MAHASISWA FBS

686 19 2
                                    

Malam ini kami para pelatih mengadakan kenaikan sabuk, kami berdoa bersama setelah itu adik-adik kami pelemasan dan pemanasan terlebih dahulu sebelum memutari pos-pos yang akan buat. Dan para pelatih merapatkan pos-pos yang akan di buat tes mental.

"Mas, ini kita buat 4 pos, pos pertama adalah pos keberangkatan lokasi di sini, pos kedua di persimpangan jalan antara FBS dengan FIK, pos ketiga di depan gedung FBS dan pos terakhir ada di gor belakang, setelah itu kembali di pos awal, bagaimana mas?"

"Saya setuju saja!"

"Oke mas"

"Mas pesan saya selalu jaga siswanya"

Kami merenung sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Setelah rapat selesai dan pos-pos sudah di bagikan, kami menunggu jam hingga tengah malam. Ada yang mengobrol dengan sesama pelatih, ada yang memberi arahan untuk adik-adiknya bahkan nasehat untuk mereka.

"Jam berapa?" tanya Sigit

"Jam 23.35" jawab Totok

"Udah waktunya kita berangkat!" ucap Sigit "Mas mari ke pos masing-masing!"

Sigit dan totok berjalan menuju posnya, saat itu ia kebagian posisi di FBS. Sesampainya di lokasi, ia melihat suasana sekitar, di depan pos nya ada gedung yang menjulang lumayan tinggi dan gelap, menurut sigit suasana malam ini terasa beda dan perasaannya ga enak tetapi ia menepis perasaan itu.

"Lo rasa ga kalo malam ini suasananya aneh?" celetuk Totok

"Udah positif aja!"

"Oke"

"Ntar pemasanan bentar baru materi ya" intruksi sigit

"Siap bos"

Mereka menunggu sekitar hampir lima belas menit namun tak kunjung ada yang datang, totok lumayan kesal.

"Kemana sie mereka, udah lima belas menit nie" keluh totok

"Sabar, coba lo hubungi pos sebelumnya" kata Sigit sambil termenung melihat gedung di depannya

"Sul, gimana dari pos lo udah berangkat kemari?" tanya totok saat sambungannya terhubung

"Sabar bro, kloter pertama udah berangkat ke tempat lo!"

"Oke"

"Itu udah datang!" tunjuk sigit

"Siapa yang suruh lo jalan biasa?" teriak Totok "Lo ulang dari sana ke sini jalan jongkok" lanjutnya

Dua orang itu mengulang dari depan pintu masuk FBS ke tempat pelatihnya berada, jarak memang dekat tapi jalan yang mereka hadapi lumayan menanjak hingga menekan otot-otot kaki. Setelah sampai di depan pelatih mereka laporan dan memperkenalkan diri, pemanasan di mulai. Selama kloter pertama dan kedua berjalan dengan biasanya, namun, berbeda dengan kloter ketiga, saat itu Sigit melihat gelagat salah satu siswanya aneh, ia melihat kecemasan dalam wajahnya.

"Lo ga pa-pa? Apa lo sakit?" tanya sigit

"Saya ga pa-pa mas!" ucap lelaki itu pelan

"Ya udah perkenalkan diri kalian"

Mereka memperkenalkan diri mereka, Galih nama siswa itu. Saat pemanasan akan di mulai Galih histeris, ia terjatuh dan memundurkan tubuhnya hingga beberapa langkah dan menutup wajahnya dengan tangan.

"Dek, lo kenapa?" tanya Sigit

"Itu kak ada yang jatuh dari atas"

"Ga ada apa-apa" ucap Totok ia melihat dari atas gedung

"Ada kak, darahnya kemana-mana" jawabnya ketakutan

"Mas, gimana nie?" tanya Totok bingung

"Sebentar gue hubungi Dimas" ucap Sigit "Dim lo bisa ke FBS sekarang!" tanya Sigit saat Telponnya terhubung

"..."

"Ada masalah"

"...."

"Oke, thanks"

"Gimana?"

"Otw ke sini" jawab Sigit

"Dek, lo istighfar dek"

"Enek opo mas?" ucap Dimas saat tiba di lokasi

Sigit menarik Dimas agak menjauh dan ia menceritakan kejadian yang di alami oleh siswanya.

"Ya west mas lokasi ini ga usah ae, saya lihat sudah tidak konduktif!" ucap Dimas

"Oke gue setuju!" angguk Sigit "Tok, lo bawa mereka ke pos pertama"

"Lo kenapa?" tanya Totok

"Nanti gue jelasin" jawab Dimas

Totokmembawa kedua siswanya menuju pos pertama di ikuti oleh Sigit dan Dimas dibelakang mereka. Sesampainya di pos pertama, Galih di kasih minum dan dimintamenceritakan apa yang di lihatnya. Galih pun menceritakan hal tersebut, dimanaia melihat seseorang terjatuh dari lantai tiga dan mukanya terjun terlebihdahulu, darah ada dimana-mana. Kami semuanya termenung mendengarkan ceritaGalih. Dimas pun bercerita bahwa kemarin pagi ada mahasiswa yang memang jatuhdari lantai tiga dan Dimas juga melihat bahwa setiap lewat tempat situ, iamelihat arwah nya masih berkeliaran di area gedung itu dan tak tentu arah. Dimasjuga bercerita bahwa ada beberapa versi, katanya karena nilainya keluar E makaia tidak sanggup dan bunuh diri, ada juga karena saat itu penyakit ayannyakambuh dan posisi ia bersandar di jendela dan akhirnya jatuh, dan lain-lainversinya. Kami semua hanya termenung dan berdoa agar arwahnya bisa tenang danmenemukan jalan terang di sana.

KUMPULAN CERITA HORORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang