Shikamaru tidak menyukai prosesi yang terlalu formal.
Terlalu merepotkan.
Akan tetapi, bukan salah siapapun kalau wanita yang akan dinikahinya adalah Putri Sunagakure. Ikon negara yang sangat dicintai rakyatnya.
Perlu diingat-ingat juga bahwa dirinya telah menggagalkan upaya para pria dan shinobi elite asal Sunagakure dalam usaha meminangnya.
Tidak lupa, pernikahan ini juga merenggut titel kebesaran Temari dan mengharuskan Temari untuk tinggal bersamanya di Konoha.
Dengan kata lain : Shikamaru merenggut Temari dari Sunagakure.
"Apa mereka akan membenciku?"
Sebuah pemikiran acak melintas di kepalanya. Mungkin karena saat ini dirinya tengah gugup setengah mati berdiri di atas altar di bawah gugurnya daun-daun kering dari pepohonan tinggi di Desa Sunagakure.
Matahari mengintip malu-malu dibalik awan putih yang menggumpali langit biru yang terlihat lebih luas di desa ini, mungkin karena tak terlalu banyak bangunan tinggi.
Desiran pasir terdengar, tertiup oleh angin sepoy-sepoy yang menghembuskan yukata hitam yang sungguh terasa berat di tubuhnya. Kainnya menjuntai hingga terseret di atas lantai, ikatan obi putihnya terlalu ketat.
Motif bunga putih yang kontras dan elegan dipadukan dengan yukata itu cukup memperlihatkan betapa mewahnya tampilan Shikamaru pagi hari ini.
"Semua dandanan ini membuatku tambah gugup..."
Shikamaru mencoba menghibur dirinya dengan melirik ke arah kursi tamu yang terjejer rapi menghimpit altar yang digelarkan karpet merah, bunga-bunga putih bertebaran di atasnya.
Ibunya ada di kursi paling depan. Nara Yoshino tersenyum lembut pada putra semata wayangnya, yang terlihat sangat gagah dan membanggakan.
Shikamaru membalas senyum itu dengan sebuah senyuman sedih.
Andai ayahnya ada di sini untuk mendampingi ibunya...
Shikamaru mengusik pikiran itu. Ayahnya pasti bahagia di atas sana, bersama dengan Asuma-sensei. Mereka pasti bangga. Hari bahagia ini harus diwarnai pula dengan senyum bahagia.
Chouji melambaikan tangannya, memberikannya semangat, walaupun entah kenapa dirinya sempat-sempatnya menyelundupkan keripik kentang di acara pernikahan ini. Tubuhnya terlihat lebih--err, ramping--dengan setelan hitam dan putih yang menekan tubuhnya.
Naruto ada di barisan depan, terlihat gagah dengan setelan jas hitam dan dasi oranye miliknya. Ia tengah menggandeng Hinata yang terlihat sangat bahagia mengobrol dengan suaminya.
Di sampingnya, Rokudaime Hokage, Kakashi, yang tengah mengobrol dengan Sakura yang tampak cantik dengan gaun biru pastel dengan potongan selutut. Sebagai simbol desa, Kakashi mengenakan topi Kage-nya, walaupun setelannya tak kalah elegan dari Naruto.
Sakura tertawa kecil mendengar gurauan yang dilontarkan Kakashi, sesekali melirik pasangan norak di sampingnya yang pamer kemesraan, seakan Sakura tidak mau kalah karena tidak punya pasangan untuk diajak ke pernikahan--yah, Sasuke tidak bisa datang.
Oh, yang dimaksud pasangan norak itu, Ino dan Sai. Memang menyebalkan, sih, mereka menyempatkan diri untuk melambaikan tangan walaupun Shikamaru sangat yakin kalau wanita bergaun ungu itu sedang pamer kemesraan di depannya.
Shikamaru merengut sebal, teringat kalau dirinya sendiri belum menemui Temari sama sekali selama satu minggu penuh.
Teman-temannya yang lain juga memenuhi taman pasir yang sangat luas di pagi hari ini. Tak hanya mereka, namun petinggi-petinggi desa yang lain juga datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Survival
أدب الهواةKehidupan pernikahan harus disiasati dengan strategi brilian dan bijaksana agar kau tidak mati di tengah-tengah perjuanganmu. Apalagi kalau istrimu adalah Sabaku no Temari yang hobi sekali melayangkan pukulan dari kipas raksasanya. Aturan pertama :...