¤6

479 78 42
                                    

Renjun mengerjapkan matanya pelan. Sesekali ringisan kesakitan keluar dari bibir kecilnya, dengan susah payah ia mengangkat tubuhnya agar bisa terduduk.

Matanya mengedar keseluruh ruangan. Gelap. Renjun menyandarkan tubuhnya pada dinding dibelakangnya. Rasa ngilu pada punggungnya tiba-tiba mendera.

"Aku dimana" gumamnya pelan. Seingatnya, tadi pagi ia sudah sampai di sekolah, berjalan di koridor bersama Jeongin dan melihat mayat.

Tunggu?

Mayat?

Ah. Renjun mengingat sesuatu. Tangannya merogoh saku celana kanannya, ia hanya berharap jika barang yang ia cari masih ada di sakunya.

"Ah, syukurlah masih ada" gumamnya lagi. Benda itu, sebuah nametage siswa yang tadi pagi menggantung didepan kelasnya.

Renjun membaca pelan sebuah nama yang terukir di nametage itu. Matanya terbelalak saat mengetahui jika nama yang berada di nametage itu adalah nama temannya. Nametage yang Renjun ambil saat Jeongin menunjukan mayat yang tergantung di kelas.

Matanya memanas, dengan cepat ia beranjak dari tempatnya, melupakan rasa sakit di kaki dan punggungnya juga kepalanya yang mendadak pening.

Tujuannya hanya satu, menemui teman-temannya. Karena Renjun tau, ia dalam bahaya sekarang.

Langkah kakinya terseok menuju pintu kayu yang terlihat didepannya. Belum sempat ia memegang gagang pintu, seseorang telah membukanya dari luar. Buru-buru Renjun bersembunyi dibalik lemari yang memang disimpan di sebelah pintu. Langkah kaki yang semakin mendekat membuat detak jantung Renjun semakin menggila, tangannya merogoh ponsel yang syukurnya masih berada dalam saku almamaternya. Mengetikan sesuatu pada seseorang untuk menolongnya. Renjun hanya berharap jika orang yang ia kirimi pesan akan menolongnya.

Iya. Hanya berharap



















"Kau mau aku selamatkan Huang Renjun? Kau meminta pada orang yang salah. Keluarlah dari lemari atau aku akan memotong tubuhmu!"

Karena nyatanya. Renjun mengirim pesan pada orang yang akan mengambil nyawanya.




















"Jaemin hyung kemana?"

Jeno menoleh dan mendapati Chenle disampingnya "Tadi bilangnya ke toilet sih"

Chenle hanya mengangguk pelan. Ini jam istirahat omong-omong.

"Oh iya, Renjun udah ketemu?"

Chenle menggeleng pelan "Belum, aku gatau dia dimana".

Jeno hanya terdiam, entah kenapa ia merasa aneh dengan hilangnya salah satu temannya itu. "Kudengar ia terakhir kali bersama Jeongin bukan? Kau sudah tanya Jeongin?"

"Sudah, tapi dia tidak tau"

"Tidak tau?"

Chenle mengangguk, matanya beralih memandangi kantin yang tampak mulai sepi. "Kembalilah ke kelas, 15 menit lagi bel masuk. Aku duluan"

"Iya hati-hati"

Jeno hanya mengangguk, langkah kakinya menjauh dari meja yang ia duduki bersama Chenle tadi.

"Rumit" gumamnya pelan. Chenle mengacak rambut hitamnya kasar, niatnya untuk kembali ke kelas terhenti saat mendengar suara ribut dari lapangan bola.

Penasaran, Chenle pun menghampiri anak-anak yang berkerumun di lapangan bola, ah tepatnya di depan lapangan bola yang terdapat toilet pria.

"Minggir, ini ada apa sih!"

"Chenle! Lo harus liat" Tangan Chenle ditarik begitu saja oleh Hwall.

"Ck, pelan-pelan dong! Ada ap---- JENO HYUNG!!"

Lutut Chenle melemas saat melihat Jeno tergantung di toilet pria dengan darah yang mengalir deras dari kepala juga perutnya.

Pening mendera. "Ba-bagaimana bisa?"

Hwall yang berada disebelah hanya menggeleng pelan "Gue gatau"

"Ini ada apa sih kok rame!!"

Chenle menoleh kebelakang dan mendapati Jeongin berada dibelakangnya dengan tatapan berbinar. Chenle menghela nafas, sudah terlalu hafal dengan sikap Jeongin yang seperti ini.

"Wahhhh, makanan baru"

Tuhkan! Chenle hanya menghela nafasnya pelan, dan melirik sedikit mayat Jeno yang tergantung. Matanya menyipit saat melihat ukiran inisial pada tangan Jeno.

"Itu huruf apa" Chenle mendekat pelan, ia hanya ingin melihat ukiran inisial huruf, "J?" Chenle mengernyit pelan "Ada ukiran inisial J? Siapa J?"

Chenle terdiam di tempatnya, ia bahkan menahan bau amis darah Jeno yang berada didepannya.






























"ASTAGA! ADA APA INI!! SEMUA SISWA HARAP MASUK KELAS SEKARANG JUGA!!"

Chenle tersentak ditempatnya. Ia sadar sepenuhnya saat tangannya kembali ditarik oleh Hwall. "Ngapain lu ngelamun sih"

Chenle menatap Hwall dengan pandangan kosong "J" gumamnya

"J? J apaan?"

Chenle menggeleng "Bukan apa-apa. Aku ke kelas dulu"

"Heh! Lo gak sedih apa temen lo mati ke gantung gitu" Ucapan Hwall hanya dibalas senyuman tipis Chenle






































"Engga, gak peduli juga"
















Hayoo siapa J???

[Mask] || NCT DREAM × SKZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang