Part 6 : Tired

34 0 0
                                    

Lisanku berteriak, nafasku memberontak, dadaku bergejolak. Ragaku, tidak perlu ditanya, hampir hancur lebur remuk.
Sedangkan mereka masih sempat mengumbar tanya bagaimana rupaku.
Maka ku jawab lantang, Aku baik-baik saja, meski kenyataannya tidak.
Tidak sama sekali.

***

Kim Taehyung, tidak pernah mengira hari ini akan menjadi hari termelelahkan, sepanjang ia menghirup nafas di muka bumi ini.

Semua seolah terasa berat untuk segera dituntaskan. Berawal dari penuh kekonyolan perseteruan dengan pemilik kepala sekeras batu, Kim Misoo. Yang dengan seenak jidat paripurna miliknya menginap di apartemen tadi malam. Meminta dibuatkan sarapan ini-itu. Sampai tega pula meminta tolong seterikakan pakaian untuk kuliah hari ini.

Seperti babu. Kim Taehyung layaknya babu untuk Kim Misoo. Untung saja tidak disuruh juga mengerjakan tugas kuliah. Kalau benar, mati sudah Kim Taehyung. Secara sudah jelas ia berbeda jurusan dengan Misoo.

Berpikir-pikir keras, dosa apa yang Taehyung lakukan di kehidupan sebelumnya. Sehingga bisa bertemu, berteman bahkan bisa melengket bak selotip bolak-balik dengan wanita sekelas bar-bar, macam Misoo.

Kesialannya berlanjut tadi siang di riuh meriahnya kantin kampus. Menyaksikan secara langsung dari kedua bola matanya, bagaimana mimik wajah Misoo ketika berkenalan bersama seonggok mahasiswa baru bernama, Kim Jungkook. Juniornya di fakultas yang sama.

Alarm sensor radar Taehyung bekerja otomatis, meneriakkan bahaya. Patut dicurigai. Bukan, bukan Jungkook. Tapi sahabatnya itu yang menjadi sang tersangka utama. Taehyung sudah hapal betul betapa gilanya sikap sekaligus pikiran Misoo, apabila sudah tertarik dengan suatu hal.

Susah. Susah sekali untuk dihentikan apalagi disadarkan.

Tuhan yang maha Esa, juga sepertinya belum puas menguji kesabaran Taehyung. Apesnya masih berlanjut hingga detik ini. Motor separuh jiwanya yang biasa ditunggangi kemana-mana, tiba-tiba merajuk di tengah jalan. Mogok. Perfect. Hmm... Kalau yang satu ini memang kebodohan Kim Taehyung sendiri, akibat lupa memberi asupan bahan bakar.

Jadi beginilah sekarang dia. Mendorong setengah hati motor kesayangan, diliputi perasaan dongkol di sisi jalan. Berharap segera menemukan letak pom bensin di depan sana.

Bibir tipisnya komat kamit merapal doa kepada Tuhan pemilik semesta, semoga langit tidak ikut-ikutan berkonspirasi memperparah kondisi batin, dengan menurunkan bulir-bulir hasil proses respirasinya. Langit sudah berubah gelap. Bukan menandakan malam hari. Tapi mendung yang teramat pekat. Awan-awan hitam menggumpal membuat koloni, terlihat sedikit menyeramkan dalam jarak pandangnya.

Kim Misoo. Huh. Jangan tanya dimana penampakan batang hidungnya saat Taehyung kesusahan. Karena tepat seperempat menit yang lalu. Kim Taehyung, menolak beringas ajakan pulang bersama. Menaiki mobil Misoo yang mengaku baru ia beli kemaren.

Huh! Sok-sok an mengajak pulang bersama, bisanya juga dia yang minta bonceng aku untuk pulang.

Atau mungkin juga ini adalah buah karma yang ia petik dari hasil mengejek Misoo. Atau ini memang hari tersial seorang Kim Taehyung.

Argh, tidak tau lah, pusing kepalaku.

Beberapa menit lalu juga ia sudah menelfon kakaknya, berniat meminta pertolongan. Namun yang rungunya tangkap selanjutnya hanyalah kata-kata...

My Enemy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang