Part 3: Drama Burung Gereja

16 2 0
                                    

Senja datang kala gadis bernama Dera itu tengah duduk tenang di teras atap rumahnya sembari menikmati angin pantai yang mengusak surai jelaganya hingga sedikit berantakan. Dia menutup matanya dan menikmati angin pantai yang menyapu wajahnya dengan lembut. Sungguh senja yang tenang dan menyenangkan bagi gadis itu.

Tidak lama, seorang pemuda datang dan ikut bergabung dengan Dera di teras atap itu.

"Kamu benar-benar suka senja ya? Sampai menikmatinya seperti itu." Ujar pemuda itu.

"Bukan senja saja. Aku juga menyukai pantai di sana!" Ujar Dera sembari menujuk garis pantai yang tampak di kejauhan.

"Haha... Iya iya. Aku lupa kalau kau juga suka dengan pantai. Tapi, kau duduk disini sore-sore seperti ini, hanya untuk itu?"

"Tidak. Aku tengah menonton drama burung gereja."

"Drama burung gereja? Sepertinya menarik, coba ceritakan!" Ujar pemuda itu.

Perlahan, sebuah senyuman cerah mengembang di wajah Dera. Ia lalu menoleh lagu dan menunjuk 2 ekor burung gereja yang tengah bertengger di atap sebuah rumah.

"Kedua burung itu adalah sepasang kekasih. Lalu, salah satu dari mereka lebih memilih untuk pergi dengan burung lain." Ujar Dera sembari menujuk kedua burung tadi.

Kini menjadi 3 ekor, lalu 2 burung di antara mereka pergi meninggalkan seekor burung gereja di sana.

"Kasihan dia. Tinggal sendirian sekarang!" Ujar pemuda disamping Dera itu.

"Memang. Tapi, itu tidak lama, karena selalu ada yang datang saat kau sendirian." Ujar Dera lagi sembari melihat burung sendirian itu yang kini punya teman.

"Jadi, intinya... Akan selalu ada yang menggantikan saat seseorang pergi, begitu?" Ujar pemuda itu dan hanya dibalas anggukan pelan oleh Dera.

"Tapi, kenapa kau tidak begitu?" Tanya pemua itu lagi.

"Maksudmu, Di?"

"Jangan pura-pura tidak tahu!"

"Itu karena... Aku tidak mengizinkan siapapun datang!"

"Kalau begitu, jangan lama-lama! Cobalah untuk menerima yang datang." Ujar Adi dan hanya dibalas anggukan lagi oleh gadis di sampingnya.

"Ya sudah. Masuk sana! Sudah hampir malam!" Ujar Adi lagi.

Suara ombak masih terdengar petang itu, saling bertabrakan dan tidak beraturan. Langit semakin menggelap dan membawa malam pada bumi.

Gadis itu kembali ke kamarnya dan menukar kehidupan dunia nyatanya dengan dunia mimpi untuk sejenak.

🍃 D E R A 🍃 (Finn)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang