Chapter 5

9 5 0
                                    

Farid masih terbayang dengan sosok perempua tadi siang.

Pikirian nya pun sekarang sedang dipenuhi perempuan itu.

“Aku semakin penasaran dengan Perempuan itu.” Farid tersenyum sendiri.

“ Assalamualaikum ka, belum tidur.” Itu suara umi ku.

“Eh Umi Wa’alaikumussalam, belum mi farid belum ngantuk.”

“Belum ngantuk apa mikirin perempuan yg cantik tadi siang.” Umi ku mulai menggoda.

“Astagfirullah, darimana Umi mengetahuinya?” Tanya ku sengan penasaran.

“Tadi Hilya cerita sama Umi, katanya namanya Annisa orang nya cantk baik lagi. Benar kak?” Umi balik bertanya.

“Iya Mi namanya Annisa.”

“Kamu suka sama dia?”

Aku kaget mendengar pertanyaan Umi.
“Gak kok Mi, farid Cuma kagum aja sama dia.”

“Kalau kamu suka juga gak papa kak. Rasa suka itu wajar, pasti setiap manusia itu mempunyai rasa suka dengan lawan jenis. Tapi kamu harus ingat dengan batasan yang bukan mahram nya.” Nasehat Umi kepada ku.

“InsyaAllah Umi Farid akan menjaga diri.”

“Kalau gitu Umi kekmar dulu, kamu jangan terlalu malam tidurnya. Assalamualikum.”

“Iya Umi Wa’alaikumussalam.”

*****

Pukul 03.00

Annisa bangun dan seperti biasa dia membersihkan diri lalu setelah itu dia melaksanakan shalat tahajjud.

Setelah selesaishalat Annisa biasanya tidak pernah tidur lagi, sambil menunggu waktu shalat subuh tiba Annisa mengambil mushaf untuk bermuroja’ah kembali hapalnya.

Ketika adzan subuh sudah berkumandang, Annisa pun menutup Mushafnya dan meletakan diatas nakas.

Lalu Annisa bangkit dan melekasanakan shalat subuh.

Pukul 06.00 Annisa bersiap siap terlebih dahulu, lalu Annisa turun kebawah untuk membantu sang Bunda.

“Assalamualaikum bunda.” Ucap ku.

“Wa’alaikumussalam sayang.” Bunda mencium pipi ku.

Itulah rutinitas ku setiap pagi hari dengan Bunda.

“Wah wangi sekali, Bunda masak sarapan apa hari ini?”

“Bunda buat nasi goreng sama ayam.”

“Annisa bantu ya bun.”

“Boleh, tolong kamu goreng ayamnya dulu ya.”

“Oke Bunda.”

Setelah selesai memasak kami membawanya kemeja makan.

“Wah, enak nih.” Ucap bang Dhafin.

“Siapa dulu dong yang masak.” Sahut ku dengan bangga.

Ayah dan bundak ku tersenyum melihat tingkah kami.

“Yasudah ayo kita sarapan dulu. Dhafin kamu pimpin doa ya.”

Abangku mengangguk dan langsung memimpin doa.

Usai sarapan Aku membantu bunda untuk mencuci piring kotor.

Karena hari ni aku tidak terlalu buru buru kekampus, jadi aku bisa membantu bunda terlebih dulu.

Setelah selesai mencuci piring aku berpamitan kepada ayah dan bunda ku untuk pergi kekampus diantar oleh abang ku.

“Ayah Bunda, Annisa sama bang Dhafin berangkat dulu ya.”

“Iya sayang hati hati ya.”

Kami pun mengangguk dan menyalami ayah dan bunda secara bergantian.

“Assalamualaikum.” Ucap aku bersama Bang Dhafin.

“Wa’alaikumussalam.” Sahut Ayah dan Bundaku.















Tunggu kelanjutanya 🌹
Jangan lupa vote and coment ya❤
Maaf kalau ceritanya ada yang typo😁

Pelabuhan Pertama Dan Terakhir [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang