Part 1 : Little to much

33 2 0
                                    

-Kau tanya 'kenapa'? Jawabannya, karena aku membutuhkanmu-

***

Seoul, 28 February.
1.00 AM KST

Hingar-bingar lampu temaram, aroma memabukan nan candu panas liquid serta hentakan keras musik membawa liuk tubuh. Menghipnotis semua pasang mata masuk kedalam kenikmatan duniawi, menghanyutkan segala beban yang tertumpuk dalam pikiran maupun hati, sejenak. Itu kalaupun mereka memilikinya.

Malam semakin larut, namun sama sekali tak menyurutkan semangat mereka di lantai dansa, bergumul menjadi satu, Adam dan hawa, tanpa mengenal batasan bahkan sudah jauh melewati batas itu sendiri.

Tidak memperdulikan bau keringat serta alkohol menyengat menempeli satu sama lain, kala menarik nafas. Hal bodoh tersebut malah membuat mereka malah seolah mendapatkan energi secara terus menerus dengan meminum minuman haram itu. Padahal kenyataanya hampir membuang seluruh kesadaran bahkan turut serta menyeret kewarasanya.

"Beri aku-hik, 1 gelas Vodka lagi."

Suaranya mendayu lemah beradu kuwalahan menahan cegukan, begitu kontras dengan hentakan musik DJ khas Club malam, penyebabnya hanya karena hampir hilang kesadaran. Malah dengan begitu bodohnya kembali menyodorkan gelas ke salah satu bartender di depan. Memerintah lekas mengisi minuman haram favoritnya kembali.

Sosok berbalut mini dres ketat limited edition berwarna merah maroon itu, nampak begitu menggoda dipakaikan pada tubuh moleknya. Lebih memilih duduk manis di depan konter bar, menghabiskan bergelas-gelas minuman haram itu daripada ikut bersenang-senang akan panasnya lantai dansa.

"Sudah Misoo, kau sudah habis banyak untuk hari ini. Sebaiknya kau pulang seka-"

"KUBILANG BERIKAN AKU 1 GELAS VODKA LAGI APA KAU TULI, HUH?!"

Bentakan keras dilontarkan gadis yang hampir total kehilangan kesadarannya, diikuti sumpah serapah kepada salah satu bartender yang menolak untuk kembali melayani. Menatap murka mengikut sertakan wajah merah membara syarat akan emosi sekaligus efek panas minuman. Dia itu pelanggan dan pelanggan adalah raja, layak untuk dilayani sebaik mungkin, kenapa malah dilarang untuk terus memesan.

Sang bartender menghela nafas pasrah, memilih menurut akan ego wanita ini, menyajikan kembali segelas larutan kuning keemasan favorit wanita gila di depanya. "Kau yakin tak ingin pulang, Misoo?" Tanyanya ragu-ragu pada gadis yang dipanggilnya Misoo tersebut, sedikit menggelengkan kepala kala memperhatikan lebih seksama betapa berantakannya dia, menghabiskan minuman bergelas-gelas yang entahlah, sudah keberapanya itu.

Kim Misoo menolehkan kepalanya tak minat kearah sang bartender sembari meneguk minuman panas tersebut hingga tandas. Meletakkan gelas yang telah kosong itu di meja lalu menggeleng, Surai hitam legam bergelombang itu ikut bergoyang anggun, terlihat memabukkan. "Aku tak ingin pulang malam ini, ke apartemen mu saja ya, Taehyung-ah..."

Manik bartender yang dipanggil Taehyung itu membola layaknya kelereng, terkejut. Tidak habis pikir, bagaimana bisa bibir sexy itu mudah sekali mengeluarkan permintaan. Ya walaupun Taehyung tau Misoo, hapal malah. Teman gilanya ini sering untuk menginap ke apartemennya. Tapi tidak dengan resiko yang akan diperoleh setelah itu. Yang jelas tidak semudah temannya itu meloloskan kata-kata barusan.

Kim Misoo, anak kedua dari pemilik mutlak perusahaan Kim's Corporation, Kim Hyunjae.

Hidup bergelimang harta dan kekuasaan sejak masih dalam rupa embrio. Segala macam bentuk atau rupa apapun di dunia ini tidak ada yang tidak bisa dimiliki olehnya. Ya, Kim Misoo dapat memiliki itu semua, tapi tidak dengan satu, hanya satu. rasa kasih sayang. Dan itu tidak bisa dibeli sembarangan diberbagai situs online shop ataupun gerai toko termahal di dunia ini sekalipun.

My Enemy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang