Bab 4

5.6K 360 12
                                    

Alif

Tidak terasa pernikahanku dengan wanita misterius itu hanya tinggal tiga hari lagi.
Kenapa di bilang misterius,? ya karena dia tidak mau memperlihatkan dirinya sebelum sah. Tapi ya tidak apa-apa lah, benar juga biar surprise. Tapi membuat penasaran juga, wanita seperti apa dia itu. Tapi aku yakin, wanita yang di pilih orangtua ku pastilah wanita baik-baik.
Kata bunda sama ayah sih dia cantik. Tapi mau cantik atau tidak yang penting dia taat pada Allah dan Rosul itu sudah cukup menurutku.

Aku belum mau mengambil cuti. Ya walaupun pernikahanku tiga hari lagi. Toh semuanya sudah di urus oleh orangtua dan calon mertuaku.
Aku jadi senyum-seyum sendiri nyebut kata mertua, kayak geli gitu.

Ya gak nyangka aja tiga hari lagi mau nikah, nikaaah bro bukan perkara main-main.
Kata Ryan temanku nikah itu enak, apa-apa ada yang ngurusin. Tapi beban tanggung jawabnya juga sangat besar.

"woy bengong aja lo, senyum-senyum lagi. Hayo lagi mikir gak bener ya," kaget Ryan yang tiba-tiba muncul. Dia merupakan sahabat sekaligus sekretarisku.

"Astagfirullah, dateng-dateng ngagetin aja. Bukannya salam dulu atau ketuk pintu kek. Gak sopan banget, gini-gini gue bos lo ya," cerca ku padanya.

"Ya maaf-maf Pak Bosque. Tangan gue udah pegel dari tadi ketukin pintu ruangan lo, mulut gue juga udah berbusa ngucapin salam gak di jawab-jawab. Yaudah gue masuk aja. Eh ternyata bos tercinta gue lagi ngelamun sambil senyum-senyum gak jelas kayak orang sinting," jelas Ryan panjang lebar.

"Enak aja lo bilang gue sinting. Lo kali yang sinting. Mau apa lo kemari?" Tanyaku pada Ryan.

"Ya elah galak bener, pantesan mahasiswi lo banyak yang gak suka ternyata gini ya. Nih ada yang harus lo tanda tangani," ujar Ryan sambil menyerahkan berkas di tangannya.

"Bodo amat, gue juga gak suka sama mereka," jawabku acuh sambil menyerahkan berkas yang sudah di tanda tangani pada Ryan.

"Udah mau nikah juga, awas lo nanti istri lo jangan di gituin. Bisa-bisa dia kabur sebelum malam pertama Hahaha," kata Ryan sambil tertawa. Dan aku hanya menatapnya dengan tajam.

"Udah ah gue permisi,
Assalamu'alaikum Pak Bos, awas jangan galak-galak sama istri," lanjut Ryan masih sambil tertawa.

"Sana lo keluar bikin mood gue kacau aja, Wa'alaikum salam," usirku tanpa mau menanggapi ucapan Ryan yang terakhir.

Aku dan Ryan sudah bersahabat sejak SMP makannya bahasanya juga lo gue.
Kita masih ada hubungan saudara meski hanya saudara jauh. Sebenarnya keluarganya punya perusahaan juga. Tapi dia lebih memilih kerja di perusahaan ku, denga alasan 'sayang gajinya gede'. Dasar sudah kaya juga.
Ngomong-ngomong dia sudah nikah tahun lalu. Dan istrinya kini sedang mengandung.

****

Author

Aqila sedang ada di perjalanan menuju butik milik teman Uminya. Sekarang dia harus fitting baju untuk pernikahannya tiga hari lagi. Pulang kuliah dia langsung ke sana di temani dua sahabatnya Nabila dan Aisya.

Sahabatnya sampai kaget ketika Aqila bicara bahwa dia akan menikah. Pasalnya tak ada satu ikhwan pun yang pernah Aqila ceritakan pada sahabatnya itu.

Tapi setelah mendengar bahwa dia di jodohkan, kedua sahabatnya baru mengerti.

Setengah jam kemudian mereka sampai di butik. Umi dan calon Ibu mertuanya sudah ada di sana. Mereka sangat antusias menyambut Aqila. Apalagi calon mertuanya, Sarah.
Karena sebentar lagi impiannya akan tercapai. Yaitu menjadikan Aqila sebagai menantunya. Bahkan dia menyuruh Aqila menyebutnya Bunda sama seperti Alif.
Sungguh mertua impian para wanita. Wanita mana coba yang tidak ingin memiliki mertua yang sayang pada menantunya. Belum nikah saja sudah di anggap anak kandung, apalagi kalau udah nikah gak kebayang.

Jodohku Dosen Menyebalkan ✓-New Account- (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang