RELULA -15- Fakta

88 18 22
                                    

Sampai kapan aku harus menunggu agar aku dan kamu yang semu menjadi kita yang nyata?

-RELULA-

*******

HOLLA! RELULA KEMBALI! JANGAN LUPA VOTE TERLEBIH DAHULU YA...

HAPPY READING❤️

********

"Kita ngapain ke sini?" Alula turun dari motor Galen.

Banyak pepohonan yang menjulang tinggi dan terdapat gapura bertuliskan pemakaman umum di hadapan Alula dan Galen saat ini.

Galen mengulurkan tangannya, berniat untuk menggandeng Alula namun dengan cepat Alula menolaknya.

"Lo duluan aja, gue ikutin lo dari belakang." Ucapnya seraya merapihkan jaketnya yang dibalas anggukan oleh Galen.

Mereka menyusuri jalan setapak dan berhenti di dekat pohon besar yang rindang. Galen jongkok di samping papan nisan yang entah milik siapa.

"Hai, ma. Galen kesini lagi setelah sekian lama, kali ini Galen nggak sendirian karena ada Alula." Ucap Galen dengan senyum ramahnya.

"Sini, sapa nyokap gue. Nyokap kesayangan gue," lanjutnya.

Alula ikut berjongkok di seberang Galen, ia terus menatap Galen yang mulai menitihkan air mata dengan tatapan tak percaya. Alula melihat sisi lain dari seorang Galen, kali ini tidak ada rasa takut kepada Galen melainkan rasa iba.

"Lo nggak apa-apa?" Tanya Alula.

Galen mengangguk, "Sorry, gue lemah kalau berurusan tentang nyokap gue." Jawabnya.

"Gue sayang banget sama nyokap gue, tapi gue harus kehilangannya disaat gue benar-benar butuh sosok Ibu." Lanjutnya.

"Tapi, Ibu-"

"Dia cuma nyokap angkat gue, Alula. Bahkan dia nggak pernah menjadi sosok Ibu buat gue," potong Galen.

"Len, sorry." Ucap Alula.

"Nggak apa-apa, gue yang mau cerita ke lo."

"Ayo, kita harus cepet pergi dari sini." Ajak Galen.

"Lho, kenapa? Kita baru aja sampe masa udah pergi, sih." Alula berdiri.

"Gue nggak boleh ketahuan bokapnya Ana kalau gue di sini, makanya gue jarang ke sini."

**

Alula dan Galen kini berada di sebuah caffe dekat taman yang memiliki arena skateboard. Yap, caffe yang pernah dikunjunginya bersama Kaivan untuk memata-matai Regan.

"Lo mau pesan apa?" Tanya Galen lalu memanggil salah satu pelayan caffe.

"Iced Choco Regal," jawab Alula yang masih memperhatikan buku menu setelah pelayan itu datang.

"Lho, mbak yang waktu itu pesan tapi nggak bayar, kan? Udah saya bikinin lho, mbak. Masa kabur sih," pelayan itu terus menatap Alula.

RELULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang