan ku berikan padanya setelah dia pulang nanti. Jangan sampai ada yang memakainya selain Sarada"
***
Sore ini, Boruto mengunjungi rumah Sumire. Ia sudah duduk bersama Sumire di sofa ruang tamu.
"Boruto. Kau tahu kan, kita saling mencintai? Jadi, apa salahnya kita menikah? Apa kau tidak bahagia bertemu denganku lagi?" Sumire memeluk lengan kanan Boruto manja.
"Apa kau bilang? Menikah? Bertatapan wajah denganmu saja sudah membuatku muak! Bagaimana jika nanti aku menikahimu. Tidak akan Sumire! Tidak akan pernah. Jadi sebaiknya, kau bangun dari mimpimu itu!" Boruto membentak, lalu mendorong tubuh Sumire.
"Apa kurangnya aku!? Jelas-jelas sikapku sedikit lebih unggul dari Sarada!"
"Cih, dasar sombong! Lagipula, aku tidak butuh gadis yang sempurna. Aku hanya butuh gadis yang penuh kekurangan, agar kekurangan kita dapat menyatukan satu sama lain! Daripada bermimpi, sebaiknya kau pergi ke laut saja!"
"Berani sekali kau mengatakan ini padaku! Apa kau tidak tahu, aku berbuat seperti ini karena apa? Karena aku mencintaimu, Boruto! Hanya itu!"
"Ckckck, dasar gila! Dulu kau bilang, kejar Sarada. Kenapa sekarang berubah? Kalau dari awal kau mencintaiku, kenapa kau tidak katakan yang sejujurnya padaku?"
Sumire menunduk. Boruto memang benar. Seharusnya dari awal, ia katakan yang sejujurnya.
"Jadi ini salahku, begitu!?"
"Lebih tepatnya semua salahmu, Nona Kakei" Boruto beranjak keluar dari rumah Sumire.
"Lihat saja, akan ku laporkan pada paman Naruto!" Teriak Sumire dari dalam rumah.
Boruto mendengar, namun tak mengubris ancaman Sumire.
"Dasar Bodoh! Sampai matipun, aku tidak akan pernah sudi menikah dengannya"
-
Lanjut gak nih? Comment ya >w<
Makasih vommentnya, tolong koreksi jika ada typo ya ^^
Have a nice day <3
![](https://img.wattpad.com/cover/225222018-288-k593057.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Caramel Macchiato
Fiksi Penggemar[ c o m p l e t e d ] Kalian tahu kopi ini? Di mana di bagian atas rasanya pahit. Namun, di bawahnya terdapat krim susu yang manis. Sama seperti kisah Cinta Sarada. Awalnya sangat pahit sekali karena ia harus terjebak dalam Friendzone (Zona Teman) T...