[ 03 ]

14 1 0
                                    

"Ma aku pergi jemput sheren dulu ya, habis itu kita langsung ke kampus kok" Ucap Angga kepada Lia, mamanya.

"iya sayang, hati hati ya, jangan ngebut bawa motornya" Angga hanya membalas dengan senyuman dan menuju halaman depan rumah untuk segera berangkat menemui kekasihnya, Sheren.

Setelah 20 menit menembus padatnya jalan raya, Angga sampai di rumah bernuansa klasik itu. Menunggu di depan rumah kini sudah menjadi kebiasaannya setelah berpacaran dengan Sheren.

"Sayang ayo kita berangkat, nanti kita telat lho, nih helm... Nya" Terdengar suara knop pintu terbuka, Angga hapal sekali suara itu, jika sudah berbunyi menandakan pacarnya sudah siap untuk kuliah, tapi siapa sangka, gadis itu bukan pacarnya melainkan gadis yang ia tabrak kemarin.

"eh kok lo sih, cewek gue mana, lu umpetin ya?!"

"Apaan si, masih didalem tu orangnya, btw hmm" Raisa berpikir sejenak sambil menatap wajah pria itu dengan sedikit tajam.

"LO YANG NABRAK GUE WAKTU ITU KAN!! Dasar ya, udah nabrak bukannya minta maaf malah pergi pergi aja" Geram Raisa sambil memukuli Angga, tidak begitu kuat, tenang saja.

"Iya iya gue minta maaf, ga sengaja juga kali"

"kalo ga ikhlas gausa minta maaf"

"Apaansi lo gausa mukul mukul juga kali" Terdengar suara Sheren yang mulai menghampiri 2 insan itu. Raisa yang mendengarnya hanya diam.

"kamu nabrak dia kemaren? Kok gabilang si" Pandangan Sheren kini sudah beralih menatap Angga. Raisa yang sedari tadi sudsh melenggang pergi meninggalkan dua bucin itu.

"iya iya, aku minta maaf ya, sekarang kita ke kampus, udah mau telat " Angga langsung memakaikan helm ke pucuk kepala Sheren. Dasar bucin!

Motor itu mulai menghilangkan jejak dari tempat awalnya. Sedangkan Raisa masih menunggu mas ojol untuk menghantarkannya ke kampus.

ooOoo

"Vanno!! Kamu ga berangkat kuliah? Papa udah daftarin kamu, bangun bangun" Sarah,mamanya Vanno mencoba membangunkan putranya dari mimpi semalam.

"Iya tau kok ma, otw ni" Otw ke kamar mandi maksudnya Vanno.

Vanno cuma menghabiskan waktu sekitar 5 menit di balik ruangan basah itu. Tinggal mengeringkan rambut, memakai baju kaos hitam dan jeans, sedikit pomade dan beberapa semprotan parfum, Vanno sudah siap untuk berangkat.

"Vanno berangkat ya ma, pa, sarapannya di kantin aja" Vanno melenggang pergi meninggalkan orangtuanya dan menuju keparkiran depan rumah untuk mengambil mobil sport merah dan menuju ke kampus barunya.

Setibanya dikampus, awalnya Vanno bingung harus kemana, alhasil dia memilih untuk kemading dan melihat denah disana. Ya, universitas disini cukup luas jadi harus melihat denah dahulu bagi seseorang ysng4 baru menginjaakkan kaki disini.

Kringg.. Kringgg

"...."

"iya pa"

ooOoo

Vanno sudah bertemu dengan pak Ilham, dekan di kampus ini dan banyak menanyakan tentang kuliahnya nanti. Sebenarnya Vanno sudah menyelesaikan kuliahnya hari ini, tapi Vanno lebih memilih untuk tidak pulang dulu melainkan ingin berkeliling kampus dan memberi makan ternak cacingnya di kantin.

"Nasi gorengnya 1 ya bu ina" Ibu kantin yang bernama ina, Vanno mengetahuinya karna ia membaca tulisan "nasi bu ina" di depan mejanya.

Wiuh rami amat ni kantin, gada tempat kosong coy, duduk dimana gue--batin Vanno

Ya kantin saat ini sedang ramai, mungkin karna kebanyakan kelas kosong, atau mungkin juga mahasiswa lagi kompak untuk makan di kantin kampus, tidak biasanya seperti ini.

Vanno sudah mengambil pesanannya dan tidak lupa untuk 1 botol air mineral, berkeliling sejenak, noleh kanan kiri seperti sedang ingin menyebrang juga sudah dilakukan Vanno demi mendapatkan bangku kosong.

Sebenarnya ada beberapa yang bisa di tempati, tapi berhubung Vanno mahasiswa baru jadi Vanno merasa sedikit canggung jika harus berkumpul dengan orang yang belum ia kenal.

Setalah lumayan lama mencari tempat, akhirnya Vanno menemukan tempat yang kosong.

"akhirnya, huft" Vanno meletakan nampan yang berisi makanan dan minuman lalu langsung menempati meja itu.

"eh eh apaanih, gue duluan tau, nikung aja lo"

"siapa cepat dia dapat" Vanno memindahkan tasnya dan langsung menyantap makanannya tanpa memperdulikan gadis yang memarahinya perihal meja.

"Dasar cowok!" Raisa malas berdebat kali ini, apalagi dengan cowok seperti Vanno. Ternyata gadis itu adalah Raisa.

Raisa memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum bekerja, takutnya resto sedang ramai dan dia tidak bisa memberi makan cacing cacing di dalam perutnya. Karna malas berdebat akhirnya Raisa memilih untuk pergi dan mencari meja kosong lain, walaupun tidak ada yang terlihat, berharap kepada meja mungkin tidak apa baginya.

"Makan sini aja woy, gaada meja kosong" teriakan terdengar dari belakang Raisa. Raisa yang mendengarnya pun berhenti untuk menelaah kata kata itu.

"Kalau mau, kalau gamau juga gapapa, semangat cari mejanya ya mba" Vanno mengucapkan kalimat itu dengan diiringi kekehan kecil.

Kalo gue tetep cari tempat, ga keburu ni makannya, telat yang ada gue---batin Raisa

Raisa berbalik dan menuju ke arah meja Vanno kembali, terpaksa, jika bukan karna dia harus bekerja dia takkan mau makan 1 meja dengan laki laki gajelas itu.

"haha mau juga ternyata" Kata yang keluar dari mulut pria tampan itu terdengar sangat halus, tapi Raisa bisa mendengarnya.

"gue duluan yang nemuin, dasar lo aja yang main ambil" Raisa duduk di hadapan Vanno tanpa berbicara lagi, dia langsung menyantap makan siang itu dengan cepat tanpa memperdulikan Vanno di depannya.

"Biasa aja makannya, keselek nanti".

Raisa yang mendengar itu memutar bola matanya jengah. Setelah selesai menghabiskan makanan Raisa membereskan tasnya dan langsung ingin pergi.

"Gue Vanno" suara itu terdengar lagi di telinga Raisa ketika ia sudah meninggalkan meja dimana ia menghabiskan makanan tadi.

Tanpa membalas, Raisa tidak memperdulikan ucapan Vanno, walaupun terekesan jika vanno ingin juga tau namanya, tapi raisa tetap berjalan meninggalkan kantin dan menuju ke resto tempat ia bekerja.

-------------
Selamat membaca,
Semoga suka, Sampai jumpa di next part🖤

A N D A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang