RELULA -10- Lalu

92 22 32
                                    

Rasa itu masih ada, tersimpan rapih di sebuah ruang kecil pada hati yang tak pernah pulih.

-RELULA-

********

Malam semakin larut, namun hal itu tidak menjadi halangan bagi empat pelajar yang sedang bersenang-senang di atap sebuah rumah sakit tengah kota. Ralat, hanya tiga orang yang bersenang-senang, satu diantaranya justru merasa terusik dan takut.

Tiga pelajar itu menyudutkan seseorang yang wajahnya dipenuhi ketakutan, keringat bercucuran di pelipisnya dengan tubuh yang gemetar hebat. Ketiga pelajar itu mengelilinginya, satu diantara mereka mencekal erat rahangnya.

"Kenapa wajah lo pucat? Bukannya tadi lo bilang mau gabung sama kita, hm?" Orang itu beralih menarik rambut seseorang dihadapannya yang sudah tidak bisa bergerak.

"Ma-af," racaunya.

"Cih, gue nggak butuh kata maaf dari orang cupu kayak lo!"

Salah satu pelajar itu merenggangkan otot-ototnya, ia memberi kode kepada kedua temannya untuk memegangi seseorang di hadapannya yang sudah lemas itu. Kemudian, ia langsung meninju wajah orang itu hingga babak belur. Tak merasa puas, ia terus menendangi perut orang itu hingga tersungkur.

"Maaf, ma-af." Racau orang itu dengan darah yang mengalir di wajahnya.

"Club itu, gue nggak sengaja masuk ke sana." Lanjutnya dengan lirih.

"Apapun alasan lo, gue nggak mau tahu. Yang jelas, lo ada disana waktu itu!" Bentak orang yang baru saja memukuli.

"Gue cuma mau tahu apa alasan lo nolak gue gabung," orang itu memegangi perutnya yang berdenyut nyeri.

Ketiga pelajar itu tertawa meremehkan, "Lo punya kaca nggak di rumah? Mana bisa orang cupu kayak lo gabung sama kita."

"Setidaknya, gue punya bokap yang bangga sama gue." Jawabnya sambil meringis kesakitan.

Salah satu dari mereka emosi setelah mendengar kalimat itu, secara tak sadar, ia mendorong orang itu dengan penuh emosi sampai jatuh dari atap rumah sakit.

Mereka bertiga syok melihat orang yang baru saja mereka hajar terjatuh dari atap rumah sakit.

"Woi, lo gila?" Tanya seseorang yang memakai ransel hitam.

"Gue nggak sengaja!"

"Kalau polisi nangkep kita gimana? Ini bisa jadi kasus pembunuhan!"

"Gue nggak mau terlibat, lo urus masalah ini sendiri. Gue juga berhenti ikut club itu." Ucap salah satu diantara mereka yang kemudian berlari meninggalkan atap.

"Gue juga, gue nggak mau ikut-ikutan." Lanjut seseorang yang lain dan menyusul temannya.

Kini, hanya tinggal orang yang menghajar, memukuli, dan mendorong pelajar tadi di atap. Ia tak bisa berkutik dan melihat di bawah sana sudah ramai dokter dan perawat lalu orang itu dibawa masuk ke rumah sakit ini.

RELULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang