17

1.3K 112 1
                                    

Malam ini adalah pertama kalinya Kaneisha dan Raka berada di satu mobil yang sama,  mustahil sekali rasanya jika mereka tak datang bersama ke rumah orang tuanya Raka. Sebenarnya, Kaneisha sangat ingin membatalkan makan malam kali ini, karena tubuhnya merasa lelah. Tetapi ibu mertuanya telah mengirimkan foto-foto persiapan masakannya sejak sore tadi, Kaneisha jadi tak enak kalau harus membatalkan begitu saja.

"Kamu bilang gimana ke Ibu soal hubungan kita?" Untuk pertama kalinya, Kaneisha mengajak Raka berbicara duluan. Walaupun mata Kaneisha memandang ke arah jalanan, Raka tetap merasa senang, karena jarang-jarang Kaneisha begini sejak pertengkaran mereka.

"Gak ada yang tahu masalah kita, selain kita berdua." Raka menjawab. 

Kaneisha tak berniat membalas jawaban Raka, ia kembali terdiam dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Semakin banyak hal yang Kaneisha pikirkan, apalagi saat ia mengetahui bahwa ada janin yang sedang berkembang dalam tubuhnya. Kaneisha bahkan masih tak mengerti kenapa ia tiba-tiba bisa hamil. Kehadiran janin ini sema sekali tak diharapkan oleh Kaneisha, terlebih diambang kehancuran rumah tangganya.

Kaneisha menyingkirkan pikirannya sejenak dan mengembangkan senyumannya ketika ia melihat ibu dan kakak iparnya telah menunggu di depan rumah. Tangan Kaneisha melambai ke arah mereka sembari menunggu Raka memarkirkan mobil. Begitu mobil berhenti, Raka langsung menatap Kaneisha, mengirimkan pertanyaan tentang apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

"Lakukan senatural kamu," Kaneisha seakan mengerti arti tatapan Raka. Ia langsung melepaskan sabuk pengaman dan membuka pintu mobil Raka, lalu melebarkan senyumannya, "Ibu, Kakak, kenapa di luar?"

"Nungguin kamu lah. Kina, kenapa lama gak ke sini, Nak?" Rina melebarkan tangannya dan memeluk menantu kesayangannya, "Selamat ulang tahun, ya, Nak."

"Selamat ulang tahun, Kina." Irene ikut mengucapkan.

"Terima kasih, Ibu dan Kakak," Kaneisha membalas pelukan mereka satu persatu, sementara Raka hanya berdiri di belakang Kaneisha, "Maaf, Bu, Kina makin banyak pesanan, terus mudah capek sekarang. Jadi, gak bisa mampir belakangan ini. Nanti selanjutnya aku usahakan." Kaneisha menjawab.

"Istirahat, Kina, jangan capek-capek," Rina menasehati, "Kamu juga, Mas. Bilangin istrinya jangan kerja terus." Raka hanya tersenyum tipis, sambil menertawakan dirinya dalam hati. Mana berani ia melarang-larang Kaneisha lagi. 

"Kok Jevan gak ada, Kin? Padahal dia diundang, kan?" Irene berkata. Raka langsung melemparkan tajam pada kakaknya itu, sampai sekarang masih saja Irene suka menggodanya tentang urusan Jevan.

"Jevan malu, Kak. Jadi, menolak datang. Katanya, titip salam aja buat semuanya." Kaneisha menyampaikan pesan yang disampaikan Jevan siang tadi, ketika Raka meminta Kaneisha untuk mengundang Jevan.

"Ishh, kok malu segala? Kita kan keluarga," ucap Rina sambil mengusap kedua pundak Kaneisha, "Ya, sudah kita masuk aja. Kita makan sama-sama."

Kaneisha menengok ke belakang di kala berjalan bersama ibu dan kakak iparnya, ia bisa melihat bagaimana Raka terlihat ragu untuk bergabung, padahal ini adalah keluarga Raka. Kaneisha yang merasa tak enak, kini menghentikan jalannya, membuat Rina dan Irene merasa bingung.

"Mas, kamu ngapain di belakang sendirian?" Kaneisha berkata pada Raka. 

Panggilan itu memang wajib digunakan Kaneisha saat berada di hadapan keluarga Raka, saran dari ibunya Raka. Awalnya, Kaneisha merasa kesulitan karena sama sekali tak terbiasa memanggil Raka dengan imbuhan semacam itu, Raka pun tak mau dipanggil 'mas' oleh Kaneisha sebenarnya. Tetapi karena permintaan dari Rina, keduanya harus menerima dan sepakat hanya memakai panggilan semacam ketika di hadapan orang tua Raka.

HABITS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang