Part 5

346 36 2
                                    

               
                   ~MIMPI BURUK~

   Aroma khas bau alkohol begitu tercium diruangan itu.bunyi musik yang kian menghentak seakan memaksa para pengunjung untuk tenggelam pada dunia mereka sendiri.berbagai dari kalangan mulai membaur menjadi satu.

Termaksud si pria park itu,ia tenggelam bersama minuman yang berada ditangannya.minum dan minum terus ia lakukan,entah sudah beberapa kali pria yang berada disampingnya menggerutu tak jelas akibat ulah jimin.

"Jim,berhentilah minum!kau terlihat seperti orang banyak masalah saja.kau tau,tubuhmu itu sangat berat dan aku tidak ingin mengantarmu pulang."ucap kim seokjin pemilik club terbesar diseoul.

Jimin menoleh,menatap seokjin dengan mata sayu.kemudian pandangannya ia alihkan pada botol wine dengan pandangan kosong.

"Hyung...mengapa aku tak pernah bahagia...apa tuhan membenciku karena aku mahkluk pendosa?nara bahkan tak menerima ku...semua orang tak menerima ku..aku benci hidupku.."ucap jimin

Jimin berguman tak jelas,lalu kembali meminum-minumannya.seokjin dengan kesal lancang mengambil gelas berisi hampir stengah habis itu ia letakkan dengan kasar matanya menyorot tajam kearah jimin.

Kemudian meraih pundak park itu dan berjalan menuju mobil yang senantiasa menunggu didepan gedung club milik seokjin.

"Paman lee,tolong bawah dia pulang. tuanmu ini sungguh merepotkanku sungguh,ia membuat kepalaku hampir pecah dengan gerutuan tak jelasnya"ucap seokjin menatap paman lee yang tak lain supir pribadi park jimin.

Paman lee mengangguk,segera mendekatkan diri dan mengambil alih tubuh majikannya.

"Maaf telah membuat anda kerepotan tuan seokjin"ucap paman lee sambil sedikit membungkuk.

Seokjin tersenyum tipis,buat apa paman lee yang meminta maaf?seharusnya yang harus minta maaf itu jimin yang selalu merepotkan dirinya.lagi pula ini bukan sepenuhnya salah jimin.jimin hanyalah manusia dari jutaan manusia yang harus menjalani hidup yang tak ia inginkan.

Ya sama sepertinya dari kecil ia tak dapat banyak perhatian dari orang tuanya mereka hanya sibuk bagaimana cara menimbun harta yang lebih banyak lagi mencari uang yang bahkan tak akan pernah habis sampai tujuh turunan.dan jujur saja ia memiliki orang tua tapi tak merasa bahwa mereka itu ada.

Seokjin mempunyai sejuta kesedihan dalam dirinya dan mungkin ia harus lebih sedikit bersyukur karena dapat memiliki teman yang dapat di ajak berbagi kesedihan bersamanya.

Contohnya jimin,mungkin orang berfikir park jimin itu adalah seorang yang dingin,angkuh,dan tak berperasaan.tapi baginya jimin adalah orang yang terbaik yang paling ia kenal.jimin ada saat ia butuhkan,jimin ada saat ia ingin minum untuk menghilangkan stres dan jimin ada untuk mendengarkan kisahnya.

Maka dari itulah,hanya seokjin yang bertahan untuk berada disisi jimin ya, karena mereka sama merasakan apa yang orang lain tak dapat rasakan.

"Tidak apa-apa paman lee.aku juga tahu bagaimana sifak anak ini.cepatlah bawah dia pulang"

Paman lee segera memasukkan tuannya kedalam mobil kemudian sedikit memutari mobil itu tak lupa paman lee berpamitan pada seokjin.

Mobil yang membawa jiminpun sampai pada tujuan,para mengawal jimin dengan sigap menahan tubuh tuannya agar tak terjatuh menyentuh tanah.

Jimin sesekali meracau tak jelas meneriaki pengawalnya agar menjauh dari tubuhnya.

"Menjauh dariku!!nara..aku ingin nara.."ucap jimin

Taehyung yang saat itu mendengar suara gaduh dari bawah segera berjalan kearah sumber suara untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Wajah datar Taehyung begitu tampak,ini bahkan bukan pertama kalinya jimin pulang dalam keadaan mabuk.menurutnya ini hanya pemandangan biasa saja yang sering ia lihat.Taehyung mendekat berjalan kearah jimin sambil menatap pengawal yang sedang kewalahan menghadapi kekuatan jimin.

"Ada dengan jimin?mengapa ia berteriak pada kalian?"tanya Taehyung

"Nara...aku ingin nara..."ucap jimin lirih mata sayunya menatap lantai berwarna crime.

Taehyung menghelai nafas kasar,kemudian memerintahkan anak buah jimin untuk membawanya kekamar.

"Taehyung-ah,aku ingin nara.."ucap jimin sebelum kesadaranya lenyap.

Suara detak jantungnya kini semakin berpacu dengan cepat,kerutan ringan terbentuk diatas kening sang pria.nafasnya yang mulai tersenggal-senggal membuatnya susah bernafas.

Park jimin pria yang sedang terbaring lemah diatas tempat tidurnya akibat mimpi buruk yang selalu menghantuinya tanpa henti.mimpi yang dimana jimin ingin mati saja.

"Akh...pe-pergi!pergi!! Hiks..."jimin meraung tak jelas,menendang angin seakan dapat membuat mimpi buruk itu pergi.kemudian menutup kedua telinganya.

"Pergi!!!"teriak jimin

Teriakan dan juga kepingan memori yang tak ingin ia ingat seakan mampu membuatnya kembali kemasa itu.
Kemasa yang dimana ia kehilangan keluarganya.

Jimin berdiri,berjalan dengan langkah lemahnya mencoba meraih obat yang selama ini menjadi penenangnya dikala mimpi itu datang.

"Eomma..appa ji-jimin takut"

BRUGH!!

"Ji-jimin!!"

Nara berlari,meraih tubuh jimin yang tergeletak dilantai.di raihlah tubuh jimin itu hingga ia dapat merasakan hembusan nafas yang tak beraturan dan juga tubuh yang menggemtar.

"Ji-jimin sadarlah..."ucap Nara

Jimin membuka matanya,menatap wajah nara yang saat ini sangat dekat dengan wajahnya.

"Nara...ak-aku takut..."ucap jimin sebelum kegelapan merenggut paksa kesadarannya.

Nara berdiri berusaha menahan tubuh jimin agar tak terjatuh membentur lantai.dengan susah payah akhirnya usahanya pun tak sia-sia.

Nara meletakkan tubuh jimin diatas ranjang,menyelimuti pria itu dengan pelan.sebelum ia berjalan keluar tangan jimin lebih dulu memegang tangannya.

Nara menoleh,menatap jimin yang saar ini keadaannya sangat kacau.rambut yang berantakan dan juga mata yang memerah menahan air mata.sungguh saat ini nara sangat prihatin dengan jimin.

Sebenarnya apa yang telah terjadi pada jimin?mengapa ia bisa menjadi seperti ini.

"Jangan tinggalkan aku nara,hiks..."ucap jimin

Entah mengapa ia sedikit tak bisa melihat jimin yang seperti ini.lebih banyak memohon.

"Ji-jimin maaf,aku harus kembali"

Jimin menggeleng.

"Tidak,ja-jangan pergi.mereka..mereka datang hiks..bisikan itu.."

Sudah cukup nara tak dapat menahannya lagi.segera ia mendekat menarik dan memeluk tubuh jimin.entah mengapa otaknya menyuruhnya untuk pergi tapi lain halnya dengan hatinya untuk mengatakan tetap berada disini.

"Jimin..berhentilah menangis"ucap nara

Jimin terdiam,menenggelaman wajahnya pada dada Nara

"Nara,berjanjilah padaku,untuk tidak pernah meninggalkanku"ucap jimin memohon.

"Aku berjanji"

"Mereka datang lagi,apa yang harus kulakukan?"ucap jimin dengan suara lemahnya .

"Tidurlah aku akan menjagamu"

Aku tidak tahu,apakah yang kulakukan benar atau salah.tapi yang jelas ada sesuatu dari dalam diriku untuk melindunginya.

Atau karena ucapan Taehyung?




[]




My obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang