25

1.3K 132 14
                                    

Begitu bangun dari tidurnya dan mendapati Raka ada di sampingnya, Kaneisha langsung memperhatikan Raka dengan saksama. Ada sedikit luka di ujung bibir Raka, Kaneisha tak tahu apa penyebabnya, ada sedikit desiran yang mengatakan bahwa itu adalah luka yang tercipta karena ciuman yang ganas. Namun, Kaneisha cepat-cepat menyingkirkan itu dari pikirannya.

Kaneisha turun dengan hati-hati dari tempat tidur mereka dan menghampiri keranjang pakaian kotor. Ia mengambil celana jeans Raka, memeriksa kantongnya satu-satu dan menemukan beberapa lembar uang kecil di sana. Uang-uang tadi Kaneisha letakan di atas meja riasnya, lalu tangannya mengambil kemeja Raka. Kaneisha memperhatikan kemeja Raka, berharap tak ada bekas lipstik atau ciuman di sana. Kaneisha juga mencium aroma kemeja Raka, memastikan kalau ada tak ada wangi parfum lain yang tertempel di sana. Kemeja dan celana terlihat Raka bersih, tak ada yang mencurigakan di sana.

"Sayang?" Suara Raka yang parau terdengar. Kaneisha langsung memegangi jantungnya karena merasa kaget, "Ngapain kamu mengendus pakaian aku, Kaneisha?"

"Kangen sama aroma tubuh kamu." Kaneisha berkilah.

Raka tersenyum, tanpa lupa merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Kaneisha meletakkan pakaian kotor tadi ke tempatnya dan menghampiri Raka, lalu mendaratkan pelukannya di sana.

"Selamat pagi, Sayang." Raka mencium pipi Kaneisha. Ciumannya turun perut Kaneisha dan berkata, "Selamat pagi, anak cantik Ayah."

"Dia laki-laki, Raka. Gak usah sok tahu." Sanggah Kaneisha.

"Perempuan. Firasatku gak akan salah." Raka berkata dengan yakin.

"Mau taruhan gak?" Kaneisha menantang.

"Masa anak sendiri jadi bahan taruhan? Gak baik." Raka langsung mengapit hidung Kaneisha dengan dua jarinya. Kemudian memberikan kecupan singkat di bibir Kaneisha, "Kita sama-sama belum sikat gigi, bahaya kalau ciumannya terlalu lama." Raka berkata sambil menurunkan kakinya dari tempat tidur.

"Kamu mandi dulu gih, biar aku bikin sarapan. Jangan lama-lama ya mandinya." Kaneisha ikut bangun dari tempat tidur dan bersiap pergi. Namun, ada yang menghentikan langkah Kaneisha, Raka terlihat tersenyum lebar ketika memainkan ponselnya, "Ada apa, Raka? Kenapa senyum-senyum sendiri?"

Raka langsung mengangkat wajahnya dan menggeleng, "Gak ada apa-apa. Aku mau mandi dulu." Setelah mengatakan itu, Raka langsung mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

Ponsel Raka tergeletak begitu saja di atas nakas. Kalau Kaneisha mau, ia bisa membuka dan memeriksanya sendiri. Namun, Kaneisha terlalu takut untuk melakukannya. Ia juga sudah bertekad untuk tak membuka ponsel Raka lagi.

***

"Masa tadi Raka main hape sambil senyum-senyum sendiri. Mencurigakan banget kan, Je?" Kaneisha berkata sambil memeriksa dan mencatat bahan pokok apa saja yang harus dibeli, agar persediaan bahan di kateringnya tidak habis. Pegawainya sudah pulang semua, dan ini merupakan tugas yang harus ditangani Kaneisha langsung.

"Mungkin kebun Raka di games yang sedang Raka mainkan sedang panen, makanya dia kelihatan senang." Jevan menjawab sambil merapikan barang-barang yang masih terlihat berantakan.

"Ah, gak mungkin. Raka gak main games yang berkebun gitu. Ada-ada aja alasan kamu." Kaneisha langsung menepisnya.

"Lo yang lebih mengada-ngada, masih aja curiga sama suami sendiri." Jevan menggeleng miris. Rupanya, nasihat Jevan tempo hari tak bebar-benar masuk di telinga Kaneisha.

"Aku juga gak mau berpikiran begitu, tetapi semua tanda-tanda yang ada pada Raka sekarang adalah indikasi laki-laki yang selingkuh. Itu yang aku baca diartikel." Kaneisha kembali menceritakan kegundahannya pada Raka, ia kemudian menyebutkan semua tanda-tanda yang ia baca di internet, "Pulang telat, gak minta jatah, terkesan jaga jarak, senyum-senyum sendiri waktu main ponsel."

HABITS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang