Lagi-lagi aku memilih untuk menetap bersama rasa yang kerap tak teranggap.
-RELULA-
*******
HOLLA! VOTE SEBELUM MEMBACA YA! HAPPY READING❤️
*******
Dengan sedikit cekcok, akhirnya Pak Denis, Regan, Kaivan, Alula, dan Nata memutuskan untuk memberikan semua bukti kepada Ayah Kaivan yang memang bertugas atas kasus ini.
Rumah sakit milik keluarga Atmadja juga dikenakan denda akibat menutup-nutupi kasus dan menyembunyikan pelaku, sedangkan Galen sendiri justru sangat berterima kasih kepada Alula karena telah membantunya untuk bertanggung jawab atas semua perbuatannya.Setelah hukuman Galen ditetapkan oleh pihak yang berwajib, Alula berjanji untuk menemui Galen dan menjadi teman baik untuknya meskipun sampai saat ini Regan, Kaivan, dan Nata melarang keras Alula untuk berhubungan lebih lanjut dengan Galen dan masih belum bisa berteman baik dengan Galen.
Alula dan Nata merenggangkan otot-ototnya dan menghela napas lega seakan-akan mereka telah menyelesaikan pekerjaan berat. Kini mereka sedang berada di parkiran kantor kepolisian, Pak Denis sudah pulang lebih dulu karena ada urusan lain.
"Ngapain, sih? Perasaan yang nyelidikin kasus ini bukan lo berdua tapi kayaknya lo yang capek," ujar Kaivan.
Alula mendelik tajam, "Heh! Kalau tanpa otak pintar gue yang bikin bukti, ini nggak akan selesai."
"Siapa bilang? Bisa aja," balas Kaivan.
"Udah, kenapa jadi ribut, sih?" Ucap Nata melerai.
Regan terkekeh melihat mereka yang tidak pernah akur dalam waktu panjang.
"Eh, gue cabut duluan, ya. Jagain Alula sama Nata!" Pamit Regan.
"Lo gila? Gue disuruh jagain dua hama kaya gini? Nggak mau." Balas Kaivan dengan cepat.
"Cih, siapa juga yang mau dijagain sama bakteri kaya lo, ha?!" Timpal Nata tak terima.
"Gue buru-buru banget, Ana nungguin, bye!" Regan segera berlari menuju motornya dan pergi.
"Bukannya urusan sama keluarga Atmadja udah selesai, ya? Kok Regan masih berhubungan sama Ana?" Tanya Nata.
"Jelas ada urusan lain, urusan hati." Jawab Kaivan dengan entengnya dan langsung diberi tatapan tajam oleh Nata.
Dengan kompak, Nata dan Kaivan segera menatap Alula yang tidak bisa menyembunyikan raut wajah sedihnya.
"Kaivan, lo bisa antar Nata pulang?" Alula menatap Kaivan dengan mata sayunya.
Kaivan mengangguk pelan, "Lo gimana?"
"Gue udah ada janji sama orang lain, duluan ya!" Jawab Alula lalu segera meninggalkan Kaivan dan Nata yang terus menatapnya kasihan.
Bohong, Alula tidak ada janji dengan siapapun. Dirinya hanya tidak ingin terlihat sangat menyedihkan di hadapan Kaivan dan Nata, karena apapun yang berhubungan dengan Regan, ia pasti lemah.
Dengan langkah gontai, Alula menyusuri pinggir jalan yang ramai dengan kendaraan ditemani langit yang menampakkan warna kelabu, menandakan bahwa sebentar lagi hujan akan mengguyur bumi. Sepertinya cuaca sedang sama dengan suasana hati Alula saat ini.
Dan benar saja, beberapa menit kemudian hujan turun dengan sangat deras sehingga membuat beberapa orang meneduh, begitupun dengan Alula.Alula berteduh di halte, ia menggosok-gosokkan lengannya yang sedikit basah dan melihat di sampingnya terdapat satu pasangan yang sepertinya berumur beberapa tahun diatasnya. Ia mendengus pelan, dalam keadaan basah kuyup seperti ini masih sempat-sempatnya mereka bermesraan dan harus dilihat oleh Alula.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELULA
Novela Juvenil"Kenapa kita nggak pacaran aja, sih?" . . . Satu pertanyaan yang merubah segalanya. Benteng pertahanan yang selama ini dibuat runtuh seketika hanya dengan satu ucapan. Lantas, bagaimana kisah selanjutnya? Bagaimana rasa selanjutnya? Apa mereka akan...