[ 06 ]

13 2 0
                                    

"Hallo"

"...."

"Siapa ya?"

"...."

"LO!!"

Raisa langsung mematikan telpon yang terhubung itu ketika dia mengatahui kalau itu adalah Vanno.

"Baru nemu gue cewek kaya gini, biasanya juga cewek yang ngajar ngejar gue, kok dia engga ya" Heran Vanno, memang pria berparas menawan ini selalu menjadi bahan perebutan kaum hawa, tapi tidak dengan Raisa.

Kok dimaatiin si telpon nya?

Raisa

Galak amat si, pms lu?

Vanno mencoba menghubungi Raisa lewat pesan singkatnya. Setelah 15 menit kemudian akhirnya Raisa membalas pesan Vanno.

Dapet darimana nomor gue?!

Rahasia dong, jangan sensi gitu lah, gue kan cuma mau kenal doang.

Vanno dapat no Raisa dari dekan, nekat nekatan dia menemui dekan sebelum pulang demi mendapatkan nomor gadis itu.

Gajelas!

Gue baru pindah, gaada temen nih, lo ga kasian sama gue?

Alibi Vanno membuat Raisa kembali berfikir, disinilah salah satu titik kelemahan Raisa.

Apa gue terlalu sensi ya sama dia--Batin Raisa disebrang sana.

hmm, sorry y

Melihat balasan itu membuat Vanno senang, akhirnya Raisa sedikit bisa berkata lembut kepadanya.

Nah gitu dong, kan lo tambah cantik.

Raisa di sebrang sana melihat balasan vanno tersipu malu dan sesekali tersenyum tipis.

Gue ngerjain tugas dulu ya, lo jangan lupa belajar.

Iya gue belajar, thanks ya udah mau baik ke gue.
//read

Semudah itu Raisa luluh dengan sikap Vanno, Vanno yang melihatnyapun tambah senang, karna ada kemajuan untuk usahanya ini.

Akhirnya--Batin Vanno

ooOoo

"Angga, maafin mama gue ya kemarin" Sheren menghampiri Angga yang duduk di bangku taman.

"Gapapa, tenang aja" Angga membalas dengan senyuman. "Kita sekarang makan ya, kamu belum makan kan? itu warungnya jual makanan enak banget" lanjutnya.

Sheren membalas dengan senyuman dan mengikuti langkah prianya itu. Angga langsung memesan menu paling enak di warung ini. Walaupun terbilang sederhana, tapi ini sangat romantis.

Sebelum makanannya datang, Angga melihat sejenak pacaranya yang sedang asik memainkan ponselnya, Angga kali ini memberanikan diri untuk menggenggam tangan pacaranya untuk pertama kalinya, Sebelumnya Angga memang tidak pernah seserius ini, tapi dengan Sheren entah mengapa Hati angga menjadi sangat nyaman.

"Sayang, maafin aku ya karna aku belum bisa jadi seperti apa yang mama kamu pengen" Angga menatap mata sheren, dan seketika Sheren membalas tatapan itu tanpa berkata.

"Kamu lagi pengen tas itu ya?" Angga melihat ponsel Sheren yang menunjukan berbagai tas branded. Sheren hanya tersenyum.

"Aku bakalan kumpulin uang buat bisa beliin kamu tas itu, kamu tunggu aku ya, aku bener bener sayang sama kamu" Bibir angga kini menyentuh punggung tangan Sheren. Lagi lagi Sheren hanya diam. Setelah itu makanan yang mereka pesan datang.

ooOoo

"Pak Bramnya ada?"

"Bapak sudah buat janji dengan pak Bram?"

"Oh iya sudah"

"Baik, saya akan mengabari pak Bram, silahkan bapak menunggu sebentar"

Pria itu duduk di lobi untuk menunggu kabar dari salah satu karyawan temannya itu.

"Maaf pak, mari saya antar ke ruangan pak Bram" pria itu langsung mengikuti langkah karyawan itu. Mereka menaiki lift dan tiba di lantai 2.

"silahkan pak"

Tokk.. Tok..

"Pak Aditya, silahkan silahkan, sudah lama kita tidak bertemu ya" Bram dan Aditnya berjabat tangan singkat lalu Bram mempersilahkan temannya itu duduk dihadapannya.

"Bagaimana kabarmu Bram?"

"seperti yang anda lihat, saya tengah memegang 2 perusahaan, dan ya seperti inilah keadaan sekarang, bagaimana dengan mu Aditya"

"Ya saya juga tengah membangun perusahaan hotel di kota ini, aku sedikit berharap jika nanti kita bisa bekerja sama dengan baik"

"Ya tentu saja, silahkan minum dulu" pegawai Bram sebelumnya masuk keruangan ini untuk menghantarkan 2 gelas kopi.

Aditya adalah teman 1 tingkat Bram saat kuliah dulu, Sudah puluhan tahun mereka tidak bertemu disebabkan oleh Aditya yang putus kontak dengan Bram. Akhirnya mereka bisa bertemu kembali setelah meeting waktu itu.

"Hotel Grandya itu punya pak Aditya ternyata ya, ga disangka hotel bintang 5 itu dimiliki oleh teman lama saya"

"Hahaha, bisa aja kamu Bram, hotel mu ini juga bintang 5, tidak usah berlebihan" balas Aditya "Oh iya bagaimana putra mu sekarang? Pasti sudah besar ya" lanjutnya.

"Sangat besar, dia lagi sedang kuliah di salah satu kampus di kota ini, bagaimana dengan anak mu" Aditya mendengar itu seketika diam sejenak.

"Ya, dia sama seperti anak mu sekarang" Balasnya singkat.

Setelah berbincang cukup lama dan mengulang masa SMA nya dulu, Aditya tidak bisa berkunjung terlalu lama lagi karna dia harus meeting dengan klaien nya sekarang.

"Kalau begitu saya harus pergi dulu ya Bram, Terimakasih sudah memperbolehkan saya berkunjung kemari, saya undang kamu untuk ke perusahaan saya juga, saya tunggu"

"tentunya Aditya" Mereka kembali berjabat tangan singkat.

-----------
Selamat membaca,
Semoga suka,sampai jumpa di next part🖤

A N D A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang